Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Benda Langit Tertua di Bumi Ditemukan

Butiran debu dalam meteorit yang jatuh di Murchison diyakini berusia 7,5 miliar tahun.

20 Januari 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para ilmuwan yang tengah menganalisis meteorit menemukan benda langit tertua yang ada di bumi. Mereka mendapati butiran debu dalam batu kosmos yang jatuh ke bumi pada 1960-an. Butiran debu tersebut diyakini berusia 7,5 miliar tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut para ilmuwan, butiran debu melekat di bintang-bintang yang membentuk kehidupan, jauh sebelum tata surya kita lahir. Temuan ini dipublikasikan di jurnal Proceedings of National Academy of Sciences, dua pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika bintang mati dan meledak, partikel di dalamnya terlempar ke luar angkasa. Butiran pra-solar ini lalu menempel di bintang, planet, bulan, dan meteorit baru. "Mereka adalah bintang yang solid dan nyata," kata Philipp Heck, penulis utama dari Field Museum Chicago.

Sebuah tim peneliti dari Amerika dan Swiss menganalisis 40 butiran pra-solar dalam meteorit Murchison yang jatuh di Australia pada 1969. "Kami menghancurkan pecahan meteorit itu menjadi bubuk," kata rekan penulis Jennika Greer, dari University of Chicago.

Setelah semua potongan dipisahkan, Greer menambahkan, keluar bau seperti selai kacang busuk. Potongan itu kemudian dilarutkan dalam asam dan hanya menyisakan debu. "Rasanya seperti mencoba mengumpulkan jerami untuk menemukan jarum," kata Greer.

Untuk mengetahui berapa umur butiran debu itu, para peneliti mengukur berapa lama debu tersebut terpapar sinar kosmis di ruang angkasa. Sinar ini adalah partikel berenergi tinggi yang melakukan perjalanan melalui galaksi dan menembus materi padat.

Beberapa sinar ini berinteraksi dengan materi yang mereka temui dan membentuk elemen baru. Semakin lama mereka terpapar, makin banyak elemen yang terbentuk. Para peneliti menggunakan isotop dari neon elemen, Ne-21, untuk menentukan umur butiran debu.

"Saya menganalogikan ini dengan meletakkan ember di bawah hujan deras. Dengan asumsi curah hujan konstan, jumlah air yang tertampung di ember memberi informasi berapa lama ia tercurahi hujan," kata Heck.

Mengukur berapa banyak elemen baru yang ada memberi tahu para ilmuwan berapa lama butiran itu terkena sinar kosmis. Pada gilirannya akan diketahui berapa umurnya. Beberapa butiran pra-solar tersebut ternyata sangat tua dibanding yang pernah ditemukan.

Berdasarkan berapa banyak sinar kosmis yang berinteraksi dengan butiran debu, sebagian besar butiran berusia 4,6-4,9 miliar tahun. Sebagai pembanding, matahari berumur 4,6 miliar tahun dan bumi 4,5 miliar tahun. Sedangkan butiran debu tersebut yang tertua 7,5 miliar tahun.

Heck mengatakan hanya 10 persen dari butiran debu itu yang lebih tua dari 5,5 miliar tahun. Sedangkan 60 persennya berusia muda, sekitar 4,6-4,9 miliar tahun. Sisanya di antara waktu tersebut.

"Kami yakin ada mineral pra-solar yang lebih tua dalam meteorit Murchison. Hanya, kami belum menemukannya," ucap Heck. Sebelumnya, butiran pra-solar tertua yang diketahui tertanggal isotop neon berusia sekitar 5,5 miliar tahun.

Temuan ini mencoba menjawab berbagai pertanyaan: apakah bintang-bintang yang baru terbentuk berada pada fase stabil? Atau, apakah ada penambahan dan pengurangan jumlah bintang baru dari waktu ke waktu?

"Berkat butir-butir ini, kami sekarang memiliki bukti langsung untuk periode pembentukan bintang di galaksi 7,5 miliar tahun silam berkat sampel dari meteorit Murchison. Ini salah satu temuan penting dari penelitian kami," kata Heck.

Para peneliti juga mengetahui bahwa butiran pra-solar sering kali melayang melalui ruang yang terjebak bersama kelompok besar meteorit, seperti granola. "Tak ada yang mengira sebelumnya usia debu itu setua ini," ucap Heck. UNIVERSE TODAY | GRAPHIC NEWS | SCIENCEDAILY | FIRMAN ATMAKUSUMA


Benda Langit Tertua di Bumi Ditemukan

 
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus