Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memiliki kekayaan tanaman obat dengan biodiversitas terbesar ketiga di dunia yang belum dimanfaatkan secara optimal. Proyeksi penggunaan obat berbasis bahan alam sendiri diperkirakan akan naik sebesar 9,8 persen, dengan nilai mencapai Rp 13 triliun. Oleh karena itu, pemerintah sangat mendukung program Obat Modern Alami Indonesia (OMAI).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Media Fitri Isma Nugraha mengatakan, BRIN juga ingin membantu mempercepat pengembangan obat bahan alam melalui skema pendanaan terbuka untuk peneliti, industri, dan masyarakat umum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fitri menjelaskan tumbuhan air adalah hidrofit atau makrofit. Klasifikasi berdasarkan habitatnya ada yang muncul, terendam, mengapung atau tumbuh di tepi sungai, di pesisi serta di air terjun. Berdasarkan morfologinya ada yang amfifit, elodeid, isoetid, helofit, nimfaeid, dan neuston.
Seperti tumbuhan darat, kata Fitri, tumbuhan air melakukan fitoremediasi dan fotosintesis yang menyerap semua unsur dari perairan lalu mengolahnya menjadi metabolit primer dan sekunder. Metabolit sekunder inilah yang menjadi senyawa-senyawa aktif untuk dimanfaatkan.
Tumbuhan air seperti tumbuhan teresterial mempunyai kandungan terpenes, fenolic, antioksidan, alkaloid, tanin, saponin, terpenoid, antrakuinon, glikosid, flavonoid dan lain-lainnya yang mempunyai peran sebagai antimikroba, antiquorum sensing, anti stres/relaksasi, dan semua yang dibutuhkan untuk farmakologi.
“Genus Bacopa, memiliki 54 spesies disebut high species biodiversity. Untuk membedakan Bacopa, kami telah melakukan riset autentifikasi, dari morfologi, anatomi, DNA dan menganalisis senyawa kimianya,” ucap Fitri dari siaran persnya, Jumat, 2 Agustus 2024.
Menurut Fitri, untuk spesies Bacopa monnieri (L) Wettst, famili Plantaginaceae, atau water hyssop Brahmi, Bramabhi, dan nirabarhm sebagai tanaman terapung, maka bentuk daunnya berbeda. "Kami sudah melakukan sekuensing Bacopa monnieri. Beberapa senyawa isolat Bacopa monnieri, yaitu bacosine, bacoside A, bacopaside I, bacoside B, bacopaside II, bacopasaponin C, jujubogenin dan pseudojujubogenin. Aktivitas senyawa Bacopa bisa sebagai anti-diabetic, anti jamur, anti bakterial dan sebagai aktivitas antioksidan,” ujarnya.
Bacoppa memiliki aktivitas anti bakteri antiquorum sensing dan allelochemical compound. Saat ini, kata Fitri, Bacoppa sudah banyak dijual dengan harga di atas Rp 1 juta.
Soal Nymphaea alba atau teratai dari famili Nymphaeaceae Salisb dengan nama umum European white waterlily, kata Fitri, memiliki ciri-ciri berakar di dasar danau air tawar antara 1 sampai 2 meter.
"Telah dilaporkan rebusan akarnya (dipakai untuk) untuk pengobatan kanker rahim, disentri, diare usus besar dan iritasi usus, sakit tenggorokan, sariawan. Rimpangnya digunakan untuk obat anti scrofula, astringen, kardiotonik, demulsen. Bunganya memiliki efek menenangkan dan obat penenang kerja sistem saraf, untuk mengobati penyakit kecemasan dan insomnia. Cairan pembersih N. Alba digunakan untuk mengobati nyeri vagina atau keluarnya cairan,” ungkap Fitri.
Fitri menambahkan, timnya sudah mengoleksi 195 tumbuhan air Kalimantan, 150 dari Sulawesi, 786 yang ada di dunia dan 76 tumbuhan yang sudah dikerjakan. Data tersebut disimpan dalam website herbaquatic.id. “Tumbuhan air itu tumbuhan yang sangat indah mempunyai kandungan senyawa yang baik dan mempunyai potensi ekonomi yang tinggi,” ujarnya.