Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Cina kembali menggelar misi mengukur tinggi Puncak Gunung Everest atau Qomolangma (Dewi Ketiga) dalam bahasa Tibet di Pegunungan Himalaya. Mereka sebelumnya sudah pernah dua kali merilis hasil pengukuran puncak tertinggi di dunia itu pada 1975 dan 2005 yakni 8.848,13 meter dan 8.844,43 meter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Survei untuk pengukuran terbaru yang lebih akurat telah mengirim satu tim dari berbagai intansi di Cina juga Nepal ke basecamp di punggung gunung itu per Kamis 30 April 2020. Mereka di antaranya terdiri dari 53 orang dari Kementerian Sumber Daya Alam, juga ada dari Kementerian Luar Negeri, Olahraga, dan Pemerintahan Daerah Otonom Tibet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tim berada lebih awal dari rencana pengukuran yang baru akan dilakukan bulan ini tersebut untuk pelatihan pendakian dan keterampilan survei di wilayah ketinggian. Tim dari Kementerian Sumber Daya Alam bahkan telah melakukan survei pendahuluan untuk penentuan ketinggian, gravitasi, serta sistem satelit navigasi global dan astronomis sejak 2 Maret lalu.
Berlokasi di perbatasan Cina dan Nepal, Gunung Qomolangma dianggap sebagai simbol persaudaraan kedua bangsa. Menurut kesepakatan bersama yang ditandatangani Oktober lalu, kedua pemerintahan berjanji bekerja sama dalam berbagai bidang, termasuk menangani isu perubahan iklim dan perlindungan lingkungan, serta bersama-sama mengumumkan tinggi gunung itu dan melakukan riset ilmiah.
Foto ini diambil pada 22 Mei 2019 dan dirilis oleh pendaki Nirmal Purja menunjukkan lalu lintas padat para pendaki gunung yang berdiri untuk mencapai puncak Everest.[CNN]
Survei dan penelitian ini sekaligus menandai usia 65 tahun hubungan diplomatik Cina dan Nepal, 60 tahun manusia sampai ke puncak Everest, juga 45 tahun berselang sejak Cina mengukur secara akurat dan mengumukan tinggi puncak gunung itu pertama kalinya.
Li Guopeng, ketua tim dari Kementerian Sumber Daya Alam, mengatakan kalau sistem satelit navigasi BeiDou akan dilibatkan dalam pengukuran kali ini. Mereka juga akan menggunakan pengukuran gravitasi aerial untuk memperbaiki tingkat akurasi dari pengukuran sebelumnya, “dan teknologi tiga dimensi akan menyediakan demonstrasi visual dari kekayaan alam Qomolangma,” kata Li.
Tim, kata Li, akan mendaki sampai ke puncak Gunung Everest untuk mendapatkan data terpercaya. Tim juga akan mengumpulkan data terbaru ketebalan salju, cuaca, dan kecepatan angin di puncak gunung untuk memfasilitasi pemantauan gletser dan perlindungan ekologis. Selain, hasilnya nanti bisa dipakai untuk berbagai bidang ilmu termasuk gerakan lempeng bumi dalam bidang ilmu geodinamika.
XINHUA