Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tanpa ada pengumuman berlebih, DJI ternyata sudah tidak lagi memproduksi AeroScope, produk dengan sistem pendeteksi drone yang dituduh membantu Rusia menargetkan dan menyerang pilot drone Ukraina, seperti yang pertama kali terlihat oleh UAV Hive.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terlihat pada halaman produk perangkat sekarang menampilkan pop-up yang berbunyi: “Aeroscope tidak lagi diproduksi. Untuk teknologi DJI terbaru, silakan lihat rekomendasi produk kami di bawah ini.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi yang masih penasaran melihat keseluruhan halaman produk AeroScope, dapat menutup notifikasi. Sebenarnya, masih ada formulir pemesanan untuk dealer DJI di bagian bawah halaman. DJI yang berbasis di Cina belum secara resmi mengumumkan penghentian produk, dan masih belum jelas apakah perangkat AeroScope yang ada akan kehilangan fungsionalitas, atau apakah platform tersebut akan hilang selamanya.
Namun, menurut UAV Hive, rumor menunjukkan bahwa DJI sedang mengerjakan versi kedua dari receiver. DJI menggambarkan teknologi AeroScope sebagai platform deteksi drone komprehensif yang dapat mengidentifikasi dan melacak drone secara real time menggunakan sinyal penerima yang disiarkan oleh drone DJI yang lebih baru. Sinyal ini memberi pengguna AeroScope informasi seperti status penerbangan, jalur, dan lokasi pilot dari drone hingga jarak sekitar 30 mil.
Meskipun produk ini awalnya diproduksi untuk digunakan oleh para penegak hukum atau lembaga pemerintah lainnya untuk memantau drone yang terbang di area yang berpotensi berbahaya (seperti di sekitar landasan pacu bandara) dan untuk melacak pilot mereka, teknologi ini kemudian menjadi perhatian publik saat terjadi perang antara Rusia dan Ukraina.
Sehubungan dengan masalah antar kedua negara tersebut tahun lalu, Wakil Perdana Menteri Ukraina Mykhailo Fedorov menyalahkan DJI karena membantu Rusia membunuh warga Ukraina. Hal ini disebabkan adanya dugaan bahwa tentara Rusia menggunakan penerima AeroScope perusahaan untuk menemukan dan menyerang operator drone Ukraina dengan serangan udara.
Lebih buruk lagi, sinyal yang disiarkan oleh drone DJI tidak dienkripsi - meskipun DJI awalnya memberi tahu adanya kemungkinan penerima jenis lain untuk mengambilnya. DJI akhirnya memblokir pengiriman ke Rusia dan Ukraina karena kekhawatiran tentang persenjataan produknya tahun lalu, dan juga menghentikan versi portabel dari sistem AeroScope beberapa bulan kemudian.
Brendan Schulman, mantan wakil presiden kebijakan di DJI, mengatakan di Twitter bahwa ada dua alasan di balik keputusan DJI untuk menghentikan AeroScope. “Tidak masuk akal untuk terus mendukung fitur yang dibuat untuk membantu kepentingan keamanan AS ketika terus-menerus diserang oleh badan keamanan AS,” tulis Schulman, sambil juga mengutip penerapan Remote ID oleh Administrasi Penerbangan Federal.
Ini adalah standar mendatang yang akan digunakan FAA, penegak hukum, dan lembaga lain untuk mendeteksi dan melacak sebagian besar drone yang beroperasi di wilayah udara AS. Produk akan memberi mereka informasi tentang identitas, lokasi, ketinggian, lokasi lepas landas, lokasi stasiun kontrol drone, dan banyak lagi.
Mulai 16 September 2023, sebagian besar operator drone di AS hanya akan dapat menerbangkan pesawat dengan kemampuan siaran jarak jauh bawaan atau modul siaran ID jarak jauh yang dipasang — pada dasarnya apa yang telah dilakukan DJI dengan drone dan AeroScope yang lebih baru. Satu-satunya saat operator drone dapat menggunakan perangkat yang tidak memancarkan sinyal ID jarak jauh adalah jika mereka terbang di area yang diidentifikasi oleh FAA.
Hanya beberapa hari sebelum penghentian AeroScope terungkap, terdengar kabar yang menyatakan bahwa para peneliti telah menciptakan alat yang menerima sinyal dari drone DJI melalui perangkat pihak ketiga yang lebih terjangkau. Perangkat tersebut membiarkan mereka mengetahui lokasi GPS drone dan pilotnya tanpa kebutuhan akan sistem AeroScope. Para insinyur yang mengerjakan proyek tersebut memberi tahu bahwa mereka hanya menguji alat tersebut dengan drone sejauh 15 hingga 25 kaki. Patut diduga, uji coba yang sebenarnya melebihi jarak yang disebutkan.
THE VERGE
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.