Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perusahaan startup asal Bandung, PT Neura Cipta Nusantara (Neurafarm), mengembangkan aplikasi Dr. Tania untuk membantu para petani. Aplikasi dengan kecerdasan buatan itu dilengkapi fitur chatbot untuk menjawab pertanyaan para petani mengenai penyakit tanaman dan cara menanganinya. Para pengguna bisa memanfaatkan pelayanan dan konsultasi lewat aplikasi itu dengan gratis.
Neurafarm didirikan empat alumnus Institut Teknologi Bandung, yaitu Febi Agil Ifdillah dari Program Studi Teknik Informatika, Naufalino Fadel (Teknik Elektro), Pebriani Artha (Sistem Teknologi Informasi), dan Lintang Kusuma (Teknik Pertanian). Mereka ingin mengembangkan modernisasi industri agrikultur untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertanian. Dengan modal awal US$ 50 ribu atau sekitar Rp 699 juta, mereka, yang baru lulus dari ITB tahun lalu, mengembangkan aplikasi Dr. Tania.
Aplikasi Dr. Tania merupakan modul dari sistem manajemen pertanian. Targetnya adalah kalangan petani urban, kelompok tani dalam naungan lembaga swadaya masyarakat, dan industri pertanian. Aplikasi yang beroperasi khusus pada telepon seluler pintar dengan sistem operasi Android 4.1 itu dirancang sederhana tanpa kehilangan esensi fungsi. “Agar mudah dipakai pengguna,” kata Febi pada Rabu, 18 Desember lalu.
Selain dilengkapi chatbot, aplikasi Dr. Tania memiliki menu Ask Expert asuhan Lintang. Dalam fitur ini, para pengguna harus mengirim foto tanaman yang rusak oleh penyakit. Aplikasi itu akan mengidentifikasi berdasarkan data yang dimiliki. Menurut Febi, aplikasi itu bisa merilis lima jenis penyakit yang diurutkan berdasarkan kemungkinan terkuat. Jika masih penasaran, pengguna bisa berkonsultasi ke ahlinya. “Jawabannya disampaikan juga ke e-mail pengguna,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter Digital Para Petani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga saat ini, Neurafarm telah menghimpun lebih dari 30 ribu data dan foto penyakit tanaman. Meski demikian, Dr. Tania belum bisa menjawab langsung semua jenis penyakit yang ditanyakan. Menurut Febi, aplikasi itu dapat menjawab 13 jenis penyakit di 15 komoditas pertanian, antara lain sayuran, buah, padi, dan jagung. “Tim terus mengasah kemampuan robot agar makin tangkas,” kata Febi.
Tim Neurafarm berencana menyempurnakan aplikasinya dengan menambah jumlah foto yang dikirim sebagai syarat identifikasi. Penambahan data lain, seperti iklim dan suhu di lokasi pertanian, juga membantu aplikasi Dr. Tania lebih akurat. Hingga saat ini, aplikasi itu sudah diunduh sekitar 7.000 pengguna dengan pemakai harian mencapai 60 orang. Adapun setiap hari ada 20 pertanyaan yang masuk. Mayoritas pengguna berada di Jawa Barat.
Dr. Tania telah menyabet beberapa penghargaan, seperti juara 3 Business Plan Competition dalam 7th Studentpreneur di Universitas Indonesia 2018 dan Gold Prize di World Invention and Technology Expo 2018. Aplikasi ini juga menjadi juara Swiss Innovation Challenge Asia-Indonesia dan menempati peringkat kedua dalam Startup Istanbul Challenge pada tahun lalu di Turki setelah terpilih dari 93.200 startup di seluruh dunia. Dr. Tania juga mewakili Indonesia di Microsoft Imagine Cup Asia-Pacific 2018 Finals di Malaysia dan Asian Entrepreneurs Awards 2018 di Jepang.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo