ECENG gondok, ternyata tak terlalu perludimusuhi. Setelah Dr
Otto Soemarwoto dan stafnya dari Lembaga Ekologi Unpad
membuktikan manfaat eceng gondok sebagai penghasil gas bio
(TEMPO, 28 Mei), terbukti lagi manfaatnya yang lain. Yakni
sebagai penyerap logam-logam pencemar lingkungan yang sangat
berbahaya bagi manusia, seperti cadmium (Cd), air raksa (Hg),
timah hitam (Pb), nikel (Ni), chromium (Cr), dan lain-lain.
Dua orang staf peneliti Biotrop di Bogor, Lusianty S. Widyanto
dan H. Susilo, baru-baru ini mengumumkan hasil percobaan mereka
dalam berkala dwibulanan Widyapura, No. 5-6 Th. I/1977. Dalam
laboratorium Pusat Penelitian Biologi Tropis itu, mereka menanam
eceng ondok Eichhornia crassipes (Mart. ) Solms) dalam larutan
yang diperkaya dengan ion Cd, Hg dan Ni. Ternyata, dalam waktu
24 jam saja, ion logam berat dalam cairan Hoagland 12,5% itu
berkurang secara drastis. Tergantung pada adanya logam berat
itu: tak tercampur alias mandiri, atau tercampur dengan logam
berat lainnya.
Jadi kalau eceng gondok ditanam secara ekstensif, satu hektar
dapat menyerap 67,5 gram Cd sehari. Air raks, dapat diserap
sebanyak 88,5 gram/Ha/hari. Sedang ion nikel sebanyak 57,5 gram/
Ha/hari. Itu kalau masing-masing logam tak tercampur. Kalau
ketiga logam berat itu dicampur, dalam sehari satu hektar eceng
gondok dapat menyerap 61,5 gram Cd, 94 gram Hg, dan 17,5 gram
Ni. Berarti penyerapan air raksa dalam keadaan tercampur
dipercepat. Sementara penyerapan cadmium dan nikel dalam keadaan
tercampur sedikit diperlambat.
Kosmetik, Rokok, Ban Mobil
Mengapa ketiga polutan logam berat itu yang dipilih dalam
percobaan orangorang Biotrop itu? Kadmium dipilih-begitu tulis
L.S. Widyanto dan H. Susilo dalam majalah terbitan Pusat
Penelitian Masalah Perkotaan & Lingkungan (PPMPL) DKI -- karena
logam berat itu "paling besar kemungkinannya untuk meracuni
manusia." Berbagai sumber pencemaran kadmium adalall kosmetik,
rokok, pipa galvanisasi, pembakaran minyak disel, sisa ban
mobil, asap pabrik, dan lain-lain.
Di Jepang misalnya, polusi kadn m yang tertular melalui beras
dikonstatir menjadi penyebab penyakit itai-itai yang membuat
tulang rapuh sehingga akhirnya retak berkeping-keping. Musim
panas yang lalu, ketakutan akan gelombang penyakit itu nongol
lagi di sana. Sebab kadar kadmium yang ditemukan dalam kerang
dan ikan di Teluk Tokyo, sudah membahayakan lagi. Sehingga 70
kapal ikan diperintahkan membuang kembali 400 ton hasil
tangkapannya di tengah laut. Sedan, tahun lalu, Pemerintah
Jepang juga mengambil tindakanterhadap tan-bang tembaga Ashio
yang membuang cadmium ke Sungai Watarase (Insight, May 1977).
Selain dapat menyebabkan kanker tulang, Cd juga dapat menyumbat
pembuluh darah. Tapi bukan logam ini saja yang berbahaya. Air
raksa dan timbel (timah hitam), adalah pencemar yang juga sering
ngendon di lingkungan. Air raksa (mercury), terkenal karena
uangan dari pabrik plastik Chisso di Minamata, Jepang, membikin
kucing-kucing mati menggelinjang karena makan ikan yang
dicemarinya. Para nelayan yang makan ikan itu banyak juga yang
jadi korban - air raksa naik ke otak. Lebih dari 1000 orang tua
dan muda menjadi korban penyakit Minamata.
Saksi Hidup Minamata
Di antaranya, 155 orang mati setelah menderita sakit luarbiasa
selama berminggu-minggu. Sedang bayi perempuan yang lahir tahun
1956, dari sepasang pengantin muda yang jadi korban polusi air
raksa itu, cacad seumur hidupnya karena air raksa yang menyerang
sel-sel otaknya ketika sang janin masih dalam rahim ibu. Kini,
21 tahun kemudian, Tomoko, bayi itu, masih hidup. Dengan lengan,
kaki dan jari terpuntir, dengan kulit serapuh lilin dan mata
terbuka tapi buta, dialah saksi hidup polusi air raksa.
Timah hitam, juga banyak berkontaminasi dengan tubuh manusia.
Khususnya penduduk kota. Sebab dalam bentuk 'timbel-tetraotil,'
timah hitam sering terdapat dalam bensin untuk memuluskan
pembakaran dalam silinder. Timah hitam itu selanjutnya keluar
bersama gas knalpot ke udara.
Selain itu, ada pula polutan timbel yang berasal dari
timbel-oksida, pigmen cat putih. Sisa-sisa obat celup tekstil
yang seringkali dengan seenaknya ngeloyor dari pabrik ke
perairan umum-juga diduga ada yang mengandung Pb. Belum lagi
sisa-sisa buangan pabrik aki yang kini populer di mana-mana.
Kini, polutan itupun dapat 'dimakan' oleh eceng, tanaman air
yang doyan logam berat itu.
Dengan percobaan orang-orang Biotrop (pusat penelitian biologi
tropis) itu, terbuktilah sekali lagi apa yang sudah dicoba
Wolverton dkk dari NASA (badan antariksa AS) sejak 1975. Yakni
kemampuan tanaman hyacinth air -- seperti eceng gondok dan
Alternanthera philoxeroides (Mart.) Griesb. - menyerap
logam-logam berat dari air yang tercemar. Bahkan juga bahan
kimia organis seperti phenol dapat disaring oleh 'tanaman
pengganggu' itu dari air kotor. Makanya B.C. Wolverton dkk
mengusulkan penggunaan tanaman air itu, sebagai penyaring polusi
air dari pabrik atau got.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini