SETENGAH juta rakyat Amerika terancam nyawa mereka bila terus
minum air yang diseterilkan dengan kaporit. Sekarang saja,
sudah 10 ribu orang di AS tewas tiap tahun karena kanker dari
air tersebut. Ini pernyataan Dr John Yiamoutianis dan seorang
rekannya, 21 September lalu di depan Komisi Kemanusiaan Parlemen
AS. Karena itu, kedua sarjana AS tersebut menganjurkan
penghentian dengan segera pengkaporitan air minum di seluruh
negeri.
Berita yang bersumber dari PAP itu tak menyebutkan alternatif
apa yang ditawarkan kedua sarjana. Itu penting. Sebab kaporit
atau kapur-chloor, justru merupakan zat kimia yang jitu untuk
mematikan jasad renik penyebab penyakit yang merambat melalui
air (waterborne diseases). Dengan kata lain: tanpa kaporit
jumlah korban rakyat AS yang mati karena minum air yang
belum bebas bakteri mungkin justru akan jauh melebihi angka «
juta. Namun lepas dari kontroversi pernyataan Dr Yiamoutianis
itu, penggunaan kaporit dalam sterilisasi air minum di AS
akhir-akhir ini memang banyak dikritik.
chloor yang dilepaskan oleh kaporit, ternyata bereaksi dengan
banyak hidrokarbon, pestisida dan senyawa kimia buangan industri
lain, membentuk carcinogen (zat kimia penyebab kanker) dan racun
lain.
virus patogen tertentu dalam air misalnya virus hepatitis
(sakit kuning) - ternyata belum mati kena dosis kaporit yang
rendah. Ternyata baru dengan dosis 40 mg/lt residu chloor,
dengan waktu kontak selama 30 menit, virus polio dalam air
limbah dapat dilumpuhkan (AWWA Journal, June 1977). Padahal
dosis untuk membunuh bakteri cukup 1 mg/lt residu chlor bebas
dalam air yang disalurkan PAM.
Berbahaya Bagi Kucing
Dengan pencemaran air yang semakin tinggi akibat meningkatnya
jumlah penduduk, dosis kaporit yang diperlukan untuk membunuh
bibit penyakit air meningkat pula. Tanpa interaksi dengan bahan
pencemar industri sekalipun, dosis itu sebenarnya sudah
berbahaya bagi ikan. Juga bagi kucing atau anjing yang minum
dari keran. Adapun bahayanya bagi kesehatan manusia . sebelum
laporan Dr John Yiamoutianis dibacakan - belum terlalu
dirisaukan. Malah Institut Kanker Nasional AS sebelumnya
menyatakan: belum terbukti adanya kanker akibat air kaporit.
Tak mengherankan. Sebab kanker-atau sakit perut, katakanlah --
bisa ditimbulkan oleh rupa-rupa penyebab lain, bukan? Namun
kalau dosis kaporit yang dipakai membunuh bakteri mau
ditingkatkan 40 x lipat untuk membunuh virus juga, apakah organ
dalam manusia tak terganggu? Itulah.
Akibat kadar kaporit dalam air PAM yang terus meningkat pesat,
sebuah pabrik sari jeruk di Philadelphia, AS, 9 tahun berselang
memasang saringan arang (charcoal) di pipa air ledengnya.
Celakanya, kotoran organis yang mengendap di saringan arang itu
justru menjadi tanah subur bagi pertumbuhan bakteri.
Untunglah saat itu industri elektronika di AS sudah siap dengan
sebuah ciptaan baru: alat seterilisasi air minum yang
menggunakan sinar lembayung ultra. Pimpinan pabrik segera
memasang alat itu. Dengan mengontrol aliran air maksimal 50
gram/menit, lampu-lampu di alat itu menyorotkan tak kurang dari
35 ribu mikrowat-detik sinar lembayung ultra, pada tiap cmÿFD
air. Dosis itu, 4 x dosis minimal untuk mematikan bakteri
psychr~ophilic.
Mata Bisa Terbakar
Kini sterilisator air dengan sinar lembayung-ultra mulai pupuler
di Amerika. Memang, bahayanya ada juga. Yakni kulit atau mata
bisa terbakar kalau ada gelomhang mikro yang panjangnya hanya
1/100 juta cm -- atau 2537 Armstrong (Aø) -- bocor dari alat itu.
Maklumlah, smar ultra-violet dalam dosis yang tinggi bisa
menyebabkan kanker kulit. Makanya operatornya harus hati-hati.
Tapi bahaya pencemaran air tak ada, sebab tak meninggalkan bahan
pencemar dalam zatcairitu. Berbeda misalnya dengan filter
bakteriostati yang menggunakan senyawa perak (Ag) untuk
mencegah pertumbuhan bakteri yang terjebak dalam saringan itu.
Air yang tercemar oleh Ag bisa berbahaya bagi kulit manusia.
Penghancuran mikroda air oleh sterilisator sinar
lembayung-ultra, cukup dilakukan dengan mengatur kekuatan
listriknya, serta deras air melewati tabung flexiglass. Bakteri
tinja yang paling alot --escherichia coli -- punah dengan enerji
6.600 mikrowat-detik/CmÿFD. Dosis yang sama menghancurkan virus Flu.
Sedang bakteri salmonella - yang kini disinyalir dalam susu dan
daging sapi Australia --memerlukan dosis yang lebih tinggi:
10 ribu mikrowat-detik/cmÿFD. Sama dengan dosis untuk
menghancurkan bakteri TB.
Setelah laku di Amerika, produsen sterilisator sinar
lembayung-ultra tersebut ada minat menjajakarmya ke Indonesia.
Terutama setelah beberapa ledakan waterhorne diseases
akhir-akhir ini. Sasarannya: hotel, restoran, dan rumh gedongan
yang sudah berlangganan air PAM tapi belum puas dengan
kebcrsihannya. Namun mungkin ada baiknya, sebelum dilempar ke
pasaran, barangnya diuji dan diseminarkan dulu secara ilmiah.
Itu supaya tak terulang lagi heboh Filopur, yang dulu diiklankan
secara bombastis sekali. ("Mampu menyaring air Ciliwung hingga
langsung dapat diminum, tanpa dimasak lagi," kata iklan).
Setelah diprotes Lembaga Konsumen dan para ahli Teknik
Penyehatan di ITB, baru diseminarkan. Lantas, diam-diam lenyap
dari peredaran.
Harga alat itu cukup mahal, lagi pula. Tapi mungkin ada satu
calon pemakai yang juga vital artinya bagi rakyat banyak. Yakni
kolam renang umunl di Jakarta, yang menurut Lembaga Konsumen
merupakan bursa penyakit lantaran kotornya. Nah, kalau kolam
renang mau menggunakan dosis ekstra kaporit, orang bisa ogah
berenang karena baunya. Dan kalau terminum, bisa bikin sakit
perut. Tetapi dengan teknologi baru model AS itu -- yang konon
merupakan produk sampingan riset antariksa NASA -- risiko para
pencinta olahraga renang yang sering berkubang di tengah bakteri
dan virus patogen daat dikurangi.
Namun kalau toh banyak orang atau instansi mampu membelinya, ada
seorang dokter numpang tanya: apakah air yang boleh dikata 100%
bebas bakteri dan virus patogen bukannya justru menambah korban
wabah penyakit? Khususnya karena tubuh manusia tak dikebalkan
lagi oleh bakteri dan virus, yang dalam jumlah tertentu (sedikit
sekali dan sudah dilumpuhkan) justru diperlukan untuk merangsang
terbentuknya zat anti-toxine. Makanya jangan buru-buru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini