Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Rangkasbitung - Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FF-UI) mengembangkan pertanian hanjeli di atas lahan seluas satu hektare di kawasan permukiman masyarakat Badui di Kabupaten Lebak, Banten. Hanjeli termasuk tanaman serealia yang keberadaannya melimpah di Indonesia namun belum dimanfaatkan secara luas meski memiliki rasio protein karbohidrat yang tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FF-UI berkolaborasi dengan Turkish Cooperation and Coordination Agency (TIKA) dalam pengembangan pertanian tanaman asal Asia Timur dan Malaya tersebut. "Kerja sama kolaborasi itu untuk menekan angka stunting dan melestarikan obat berbahan alami di Badui," kata relawan dan perantara program itu, Muhammad Arif, kepada Antara, Minggu 4 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari situs pustaka.setjen.pertanian.go.id, selain sebagai sumber makanan pokok, hanjeli memang dapat digunakan sebagai obat. Hanjeli dipercaya berkhasiat sebagai peluruh air seni dan antitumor atau antikanker. Zat aktif hanjeli yang bermanfaat sebagai obat adalah coixenolide.
Arif menjelaskan, masa panen hanjeli adalah enam bulan. Memiliki kandungan gizi yang tinggi, hanjeli disebutnya bisa sebagai pengganti beras sebagai sumber makanan pokok. "Kami yakin pertanian hanjeli ini menjadi sumber pangan lokal dan dapat meningkatkan status gizi masyarakat Badui," katanya.
Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat FFUI, Berlan, mengatakan memberikan edukasi kepada masyarakat Badui tentang manfaat hanjeli sebagai bahan obat herbal atau obat tradisional. Ia menjelaskan pengolahan tanaman tersebut menjadi produk kesehatan yang aman dan efektif.
Dekan Fakultas Farmasi UI Arry Yanuar berharap kolaborasi FFUI dan TIKA dapat memberikan dampak positif jangka panjang, baik dalam hal kesehatan masyarakat Badui maupun dalam pengembangan sumber daya alam lokal sebagai solusi kesehatan.
Sekilas Hanjeli
Hanjeli dikenal pula dengan sebutan jali atau jali-jali di Indonesia. Tanamannya berbentuk rumpun setahun dengan batang yang tegak dan besar. Tinggi batang dapat mencapai 1-3 meter. Akar tanaman bersifat kasar dan sulit dicabut. Letak daunnya berseling dengan helaian berbentuk pita dan ukuran 1-5 cm.
Bunganya berbentuk bulir. Buahnya seperti buah batu dan berbentuk bulat lonjong. Warna buah adalah putih atau biru-ungu dan berkulit keras saat sudah tua.
Tanaman hanjeli menyebar di berbagai ekosistem lahan pertanian, dari daerah kering hingga basah. Di Indonesia sendiri hanjeli dapat ditemukan di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa. Budidaya paling banyak dilakukan di Jawa Barat sebagai tanaman selingan secara sporadis.
Terdapat dua jenis buah hanjeli, buah yang keras dan lunak. Buah keras biasanya tertanam secara liar di alam bebas, sedangkan yag dibudidayakan jenis buah lunak.
Hanjeli memiliki tekstur yang kenyal tetapi tidak lengket, berbeda dengan beras ketan yang lengket. Oleh karena itu, hanjeli berpotensi diolah menjadi alternatif makanan yang enak. Di Jawa Barat masyarakat biasa mengonsumsinya sebagai bubur, tape, dodol, dan sebagainya.