Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menanggapi kritik terkait Kabinet Merah Putih yang dianggap gemuk atau terlalu banyak menteri saat berpidato sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, Sabtu pekan lalu.
Prabowo lantas membandingkan komposisi Kabinet Merah Putih dengan kabinet di negara lainnya. Salah satu yang menarik perhatian adalah ketika Prabowo mengucapkan kata “ndasmu” di sela-sela pidatonya. Frasa bahasa Jawa itu diucapkan dengan lirih nyaris tak terdengar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ada orang-orang pintar (berkata) 'kabinet ini kabinet gemuk, terlalu besar'. Ndasmu," kata Prabowo dalam HUT ke-17 Partai Gerindra di Sentul International Convention Centre (SICC) Sentul, Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 15 Februari 2025. Saat tiba kata tersebut, diucapkan dengan lirih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa yang Dimaksud kata “Ndasmu”?
Kata “ndasmu" berasal dari bahasa Jawa ndas yang artinya kepala. Dalam sehari-sehari kata “ndasmu” ini kerap dijadikan pelampiasan kekesalan. Namun di bahasa pergaulan sehari-hari ungkapan itu termasuk lazim, menyiratkan spontanitas.
Dikutip dari Javasatu.com, M. Dwi Cahyono yang merupakan seorang budayawan menyebut Bahasa Jawa memiliki strata bahasa.
Kata “sirah” dan “mustoko” adalah sebutan pada strata bahasa halus. Adapun sebutan “endas (ndas), pathak, cengel, polo maupun gundul” adalah sebutan katagori biasa atau bahkan kasar (sarkas), dan bisa saja berkonotasi negatif. Terlebih jika kata ini ditambahi kata “mu” ataupun “lu”, seperti pada perkataan ndasmu, cengelmu, pathakmu, gundhulmu, pala lu.
Kalimat pendek “ndasmu atos (kepala- mu keras)”, “polomu koplak”, “pathakmu penceng”, “gundulmu pethal”, berkonotasi arti negatif bahkan melecehkan. Kata “endas (ndas)” bisa saja tak berkonotasi kasar. Misalnya, kata ulang “ngedas-endasi”, dalam arti: menjadi penghalang.
Selain “ndasmu", kata lain yang bisa digunakan untuk melampiaskan kekesalan yakni "jangkrik". Dikutip dari Historia.id menurut M. Dwi Cahyono, kata jangkrik digunakan untuk memplesetkan umpatan jancuk agar tak terlampau kasar.
Dilansir dari jurnal Kata Kasar Dan Makian Berbahasa Jawa Dalam Tuturan Cak Percil Di YouTube, kata jangkrik merupakan kata makian yang berkaitan dengan binatang. Jangkrik merupakan nama salah satu hewan yang biasa hidup di dalam tanah.
Di Jawa Timur muncul sejumlah kata bentukan dari jangkrik yang bernada umpatan yakni: jangkrikane menghaluskan jancukane, jangkrikan untuk jancukan.