Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) telah mengubah beberapa sistem jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Perubahan tersebut dilakukan agar PTN memperoleh mahasiswa yang berkualitas dan siswa tidak salah masuk jurusan.
Baca: SNMPTN 2019: Lulus tapi Tak Diambil, Peserta Kena Sanksi
Baca: Situs SNMPTN 2019 Susah Dibuka, Netizen Bikin Petisi
Baca: SNMPTN 2019, Unair Sediakan 1.650 Kursi untuk Mahasiswa Baru
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Pemerintah selalu berupaya memfasilitasi PTN agar memperoleh mahasiswa baru yang berkualitas. Proses seleksi tahun ini menetapkan kebijakan dan meluncurkan Lembaga Tes Masuk PTN, hal ini karena sebelumnya secara pengelolaan seleksi masuk itu dilaksanakan oleh panitia secara ad hoc dan berganti-ganti," ujar Kepala Seksi Pembelajaran dan Teknologi Kemenristek Dikti Fajar Priautama di Jakarta, Selasa, 19 Februari 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tujuan dibentuknya LTMPTN adalah untuk meningkatkan tata kelola manajemen seleksi masuk PTN. Menurut Fajar, LTMPTN memiliki dua fungsi, pertama mengelola dan mengolah data calon mahasiswa yang ingin ikut seleksi dan kedua melaksanakan seleksi.
Kemudian dari sisi jalur seleksi tidak berubah antara SNMPTN dan SBMPTN. Namun yang berubah adalah dari pilihan program studi. Calon mahasiswa tahun lalu dapat memilih tiga pilihan program studi dan sekarang calon mahasiswa hanya diperbolehkan memilih dua program studi.
"Selain itu kami juga menerbitkan peraturan khusus program sarjana pendidikan, jadi nanti tesnya tidak hanya berbasis komputer, tapi ada keterampilan karena calon guru ada tes keterampilan pedagodik," kata Fajar. "Itu yang membedakan dengan mahasiswa lainnya, di Permen Nomor 55 Tahun 2017 tentang standar pendidikan kurikulum."
Sedangkan untuk seleksi mandiri diserahkan kepada PTN dan tidak dikelola oleh LTMPTN. Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Padjadjaran Arry Bainus menambahkan adanya perubahan yang muncul untuk proses seleksi tersebut, seperti adanya Ujian Tulis Berbasis Komputer.
"Dalam UTBK nanti ada beberapa komponen ujian, akan dilihat bakatnya ada di mana sih sebetulnya, setelah itu baru dia daftar di SBMPTN, itu perubahannya. Bagi kami ini lebih tajam, kalau dulu yang muncul malah angka akumulasinya. Jika di kedokteran Unpad nilai 700, di bawah itu ya tidak lolos, tapi lebih kecenderungan pada nilai mata pelajaran yang cocok di bidang yang dipilih," tutur Arry.
Unpad salah satu yang diberi tanggung jawab untuk menggelar UTBK dari 73 PTN. Arry menjelaskan bahwa Unpad mendapatkan bagian sekitar 1.500 workstation, yang membuatnya harus mempersiapkan sarana prasarana dengan baik agar siswa menjalankan tes dengan nyaman.
Untuk itu, kata Arry, Unpad bekerja sama dengan UIN Bandung dan SMA Krida Nusantara untuk mencukupi workstation. Yang harus dicermati, UTBK yang baru ini dilaksanakan serentak. Kelebihannya adalah kesalahan identitas tidak akan terjadi. Cuma, Arry menambahkan, dari sisi konten jelas dua tes, yaitu tes potensi skolastik dan kompetensi akademik.
"Skolastik itu seperti tes IQ mulai dari nalar kualitatif nalar dan ada bahasa Inggrisnya. Di sini 60 persen dihitung nilainya ketimbang akademik, karena mau belajar di mana saja dia sudah melekat kemampuan menganalisisnya dan menghitungnya," ujar Arry. "Enggak usah pakai Bimbel dan sudah tahu IQ-nya berapa. Sedangkan akademik 40 persen hanya dalam pemilihan program studi ada dua, Sosiohum dan Saintek."
Simak artikel lainnya tentang SNMPTN dan SBMPTN 2019 di kanal Tekno Tempo.co.