Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bandung - Tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan ITB, dan PT Charoen Pokphand Indonesia telah meluncurkan truk bermesin pengering jagung. Truk itu akan bergerak menyambangi sentra-sentra jagung yang tersebar di berbagai daerah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tim peneliti ITB melibatkan dosen dan mahasiswa dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara serta Sekolah Teknik Elektro dan Informatika. Menurut ketua tim, Toto Hardianto, pihaknya menggarap kontrol dan otomatisasi mesin. “Sebetulnya mesin ini bukan yang high-tech, justru ini turun ke grass root tetapi tepat guna,” katanya kepada Tempo, Rabu 6 Oktober 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Namun begitu pengembangan mesin pengering jagung itu menurutnya tidak mudah, terutama terkait dengan otomatisasi alat. Tim juga melakukan penyempurnaan sistem pendinginan dan mengatur kontrol suhu pemanasan untuk pengeringan jagung. “Tujuannya menurunkan kadar air 10 persen,” ujar Toto.
Tangki reaktor mesin itu berukuran besar hingga harus diangkut dengan truk. Ukurannya seperti truk tangki bahan bahan minyak. “Kapasitasnya sampai 1,5 ton jagung,” kata dia.
Mesin itu awalnya dibuat oleh PT Charoen Pokphand Indonesia kemudian sentuhan akhirnya melibatkan akademisi. Perusahaan pakan ternak dan budidaya ayam ternak itu memerlukan bahan jagung yang banyak.
Pengembangan mesin itu berjalan setahun lebih. Mesin yang digerakkan oleh listrik dari generator set, dibikin hemat solar hingga 30 persen. Adapun produktivitasnya sekitar 50 persen. “Operatornya bisa cukup oleh dua orang,” kata Toto. Beberapa sentra petani jagung seperti di Gorontalo, Lampung, Grobogan, Cirebon, dan Semarang. Biasanya, petani mengeringkan dengan cara menjemur di tempat terbuka.
Mesin pengering jagung itu efektif bermuatan 1,5 ton jagung. Lama pengeringan jagung selama satu jam untuk menurunkan kadar air hingga 10 persen. “Kebutuhan solarnya 1,25 liter per ton per penurunan kadar air 1 persen,” ujarnya.