Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Jumat Yang Kejam Di El Asnam

Getarannya 7,5 pada skala reihter, menewaskan 20.000 orang, 80% bangunan kota hancur. (ilm)

25 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGIAN warga kota El Asnam, baru saja pulang dari sembahyang Jumat di masjid. Di rumah kaum ibu tengah menyiapkan makan siang. Tak tampak tanda-tanda bahwa hari itu bakal menjadi hari berkabung bagi Aljazair. Diam-diam di bawah El Asnam, berpenduduk 125.000 jiwa, lempengan bumi bergerak. Gempa terjadi. Getarannya--7,5 pada skala Richter--meratakan 80% bangunan kota dengan tanah. Menurut data sementara, lebih dari 20.000 orang tewas dan 50.000 lainnya cedera berat maupun ringan. Tragedi 10 Oktober itu hanya berlangsung enam detik. "Anjing bahkan tak sempat menggonggong," cerita seorang penduduk. El Asnam, ketika bernama Orleans ville, pernah diguncang gempa hebat. Tapi "sekarang ini jauh lebih buruk dibandingkan dengan gempa tahun 1954 itu," kata seorang tua. Ia bisa bercerita begitu karena untuk kedua kalinya dirinya terhindar dari maut. Tahun 1954 getarannya 6,4 pada skala Richter yang menewaskan 1.600 orang dan mencederakan 15.000 lainnya. El Asnam memang terletak di alur gempa seismik utama sepanjang 240 km yang memotong Aljazair. Banyaknya jatuh korban kali ini, menurut seorang ahli teknik Prancis, mungkin disebabkan standar bangunan tahan gempa telah tidak ditaati. Termasuk untuk apartemen murah yang didirikan pemerintah guna menampung korban gempa tahun 1954. Hampir seluruh bangunan penampungan ini hancur berantakan. Daerah perumahan yang terletak di kawasan Nasr dan Sangan itu menampung 6.000 penduduk. Hotel Chelif, salah satu bangunan besar bikinan arsitek Prancis, yang mungkin memenuhi standar anti-gempa ternyata juga berantakan. Di hotel ini, ditaksir 350 orang korban. Gempa di El Asnam, terletak 160 km di sebelah barat daya Kota Aljir, tergolong yang terkuat di dunia, Institut Seismologi di Uppsala, Swedia, menyebut demikian hebat guncangannya sampai jarum pencatat jatuh dibuatnya. Gempa terburuk adalah di Shensi, RRC, 24 Januari 1556 ketika itu tewas 830.000 jiwa. Tapi tak ada catatan getarannya pada skala Richter. Presiden Aljazair, Benjdid Chadli, telah memerintahkan tentara, tenaga medis serta sukarelawan di seluruh negeri untuk membantu operasi penyelamatan di El Asnam. Tak kurang pula diharapkan bantuan dunia internasional. "Kami membutuhkan uluran tangan anda," kata Mouloud Belaouane, Ketua Palang Merah Aljazair, di layar TV Prancis, sehari setelah gempa. Bantuan segera diulurkan oleh Palang Merah Internasional di Jenewa. Antara lain dikirimkannya ribuan lembar selimut, bahan pangan, obat-obatan, regu dokter dan perawat medis. Jejak ini juga diikuti oleh Prancis. Presiden Valery Giscard d'Estaing bahkan memerintahkan agar semua rumah sakit umum di Prancis bersiap-siap menerima korban El Asnam. Aljazair adalah bekas jajahan Prancis yang memerdekakan diri tahun 1962. Ayatullah Khomeini dikabarkan pula telah menginstruksikan tim dokter yang mendampingi jamaah haji Iran ke Mekah untuk segera bertolak ke Aljir. Dari Amerika Serikat tiba 50 ton perhekalan bantuan, 40 dokter dan insinyur. Sementara dari Jerman Barat, Inggris, Belanda, Swiss dan Denmark, puluhan pesawat pensuplai Angkatan Udara siap setiap saat mengangkut bantuan paling mendesak yang dibutuhkan Aljazair. Dan kawat belasungkawa mengalir dari berbagai penjuru, antara lain dari Paus Johannes Paulus ll. Korban gempa telah ditampung dalam barak-barak darurat yang dibuat dari bahan prefab. Diperkirakan, di El Asnam saja, lebih 100.000 orang kehilangan tempat tinggal. Di desa sekitarnya para korban cenderung bermalam di tempat terbuka -- dingin sekali. "Kami masih dihantui ketakutan," ujar penduduk setempat. Prioritas juga diberikan untuk mendirikan gedung sekolah darurat. Anak-anak belum dapat segera belajar di sana. Tak semua korban kebagian bantuan yang mengalir dari dunia internasional. Lantaran tidak dikoordinir secara baik. Misalnya, bahan makanan dan selimut dalam kantung-kantung plastik itu dijatuhkan begitu saja di lorong. Akibatnya penduduk saling berebut. Korban yang masih kuat mendapat lebih. Sedang mereka yang tua dan lemah atau pun yang menderita luka-luka banyak tak kebagian. Nasib korban di Oued, Fodda, El Attaf, Kherba, Zebboudja dan Sanjaz - semuanya di luar El Asnam -- lebih menyedihkan lagi. Mereka belum tersentuh bantuan. Sebab hubungan darat praktis terputus sama sekali. Rel kereta api, misalnya, bengkang-bengkok akibat gempa. Di jalur perhubungan Aljir-Oran para korban menanti truk berisi bahan pangan dan selimut di pinggir jalan. Isi kendaraan mereka kuras. Para petugas tak berkutik. Sekarang polisi dan tentara mengawasi jalur tersebut. Dan pemerintah sudah mengeluarkan maklumat : para pengacau bila tertangkap tentunya, akan dijatuhi hukuman berat. Bantuan tenaga juga sulit. Konon di sebuah kampung dekat El Asnam, seorang bocah berusia 12 tahun menangis mencari orang untuk menolong mengeluarkan ayahnya dari timbunan puing. Akhirnya ia terpaksa mengais-ngais sendirian sembari mengikuti perintah yahg diberikan ayahnya dari sela-sela reruntuhan. Pemerintah Aljazair, kini, dihantui kecemasan terhadap kemungkinan berjangkitnya penyakit menular sebagai akibat hancurnya sistem pelayanan umum. Diantaranya sistem jaringan air minum dan pembuangan kotoran. Untuk mencegah agar masyarakat terhindar dari wabah kolera maka Palang Merah Aljazair buru-buru melakukan vaksinasi umum. Kalau tidak segera ditanggulangi, korban bisa jauh lebih banyak lagi. Gempa yang melanda El Asnam dan sekitarnya diduga pemerintah masaih akan berlanjut sementara waktu. Tiga getaran kuat, misalnya, terasa lagi 16 Oktober. Penduduk diminta untuk tetap tenang. "Apa yang terjadi itu wajar dan alamiah. Sebab kerak bumi tengah mencari keseimbangan baru," bunyi maklumat pemerintah. Aljazair mengumumkan agar rakyat mengibarkan bendera setengah tiang sebagai tanda belasungkawa selama sepekan atas musibah ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus