Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Pelajaran Dari El Asnam

Kota el asnam terletak di bagian utara afrika dilanda gempa. itu akibat desakan gerak afrika ke utara & gerak eropa ke timur yang mengakibatkan terjadinya sesar. terjadinya diawali pada zaman tersier.

25 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMBALI daerah tepi kontinen sebelah utara Afrika dilanda gempa. Kali ini yang kena adalah Kota El Asnam yang terletak antara kota Aljir dan Oran. Gempa yang bermagnitude lebih besar dari 7 dalam skala Richter itu dangkal dan berpusat di sekitar El Asnam. Timbul pertanyaan, gaya apa yang menyebabkan gempa sebesar itu--lebih 20.000 jiwa korban - dan justru mengapa di lokasi El Asnam yang terletak di tepian utara kontinen Afrika? Apa yang perlu dilakukan untuk menghindari atau memperkecil akibat adegan maut yang telah berulang kali terjadi di daerah tersebut? Dari sejauh ini tentu tidak mungkin melakukan analisa yang tepat mengenai mekanisme gempa El Asnam. Laporan ilmiah belum ada yang masuk tetapi dari foto di suratkabar serta berdasarkan peta geologi daerah Afrika Utara yang ada beberapa kesimpulan meskipun agak prematur sudah dapat ditarik. Gambar yang dimaksudkan adalah rel kereta api yang melengkung antara Kota El Asnam dan Aljir. Dalam peta, jalan kereta api ini kelihatan berjurusan Timur-Barat. Kalau memang ini demikian di tempat pengambilan foto maka dapat dideduksi bahwa satu sesar mendatar berjurusan Timurlaut - Baratdaya(NE - SW) telah menyebabkan pelengkungan rel ini. Pelengkungan rel kereta api demikian hanya mungkin oleh gerak mendatar yang ber-magnitude besar. Dalam gambar itu dapat pula diidentifikasikan bahwa gerak tersebut bersifat sinistral, ialah segmen kerakbumi sebelah baratlaut (NW) patahan, bergerak relatif ke arah baratdaya (SW), terhadap segmen kerakbumi yang terletak sebelah tenggara (SE) patahan tersebut. Metode di atas telah kami terapkan berdasarkan gambar rel kereta api yang melengkung sewaktu terjadi gempa bumi Padang Panjang tahun 1926. Dapat ditarik kesimpulan bahwa gempa Pandang Panjang di sebabkan oleh suatu sesar mendatar berjurus Baratlaut Tenggara (NW - SE) yang bergerak secara dekstral dengan magnitude yang dapat disamakan dengan gempa bumi El Asnam. Korban yang ringan di Sumatera Barat pada waktu itu adalah karena konstruksi bangunan di Pandang Panjang ringan (kayu dan seng) serta tidak adanya gedung batu yang bertingkat, sedang penduduk tak padat. Analisa tentang patahan yang dibuat di atas ternyata dapat dikorelasikan dengan peta struktur regional daerah sekitar Laut Mediteran. Patahan berjurusan Timurlaut - Baratdaya (NE - SW) dengan sifat gerak mendatar sinistral telah dipetakan oleh ahli-ahli geologi sebelumnya. Patahan tersebut membentang dari Spanyol ke Maroko dan dari Kepulauan Balearen melintasi Laut Mediteran ke Aljazair. Salah satu patahan ini rupanya memotong El Asnam dan merusak kota tersebut serta telah pula menyebabkan pelengkungan jalan kereta api yang disebut tadi. Kenapa terjadi demikian? Akibat Benturan Dua Benua Teori tektonik lempeng mengajarkan bahwa benua Afrika, pada waktu Tersier karena geraknya ke arah utara, telah berbenturan dengan benua Eropa. Berlainan dengan interaksi antara lempeng oseanis dan busur kepulauan di mana yang pertama menukik di bawah lempeng kontinental (subduction) sebagaimana terlihat di sebelah selatan Pulau Jawa, maka di sini terjadi benturan (collision) antara dua lempeng yang masing-masing "memikul" kerak kontinen dalam bentuk benua Afrika dan Eropa. Lempeng yang mengangkut benua Afrika dan bergerak seperti ban berjalan (conveyer belt) ke arah utara ini bertabrakan dengan benua Eropa sehingga mengakibatkan penyesaran benua yang satu terhadap yang lain. Sebagai akibat pertarungan benua raksasa Afrika dan Eropa ini maka terbentuklah pegunungan lipatan atau pegunungan yang berlapis dan menumpuk seperti kelopak (nappe) dan kini menjulang tinggi di Eropa seperti pegunungan Alpina dengan puncak yang tersohor seperti Mont Blanc dan Matterhom di daerah pariwisata Swiss. Di sebelah selatan dataran Swiss terdapat pegunungan Matterhorn, Grand Combin dan Saint Bernard terdiri dari batuan sedimen yang dahulu sebelum benturan, terletak beberapa ratus kilometer di sebelah selatan, di tepian utara benua Afrika. Sedimen ini disesar di atas batu-batuan dasar Eropa dan kini merupakan pegunungan kelopak yang dikenal dengan nama Dent Blanche dan Pennine. Di sebelah utara dataran Swiss terdapat pegunungan granit yang terangkat dan yang dahulu merupakan batas benua Eropa dan kini merupakan surga pendaki gunung seperti puncak Mont Blanc dan Jungfrau. Meskipun klimaks benturan antara benua Atrika dan Eropa terjadi berpuluh juta tahun yang silam, akibatnya masih dirasakan kini sebagaimana terlihat dari sekian banyak patahan aktif atau yang masih bergerak yang banyak tersebar di perbatasan kedua kontinen tegar yang merupakan batas antara lempeng Afrika dan lempeng Eropa atau Eurasia. Dengan menerapkan prinsip dasar mekanika bantuan maka dapat disimpulkan bahwa patahan sesar mendatar yang merupakan sumber gempa bumi besar di Afrika Utara adalah akibat sisa-sisa gerak utama Afrika ke arah utara. Patahan ini dapat diidentifikasikan sebagai sesar shear atau sesar mendatar sinistral, yang biasanya terjadi pada lempeng yang tegar. Daerah sebelah utara Laut Mediteran seperti Portugis, Spanyol, Italia, Yugoslavia dan Yunani dapat dianggap "terjepit" dan "tergencet" di antara benua raksasa Afrika dan Eropa. Daerah ini dahulu terdiri dari cekungan sedimen dan lempeng-mikro seperti lempeng Adriatika dan lempeng Aegia. Gerak kerak bumi di daerah Mediteran ini tidaklah sederhana karena di samping desakan Afrika ke arah utara terdapat juga gerak Eropa ke arah timur yang berpangkal pada pusat pemekaran Samudera Atlantik. Tidaklah mengherankan bahwa daerah ini sering dilanda gempa dahsyat seperti yang terjadi di Lisbon tahun 1775 (korban 32.000 jiwa), Messina dan Regio tahun 1908 (korban 83.000 jiwa), Agadir 1960 (korban 10.000 jiwa). Yugoslavia, Yunani, Turki juga telah terkena gempa hebat yang menelan ribuan jiwa penduduk. Dalam membangun kembali kota yang rusak seperti E] Asnam bukan saja kekuatan konstruksi bangunan yang perlu mendapat perhatian tetapi juga penyebaran, jurusan, serta sifat gerak sesar mendatar yang merupakan pusat gempa bumi dangkal di daratan. Gejala alam ini yang merupakan benda mati pada saat tertentu dapat melepaskan energi kinetik yang besar. Pada saat itu mereka bertindak sebagai pembunuh besar. Harus dijaga agar bangunan besar atau pipa gas dan air, pabrik kimia, depot minyak terminal dan lain-lain, tidak dibangun tegak lurus atau memotong patahan tersebut. Metode mutakhir dalam teknik geologi dan seismological engineering perlu diterapkan dalam membangun kembali dan membenahi kota yang hancur sebagaimana yang telah dilakukan di Jepang dan California.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus