KEMBALI daerah tepi kontinen sebelah utara Afrika dilanda gempa.
Kali ini yang kena adalah Kota El Asnam yang terletak antara
kota Aljir dan Oran. Gempa yang bermagnitude lebih besar dari 7
dalam skala Richter itu dangkal dan berpusat di sekitar El
Asnam. Timbul pertanyaan, gaya apa yang menyebabkan gempa
sebesar itu--lebih 20.000 jiwa korban - dan justru mengapa di
lokasi El Asnam yang terletak di tepian utara kontinen Afrika?
Apa yang perlu dilakukan untuk menghindari atau memperkecil
akibat adegan maut yang telah berulang kali terjadi di daerah
tersebut?
Dari sejauh ini tentu tidak mungkin melakukan analisa yang tepat
mengenai mekanisme gempa El Asnam. Laporan ilmiah belum ada yang
masuk tetapi dari foto di suratkabar serta berdasarkan peta
geologi daerah Afrika Utara yang ada beberapa kesimpulan
meskipun agak prematur sudah dapat ditarik.
Gambar yang dimaksudkan adalah rel kereta api yang melengkung
antara Kota El Asnam dan Aljir. Dalam peta, jalan kereta api ini
kelihatan berjurusan Timur-Barat. Kalau memang ini demikian di
tempat pengambilan foto maka dapat dideduksi bahwa satu sesar
mendatar berjurusan Timurlaut - Baratdaya(NE - SW) telah
menyebabkan pelengkungan rel ini. Pelengkungan rel kereta api
demikian hanya mungkin oleh gerak mendatar yang ber-magnitude
besar. Dalam gambar itu dapat pula diidentifikasikan bahwa gerak
tersebut bersifat sinistral, ialah segmen kerakbumi sebelah
baratlaut (NW) patahan, bergerak relatif ke arah baratdaya (SW),
terhadap segmen kerakbumi yang terletak sebelah tenggara (SE)
patahan tersebut. Metode di atas telah kami terapkan berdasarkan
gambar rel kereta api yang melengkung sewaktu terjadi gempa bumi
Padang Panjang tahun 1926. Dapat ditarik kesimpulan bahwa gempa
Pandang Panjang di sebabkan oleh suatu sesar mendatar berjurus
Baratlaut Tenggara (NW - SE) yang bergerak secara dekstral
dengan magnitude yang dapat disamakan dengan gempa bumi El
Asnam. Korban yang ringan di Sumatera Barat pada waktu itu
adalah karena konstruksi bangunan di Pandang Panjang ringan
(kayu dan seng) serta tidak adanya gedung batu yang bertingkat,
sedang penduduk tak padat.
Analisa tentang patahan yang dibuat di atas ternyata dapat
dikorelasikan dengan peta struktur regional daerah sekitar Laut
Mediteran. Patahan berjurusan Timurlaut - Baratdaya (NE - SW)
dengan sifat gerak mendatar sinistral telah dipetakan oleh
ahli-ahli geologi sebelumnya. Patahan tersebut membentang dari
Spanyol ke Maroko dan dari Kepulauan Balearen melintasi Laut
Mediteran ke Aljazair. Salah satu patahan ini rupanya memotong
El Asnam dan merusak kota tersebut serta telah pula menyebabkan
pelengkungan jalan kereta api yang disebut tadi. Kenapa terjadi
demikian?
Akibat Benturan Dua Benua
Teori tektonik lempeng mengajarkan bahwa benua Afrika, pada
waktu Tersier karena geraknya ke arah utara, telah berbenturan
dengan benua Eropa. Berlainan dengan interaksi antara lempeng
oseanis dan busur kepulauan di mana yang pertama menukik di
bawah lempeng kontinental (subduction) sebagaimana terlihat di
sebelah selatan Pulau Jawa, maka di sini terjadi benturan
(collision) antara dua lempeng yang masing-masing "memikul"
kerak kontinen dalam bentuk benua Afrika dan Eropa.
Lempeng yang mengangkut benua Afrika dan bergerak seperti ban
berjalan (conveyer belt) ke arah utara ini bertabrakan dengan
benua Eropa sehingga mengakibatkan penyesaran benua yang satu
terhadap yang lain. Sebagai akibat pertarungan benua raksasa
Afrika dan Eropa ini maka terbentuklah pegunungan lipatan atau
pegunungan yang berlapis dan menumpuk seperti kelopak (nappe)
dan kini menjulang tinggi di Eropa seperti pegunungan Alpina
dengan puncak yang tersohor seperti Mont Blanc dan Matterhom di
daerah pariwisata Swiss.
Di sebelah selatan dataran Swiss terdapat pegunungan Matterhorn,
Grand Combin dan Saint Bernard terdiri dari batuan sedimen yang
dahulu sebelum benturan, terletak beberapa ratus kilometer di
sebelah selatan, di tepian utara benua Afrika. Sedimen ini
disesar di atas batu-batuan dasar Eropa dan kini merupakan
pegunungan kelopak yang dikenal dengan nama Dent Blanche dan
Pennine. Di sebelah utara dataran Swiss terdapat pegunungan
granit yang terangkat dan yang dahulu merupakan batas benua
Eropa dan kini merupakan surga pendaki gunung seperti puncak
Mont Blanc dan Jungfrau.
Meskipun klimaks benturan antara benua Atrika dan Eropa terjadi
berpuluh juta tahun yang silam, akibatnya masih dirasakan kini
sebagaimana terlihat dari sekian banyak patahan aktif atau yang
masih bergerak yang banyak tersebar di perbatasan kedua kontinen
tegar yang merupakan batas antara lempeng Afrika dan lempeng
Eropa atau Eurasia.
Dengan menerapkan prinsip dasar mekanika bantuan maka dapat
disimpulkan bahwa patahan sesar mendatar yang merupakan sumber
gempa bumi besar di Afrika Utara adalah akibat sisa-sisa gerak
utama Afrika ke arah utara. Patahan ini dapat diidentifikasikan
sebagai sesar shear atau sesar mendatar sinistral, yang biasanya
terjadi pada lempeng yang tegar.
Daerah sebelah utara Laut Mediteran seperti Portugis, Spanyol,
Italia, Yugoslavia dan Yunani dapat dianggap "terjepit" dan
"tergencet" di antara benua raksasa Afrika dan Eropa.
Daerah ini dahulu terdiri dari cekungan sedimen dan
lempeng-mikro seperti lempeng Adriatika dan lempeng Aegia. Gerak
kerak bumi di daerah Mediteran ini tidaklah sederhana karena di
samping desakan Afrika ke arah utara terdapat juga gerak Eropa
ke arah timur yang berpangkal pada pusat pemekaran Samudera
Atlantik. Tidaklah mengherankan bahwa daerah ini sering dilanda
gempa dahsyat seperti yang terjadi di Lisbon tahun 1775 (korban
32.000 jiwa), Messina dan Regio tahun 1908 (korban 83.000 jiwa),
Agadir 1960 (korban 10.000 jiwa). Yugoslavia, Yunani, Turki juga
telah terkena gempa hebat yang menelan ribuan jiwa penduduk.
Dalam membangun kembali kota yang rusak seperti E] Asnam bukan
saja kekuatan konstruksi bangunan yang perlu mendapat perhatian
tetapi juga penyebaran, jurusan, serta sifat gerak sesar
mendatar yang merupakan pusat gempa bumi dangkal di daratan.
Gejala alam ini yang merupakan benda mati pada saat tertentu
dapat melepaskan energi kinetik yang besar. Pada saat itu mereka
bertindak sebagai pembunuh besar.
Harus dijaga agar bangunan besar atau pipa gas dan air, pabrik
kimia, depot minyak terminal dan lain-lain, tidak dibangun tegak
lurus atau memotong patahan tersebut. Metode mutakhir dalam
teknik geologi dan seismological engineering perlu diterapkan
dalam membangun kembali dan membenahi kota yang hancur
sebagaimana yang telah dilakukan di Jepang dan California.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini