Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Makan Telur Kuda Jadi Raksasa

Anak berusia 15 th, anasrul dari sum-bar, menderita tumor hypophysis, tumor pada kelenjar hypophysis yang mengakibatkan pertumbuhan badan melaju dengan pesat, berat badan anak tersebut 110 kg & tinggi 200,8 cm.(ksh)

25 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKARANG Sumatera Barat tidak hanya memiliki Jam Gadang di Bukittinggi. Dia juga mempunyai Buyung Gadang yang lahir di Solok. Anak ini memang luar biasa. Pada usia 15 si buyung yang bernama Anasrul itu membengkak dengan bobot 110 kg, tinggi 2,08 m. Tinggi anak sebaya dia hanya sampai di pusatnya. Bocah nan gadang itu ditemukan secara kebetulan. Akhir Agustus rombongan dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas melaksanakan "hari bhakti" keliling Sumatera Barat untuk merayakan ulang tahun ke 25 FK tersebut. Di jorong (dukuh) Gando, negari (desa) Paninjauan, Kecamatan 10 Koto, Solok, dr. Syafril Syahbudin yang memimpin tim kedatangan seorang pasien jangkung. Semula suasana pemeriksaan berjalan biasa. Dokter menanyakan keluhannya. "Saya batuk-batuk saja belakangan ini," jawab si jangkung. Tapi ketika ditanyakan usianya barulah Syafril Syahbudin kaget. Batuk menjadi tak begitu penting dibandingkan dengan kemungkinan penyakitnya yang lebih parah dilihat dari gejala tubuhnya yang begitu cepat membesar. Si jangkung itu dianjurkan segera melanjutkan pengobatan ke Padang. Berkat pemuka desa yang menganjurkan penduduk untuk menyumbang, terkumpullah sejumlah uang untuk memberangkatkan jangkung Anasrul ke Padang yang jauhnya sekitar 100 km. Begitu sampai di RSUP dr. Jamil, Padang, orang-orang gempar. Orang berduyun-duyun ingin melihatnya Sampai-sampai jendela kamarnya pecah gara-gara penonton berdesakan. Ini membuat Anasrul tersinggung dan ngambek. "Saya tak betah kalau begini. Saya mau pulang kampung," katanya kepada dokter yang merawat. Anasrul anak paling bungsu dari lima bersaudara. Di antara saudara-saudaranya cuma dia mempunyai tubuh bongsor seperti itu. Kelainan itu mulai tampak sejak usia 5 tahun. Ketika masuk SD ia sudah mirip anak-anak kelas V. Ketika kelas IV tingginya nyaris 2 m. Ia malu sendiri dan berhenti bersekolah. Kemudian dia membantu ibunya untuk mengurus sepetak tanah. Tapi tanggungan keluarga yang sudah kehilangan ayah itu, menjadi berat gara-gara makan Anasrul 2,5 kali normal. Tak ada sepatu yang cocok. Demikian juga sandal. Ke mana-mana dia hanya berkaki-ayam. "Tak tahu bagaimana rasanya pakai sepatu," katanya kepada wartawan yang datang menemuinya di rumahsakit. Kalau bercakap-cakap dia biasa saja. Kelakarnya cukup. Ketika wartawan bertanya mengapa tubuhnya jadi membesar, jawabnya dengan cepat: "Barangkali saya termakan telur kuda." Panco Kaki RSUP dr Jamil di Padang ternyata tak sanggup mengobati penyakit "aneh" yang diderita Anasrul. Cuma seminggu dia dirawat. Dokter kemudian memutuskan supaya dia dibawa ke Jakarta. Untuk ongkos keberangkatannya ke Jakarta, para pengunjung yang tadinya dirasakan sebagai pengganggu, ternyata berbalik membantu. Mereka secara sukarela memberikan sumbangan. Terkumpul Rp 200.000. Ditemani Nyonya Syafril Syahbudin yang juga dokter, ia berangkat ke Jakarta menumpang pesawat terbang. Sesampainya di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Anasrul disembunyikan di Paviliun Astra. Ia masuk ke situ 30 September dan saban hari menjadi tontonan, terutama bagi anak-anak sekolah. Ada yang membawa makanan. Kalau tak bisa mereka melemparkan uang ala kadarnya. Ia tampak gelisah melihat keadaan itu. Terakhir di depan ruangan perawatan tersebut ditempatkan beberapa orang Hansip. Dan jalan menuju ke sana diblokir. Hingga memungkinkan Anasrul ke luar kamar dan mencari angin di beranda paviliun. Ia sering terlihat sedang membaca di kursi panjang bersama perawat. Anak Solok itu marah terhadap beberapa koran yang menyebutkannya raksasa dan makan dari baskom. Tapi untuk ruangan perawatan RSCM dia memang terlalu besar. Masuk ke kamarnya dia harus tunduk. Tempat tidurnya diperpanjang dengan menyusun bantal sampai ke dinding. Semua perawat laki-laki termasuk bagian kebersihan dengan mudah ditaklukkannya dalam adu panco kaki. Siapa tahan. Tapak kakinya panjangnya sekitar 45 cm. Umumnya Pria Secara keseluruhan perbandingan anggota tubuhnya satu sama lain tetap seimbang. Tapi mengapa ia begitu cepat membesar dan melebihi batas normal? "la menderita tumor hypophisis," jawab Prof. Utoyo Sukaton, Kepala Bagian Pcnyakit Dalam RSCM yang mengawas tim dokter yang merawat Anasrul. Hypophysis adalah kelenjar yang ukurannya sebesar biji kacang tanah dan menggantung dari otak, berbaring tak jauh dari bola mata, di sebelah dalam tulang pelipis. Kelenjar hypophysis menghasilkan hormon pertumbuhan yang dialirkannya lewat darah. Jika tumor menyerang kelenjar tersebut akan terjadi perangsangan produksi hormon dan mengakibatkan pertumbuhan badan si penderita melaju dengan cepat. Tumor ini diobati dengan sinar X atau operasi terhadap kelenjar hypopbysis. Menurut beberapa orang perawat di RSCM Anasrul sudah dua kali mendapat penyinaran di bagian radiologi. Sekalipun tumor itu bisa diatasi nantinya ukuran tubuhnya bagaimanapun tak bisa diperkecil. Sepanjang ingatan Utoyo Sukaton sudah 3 "raksasa" yang masuk ke RSCM. Tapi cuma seorang yang tertolong. Dia sudah lupa di mana alamatnya. Yang lain tak tertolong, karena penyakit ini sering disertai kencing manis. Dan gampang terserang infeksi. Dalam beberapa kasus perjangkungan berhenti sendiri tanpa pengobatan. Dunia mengenal puluhan manusia "raksasa". Entah mengapa yang menderita kelainan seperti ini kebanyakan pria. Di antara wanita yang sedikit itu adalah Anna Ilanen Swan yang lahir tahun 1846 di Nova Scotia, Canada. Tingginya 2,27 m. Kemudian dia menikah dengan Martin van Buren Bates kelahiran Kentucky, Amerika Serikat. Tinggi Martin 2,10 m, sehingga pasangan ini tercatat sebagai pasangan paling jangkung dalam sejarah. Robert Pershing Wadlow dari Alton, Illinois Amerika Serikat, lahir 22 Februari 1918 merupakan manusia paling top sampai sekarang. Tingginya 2,71 m Pada usia 15 tahun tingginya sudah 2,3 5 m. Ia meninggal dalam usia 22 tahun, karena peradangan di berbagai persendian tulang. Ilmu kedokteran mencatat, penderita penyakit "raksasa" sulit untuk mencapai usia lanjut. Tapi siapa tahu nasib si Buyung Gadang dari Solok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus