SETELAH beberapa tahun menutup mulut, akhirnya Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) bicara juga. Belum lama ini mereka mengumumkan bahwa pesawat pengebom Stealth, jenis B-2, telah memasuki tahap akhir pembuatannya. Namun, gambaran teknisnya sebagian besar masih dirahasiakan. Menurut kabar, prototip B2 itu akan selesai bulan November nanti, dan penerbangan perdananya akan dilangsungkan sebulan kemudian. Pengumuman itu mengakhiri spekulasi yang telah beberapa tahun ini beredar. Rencana pembuatan pesawat pengebom yang bisa menyusup ke daerah lawan tanpa terdeteksi radar sesungguhnya telah mulai diangkat ke Pentagon 15 tahun sllam, seusal Perang Arab-Israel. Di tengah sorak kemenangan orang-orang Yahudi itu, sebenarnya para pakar pertahanan udara Amerika merasa terpukul. Pasalnya, 40 buah pesawat Israel buatan Amerika rontok oleh rudal SAM-6, berkat deteksi dini oleh radar Mesir. Tapi gagasan itu mandek di laci meja Pentagon. Di masa pemerintahan Presiden Carter, ide tentang pesawat Stealth itu dihidupkan kembali. Tapi di tangan Reaganlah proyek pesawat Stealth berkibar. Kabarnya, lima tahun lalu Reagan menyetujui pengalokasian dana Rp 80 trilyun untuk proyek itu. Pada saat itu kecemasan orang Amerika terhadap ancaman Uni Soviet memang sedang sampai pada puncaknya. Pihak Rusia, pada catatan Amerika, memiliki 10 ribu pucuk rudal dari darat ke udara, yang ditempatkan pada 1.400 pos tetap. Jumlah itu belum mencakup rudalrudal yang setiap saat bisa dikerahkan lewat 13 ribu kereta peluncur. Rusia juga dikabarkan memiliki 9.000 buah kendaraan antiserangan udara. Untuk melengkapi persenjataan itu di seluruh wilayah Pakta Warsawa, Uni Soviet juga menempatkan 7.000 stasiun radar, di samping 2.500 stasiun pengintai lain dan satelit pertahanannya. Berkat ancaman yang dianggap serius itu, usulan proyek pesawat Stealth itu bergulir mulus. Targetnya ialah membuat pesawat penyerbu, pengebom, dan rudal yang mampu mengecoh sistem persenlataan Rusia. Kini pengebom B-2 bakal lahir sebagai anak sulung. Pengebom B-2, seperti kodrat pesawat Stealth, memiliki bentuk tubuh yang lebar dan pipih. Mirip ikan pari. Sayapnya menyatu betul dengan badan pesawat -- tanpa sambungan pemisah -- dan merentang selebar 50-an meter. Dia memiliki empat buah mesin, dua terbenam di sayap kanan, dua lainnya di sayap kiri. Keempat mesin itu mampu menghasilkan daya dorong sebesar 31 ribu kilogram. Dengan asumsi bahwa berat pesawat besarnya empat kali lipat daya dorong mesin sebagaimana standar pada pesawat militer umumnya -- bobot ikan pari itu ditaksir tak kurang dari 120 ton. Memang B-2 bukan pesawat kecil. Tubuhnya satu kelas dengan pesawat angkut Boeing 747. Kecepatan terbangnya pun tak lebih kencang dari pesawat komersial itu, maksimum 0,8 mach, sekitar 980 km per jam. Daya jelajah ikan pari B-2 itu hanya 8.000 km. Dengan tubuh raksasanya itu, tentu saja diperlukan sejumlah "keajaiban" agar dia bisa leluasa menyusup ke daerah musuh tanpa ketahuan oleh jaringan radar lawan. Badan B-2 yang pipih dimaksudkan untuk meminimumkan bidang tangkapan radar. Bagian-bagian pesawat lain yang dipandang rawan terhadap tangkapan radar ditiadakan. Sebagai korbannya, antara lain, sirip vertikal yang biasa terpasang di bagian ekor. Sebagai ganti sirip tegak itu, pada B-2 dipasang sirip-sirip kecil di bagian belakang sayap, yang blsa menggiring pesawat bermanuver ke samping. Yang unik adalah posisi mesinnya. Keempat mesin turbo itu disembunyikan jauh di dalam tubuh sayap. Ini adalah akal mengecoh radar. Pada pesawat konvensional, mulut mesin langsung berhadapan dengan udara luar. Propeler yang tak terlindung itu merupakan bidang yang kuat memantulkan pancaran radar. Pada B-2, mulut mesin berada di belakang lorong berbentuk S. Pada lorong itulah sinyal radar diredam. Lantas di bawah lorong mesin itu dibikin saluran khusus. Lorong ekstra ini digunakan untuk mencampurkan udara luar, yang relatif dingin, dengan gas buang dari mesin yang relatif lebih panas. Alhasil, asap yang keluar dari cerobong pesawat temperaturnya cukup rendah, sehingga tak terlacak oleh mata sensor inframerah satelit, yang tak pernah berhenti memeloton permukaan bumi. Demi menghindari intaian radar itu pula konstruksi sayap Stealth dibikin berlapis-lapis. Bagian terluar dibuat dari bahan campuran karbon-epoksi dan serat kaca. Bahan campuran ini terhitung paling malas memantulkan gelombang radar. Di bawah laplsan ini terdapat sel-sel yang berbentuk pipa heksagonal (segi enam), yang berjajar berimpitan dalam posisi membujur. Boleh jadi, sinyal radar -- dalam benn gelombang radio berfrekuensi tinggi -- sebagian akan menembus lapisan terluar dan masuk ke dalam lorong heksagonal itu. Di dalam lorong itu, sinyal radar akan dipantulkan dari satu permukaan ke permukaan yang lain, hingga akhirnya redam sama sekali. Tubuh utama pesawat, juga tabung yang melindungi mesin, dirancang agar menyesatkan radar. Lengkungan halus, yang bersifat pemantul radar, diganti dengan lekukan patah-patah yang tak terlalu tajam. Alhasil, sinyal radar itu dibaurkan, hingga arah pantulannya tak keruan. Bidang pantulan radar, yang sering disebut RCS (Radar Cross Section) pada ikan pari B-2 itu sangat kecil, hanya sepersejuta m2. Bandingkan dengan B-52, yang nilai RCS-nya 100 m2. Pendahulu B-2, yakni B-IB, diperhitungkan RCS-nya I m. Ini berarti B-2 bisa lolos dari radar militer biasa, yang sanggup mendeteksi kehadiran pesawat dengan RCS 1 m2 dari jarak 370 km. Dengan kecepatannya yang 0,8 mach, radar standar Pakta Warsawa baru bisa mendeteksi kehadiran B-2 20 detik sebelum pesawat itu melintas di atas stasiun radar tersebut. Padahal, sekian menit sebelumnya, pengebom B-2 itu telah mengetahui posisi radar lawan, dan kalau mau, dia bisa melepaskan rudal untuk menghancurkannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini