Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Media Biomassa Penyimpan Energi

Bahan biologis yang diolah menjadi karbon aktif bisa diolah menjadi komponen media penyimpan energi. Menggabungkan keunggulan yang dimiliki baterai dan kapasitor.

 

22 Februari 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Biomassa dapat diolah menjadi karbon aktif sebagai bahan membuat kapasitor.

  • Bahan karbon aktif sangat berpori dengan bentang area mencapai 3.000 meter persegi per gram.

  • Digabungkan dengan material lithium-ion untuk menghasilkan media penyimpan energi.

PENELITI dan dosen dari Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia, Chairul Hudaya, tengah mengembangkan media penyimpan energi listrik menggunakan bahan biologis (biomassa) dari tumbuhan. Biomassa olahan tersebut dibuat menjadi karbon aktif sebagai bahan kapasitor dan dikombinasikan dengan material ion litium yang selama ini dipakai sebagai komponen baterai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Chairul, Indonesia memiliki potensi biomassa dari pertanian, perkebunan, dan hutan untuk dikembangkan sebagai material penyimpan energi. Biomassa itu dapat berwujud nonlimbah dan limbah. Dalam riset ini, Chairul meneliti biomassa eceng gondok, tongkol jagung, dan ampas tebu (bagasse). “Dari industri gula, banyak sekali ampas tebu dibuang begitu saja,” kata Chairul pada Senin, 17 Februari lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baterai menjadi media penyimpan energi yang banyak digunakan dalam alat elektronik, dari telepon seluler hingga motor dan mobil listrik. Sistem energi terbarukan dari angin dan surya juga memerlukan baterai. Adapun kapasitor adalah komponen elektronik yang berfungsi menyimpan muatan atau arus listrik dalam periode tertentu. Fungsi kapasitor mirip seperti baterai yang bisa menyimpan energi listrik.

Media Biomassa Penyimpan Energi/Tempo

Baterai memiliki keunggulan dalam volume penyimpanan energi (energy density) yang tinggi, tapi kemampuannya melepaskan daya (power density) rendah. Sebaliknya, kapasitor memiliki power density tinggi, sementara energy density-nya rendah. Kombinasi kapasitor dan ion litium tersebut menggabungkan dua keunggulan yang nantinya dapat dipakai untuk perangkat elektronik yang memerlukan energy density dan power density tinggi.

Menurut Chairul, kapasitor ibarat busa yang sangat berpori. Ini yang membuat kapasitor bisa menampung muatan listrik yang menempel di materialnya. Makin luas area material yang dihasilkan dari jumlah bahan yang sedikit, makin tinggi ion-ion listrik menempel di permukaannya. “Makin banyak muatan listrik yang bisa disimpan, daya dan energy density makin bagus.”

Dalam kapasitor ion litium tersebut sudah ada anoda, katoda, dan separator. Chairul mengatakan tantangannya saat ini dalam membuat purwarupa adalah fasilitas riset energi yang terbatas. Target selanjutnya adalah memproses hak paten dan melengkapi publikasi ilmiah terkait dengan pengolahan biomassa menjadi karbon aktif untuk komponen penyimpanan energi.

Tim peneliti, menurut Chairul, terus mengembangkan penelitian mereka. Saat ini ukuran material kapasitor ion litium yang sudah dibuat berupa baterai koin berdiameter 1,2 sentimeter dengan kapasitas 100 miliampere-jam per gram (mAh/g). “Hasilnya masih kecil, tapi material ini punya potensi besar dan cocok untuk penyimpanan energi,” ujar Chairul.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus