Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bencana terjadi pada industri baterai lithium Korea Selatan pada Senin 24 Juni 2024, ketika kebakaran hebat terjadi di pabrik Aricell di Hwaseong. Kebakaran itu menewaskan sedikitnya 20 pekerja.
Insiden ini menjadi pengingat keras akan bahaya yang terkait dengan baterai lithium, sekaligus membuka pertanyaan tentang penggunaannya yang kian masif.
Kebakaran dimulai sekitar pukul 10.30 pagi waktu setempat, dipicu oleh ledakan pada unit penyimpanan yang menampung 35.000 baterai lithium. Ledakan dahsyat ini memicu kobaran api besar dan asap tebal, menjebak para pekerja di dalam pabrik. Petugas pemadam kebakaran berjibaku selama berjam-jam untuk memadamkan api dan mencari korban yang mungkin masih tertinggal.
Menurut laporan awal, 20 pekerja dinyatakan tewas dalam tragedi ini. Delapan lainnya mengalami luka-luka dan dirawat di rumah sakit. Kebanyakan korban adalah pekerja asing, dengan 18 berasal dari Tiongkok, 1 dari Laos, dan 1 belum diketahui kewarganegaraannya.
Insiden ini menjadi sorotan terhadap potensi bahaya baterai lithium, terutama ketika tidak disimpan dan dikelola dengan benar. Baterai merupakan komponen krusial dalam dunia teknologi dan mobilitas modern, termasuk kendaraan listrik.
Apa Itu Baterai Lithium?
Salah satu jenis baterai yang mendapat perhatian luas adalah baterai lithium-nikel. baterai lithium-nikel memiliki energi spesifik yang tinggi, yang berarti dapat menyimpan energi dalam jumlah besar untuk ukurannya. Ini membuatnya ideal untuk aplikasi yang membutuhkan daya tahan tinggi, seperti kendaraan listrik dan perangkat elektronik portabel.
Kemampuannya untuk bekerja dalam aplikasi beban tinggi dengan daya tahan baterai yang lama menjadikan baterai lithium-nikel populer di pasar kendaraan listrik. Secara khusus, lithium-nikel adalah baterai pilihan Tesla.
Baterai lithium mengandung bahan kimia reaktif yang mudah terbakar dan meledak, terutama jika mengalami kerusakan fisik atau terkena panas ekstrem. Ledakan baterai lithium dapat menyebabkan berbagai bahaya, termasuk salah satunya adalah kebakaran. Api yang dihasilkan dari ledakan baterai lithium dapat membakar dengan cepat dan intens, sulit dipadamkan, dan mengeluarkan asap beracun.
Ledakan yang terjadi saat kebakaran dapat menyebabkan luka bakar serius, trauma akibat ledakan, dan bahkan kematian. Selain itu kerusakan properti dan kontaminasi lingkungan juga tidak dapat di hindari. Ledakan dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada bangunan, peralatan, dan infrastruktur di sekitarnya, dan bahan kimia berbahaya dari baterai lithium yang bocor dapat mencemari tanah, air, dan udara di sekitar lokasi ledakan.
Terlepas dari risikonya, baterai lithium menjadi semakin populer karena kepadatan energinya yang tinggi dan kemampuannya untuk mengisi ulang dengan cepat. Baterai ini banyak digunakan dalam berbagai perangkat elektronik, seperti smartphone, laptop, tablet, dan kendaraan listrik.
Permintaan global untuk baterai lithium diproyeksikan terus meningkat pesat di tahun-tahun mendatang, seiring dengan transisi global menuju energi terbarukan dan elektrifikasi transportasi. Hal ini memicu kekhawatiran tentang potensi peningkatan insiden kebakaran dan ledakan baterai lithium, terutama jika tidak diiringi dengan regulasi dan standar keamanan yang memadai.
ANANDA RIDHO SULISTYA I SUCI SEKARWATI | KAKAK INDRA PURNAMA
Pilihan Editor: Kebakaran Pabrik Baterai di Korea Selatan 20 Pekerja Asing Diduga Tewas
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini