Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seperti namanya white bellbird atau burung lonceng putih, kekhasan spesies bernama ilmiah (Procnias albus), karena suaranya. Mengutip dari laman Bird Watching Daily, suara white bellbird ini tiga kali lipat lebih keras daripada burung screaming piha (Lipaugus vociferans). Para peneliti menyimpulkan, bahwa suara burung screaming piha paling keras kedua di dunia. Itu berarti white bellbird merupakan burung yang suaranya paling keras di peringkat pertama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ahli biologi University of Massachusetts, Jeffery Podos menjelaskan, suara white bellbird pun lebih keras dibandingkan monyet pelolong. Fakta itu mengesankan, karena ukuran tubuh white bellbird jauh sangat kecil dibandingkan monyet pelolong. Berat burung lonceng putih itu 9 ons.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat meneliti white bellbird, Podos sempat mengamati yang jantan dan betina. “Kami melihat yang jantan berkicau paling keras,” kata Podos. Ia juga mengamati burung itu bergerak berputar sambil berkicau. White bellbird jantan berkicau seolah-olah untuk memikat betina.
White Bellbird memiliki dua jenis kicauan. Suara yang biasa mencapai 116 desibel. Suara white bellbird jantan makin kencang ketika berada dekat betina. Kekuatan suaranya mencapai 125 desibel. Menurut Podos, kicauan burung lonceng putih itu bisa memekakkan telinga. “Seperti (bunyi benturan logam) saat memalu pancang tiang,” katanya.
Podos berpendapat, kemungkinan white bellbird bisa bersuara sangat keras, karena kemampuan mengembangkan sangat lebar paruhnya, sebagaimana dikutip dari laman National Audubon Society. Burung lonceng putih itu bisa memakan buah-buahan yang ukurannya sebesar bola golf. Podos mengumpamakan ketika white bellbird membuka paruhnya untuk berkicau seperti trombon.
Mengutip Earthsky, otot perut dan tulang rusuk white bellbird sangat tebal. Kesimpulan sementara para peneliti, anatomis itu berhubungan dengan kicauannya yang keras.
Saintis ilmu burung dari Instituto Nacional de Pesquisas da Amazônia, Mario Cohn-Haft berpendapat, ketika white bellbird berkicau sangat keras, durasinya makin pendek. Para peneliti masih belum bisa menyimpulkan sepenuhnya terkait penemuan itu. Tapi, argumentasi sementara hal itu mengenai sistem pernapasan burung untuk mengontrol aliran udara untuk mengeluarkan suara.
HENDRIK KHOIRUL MUHID