Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Konservasi Indonesia Dokumentasikan Keragaman Burung Fakfak Papua dalam Buku

Buku yang diterbitkan Konservasi Indonesia itu memotret 76 burung di Fakfak Papua, dengan melibatkan warga lokal.

11 Oktober 2024 | 14.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Konservasi Indonesia meluncurkan buku berjudul "Burung-burung dalam Tinjauan Budaya Mbaham Matta, Fakfak" yang membahas 76 ekor burung, Jumat 11 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Senior Vice President and Executive Chair, Konservasi Indonesia, Meizani Irmadhiany, mengatakan, penulisan buku tersebut melibatkan berbagai pihak, seperti tokoh adat, pemerintah daerah, sejumlah organisasi masyarakat sipil, dan fotografer kontributor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Memang di Fakfak ini dan di Papua burung menjadi keragaman yang paling banyak dan paling mudah dicatat," katanya saat ditemui di Komunitas Salihara Arts Center, Jakarta, Jumat 11 Oktober 2024.

Meizani mengatakan pengumpulan bahan untuk buku dimulai sejak tahun 2016. Konservasi Indonesia melibatkan fotografer yang fokus dalam pengamatan burung, khususnya di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

Foto-foto yang terkumpul, kata Meizani, dikurasi lebih dulu dari sisi kelayakan penerbitannya, seperti detail gambar dan pencahayaan pada foto. Mereka yang memotret juga berasal dari warga lokal yang peduli dengan keberadaan burung sesuai habitatnya. "Ada yang di pegunungan, di mangrove, dan sebagainya," ujarnya.

Buku tersebut memaparkan 76 ekor burung dalam tabel dalam Bahasa Inggris, Bahasa Latin, dan dua bahasa daerah (seperti Bahasa Iha dan Bahasa Mbaham). Kemudian ada tabel yang menjelaskan ciri fisik dan tempat tinggal burung, dan tabel kearifan lokal yang memberi tempat tersendiri untuk burung dari masyarakat adat.

Tokoh Budaya Fakfak, Fredrikus Warpopor, juga ikut berkontribusi sebagai penulis buku dan memotret burung dengan ponselnya. Dia menganggap mengabadikan burung-burung dalam sebuah buku juga upaya pelestarian agar bisa diketahui oleh semua anak-cucu generasi selanjutnya.

Selama ini nama-nama burung dan perilaku mereka diabadikan dalam berbagai lagu-lagu adat. "ekhawatiran saya bahwa dalam nyanyian-nyanyian, lagu, anak-anak bahkan saya sendiri tidak tahu burungnya yang mana," tutur Fredrikus.

Selain Fredrikus, anggota tim penulis lainnya adalah Domianus Tuturop, Valentinus Kabes, Purwanto, Yahya Mury, Paulus Warpopor, Agustinus Kabes, Hendrik Wagab, Yosep Temongmere, Linus Haremba, Febrianto Rohrohmana, Kornelius Piahar, Paskalis Piahar, Ibsan Ibax, Didimus Temongmere, Nelce Weripang, Erna Hilda Wagab, dan Diana Marselina Wagab.

Buku 100 halaman dengan ukuran 29,7 x 21 sentimeter ini diterbitkan oleh PT Pustaka Obor Indonesia.

M. Faiz Zaki

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus