Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

Konservasi Indonesia: Burung Papua Terancam Perburuan, Pembukaan Lahan hingga Infrastruktur

Menurut Konservasi Indonesia, populasi burung Papua terancam oleh perburuan, pembukaan lahan dan pembangunan infrastruktur..

11 Oktober 2024 | 16.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Senior Vice President and Executive Chair, Konservasi Indonesia, Meizani Irmadhiany, mengatakan, keberadaan burung di Papua terancam antara lain karena perburuan liar dan pembukaan lahan. "Ada untuk ada perkebunan, ada juga dari pengembangan infrastruktur juga cukup banyak," katanya saat ditemui di Komunitas Salihara Arts Center, Jakarta, Jumat 11 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Meizani, dalam perburuan, yang sering disasar adalah burung Cendrawasih. Burung khas Papua itu banyak dicari oleh pemburu untuk diambil bulunya dan diperdagangankan. Biasanya dipakai sebagai hiasan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meizani juga menambahkan, terkadang masyarakat adat masih memanfaatkan bulu Cenderawasih untuk kepentingan adat. "Ini butuh pemahaman bersama untuk perlindungan," ucapnya.

Tokoh Budaya Fakfak, Fredrikus Warpopor, mengatakan penggunaan bulu burung digunakan untuk hiasan pada mahkota adat. Bulu burung tertentu diartikan sebagai keindahan dan kepemimpinan. "Hanya orang tertentu saja yang memakai dan diperbolehkan adat," tuturnya saat ditemui dalam kesempatan yang sama.

Namun penggunaan burung yang dilindungi, kata Fredrikus, sudah mulai dikurangi seiring dengan adanya pemahaman tentang pentingnya perlindungan satwa liar. Bulu dari burung yang dilindungi biasaya diganti dengan unggas lain yang tidak masuk dalam kategori satwa dilindungi.

Salah satu cara yang dilakukan Fredrikus untuk menyosialisasikan dan mengabadikan burung di Papua Barat adalah memotret dan menuliskan dalam buku. Dia ikut berkontribusi dalam sebuah proyek penulisan buku oleh Konservasi Indonesia yang kini telah terbit dengan judul 'Burung-burung dalam Tinjauan Budaya Mbaham Matta, Fakfak'.

Fredrikus mengungkapkan, burung-burung dalam buku tersebut ada yang masuk dalam lagu-lagu yang dinyanyikan masyarakat adat. Syair lagu juga menggambarkan ciri khas dan aktivitas burung tersebut. "Ketika didokumentasikan dan apalagi sudah jadi buku, kita enak nyanyi, kita juga tahu burungnya," ujarnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus