MANA yang lebih dulu muncul, telur atau ayam? Berabad-abad pertanyaan ini diajukan. Orang boleh berdebat panjang-lebar mengenai soal itu, dengan dalih masing-masing. Namun, kini telah terbukti bahwa embrio ayam dapat dibiakkan dalam tabung dan diperam dalam sebuah "telur buatan". Cangkang telur buatan sang induk sekarang tak lagi menjadi satu-satunya jalan bagi sel telur untuk berubah menjadi anak ayam. Inggris, sebagai negeri pertama yang melahirkan bayi tabung manusia, kali ini tampil lagi menjadi perintis bayi tabung ayam. Belum lama berselang, Lembaga Riset Pangan dan Pertanian Inggris mengumumkan bahwa sel telur ayam bisa dibiakkan dalam media buatan. Dua ekor ayam, sebut saja kuthuk, telah lahir dengan selamat hasil dari proses tabung dan pemeraman dalam "telur buatan" itu. Lazimnya, anak ayam menetas dari telur yang telah 21 hari diperami. Tapi bagian siklus sel telur-embrio-telur-diperam ayam itu kini telah dapat diubah menjadi: embrio-tabung-telur buatan-dan ayam. Waktu yang diperlukan untuk menempuh jalur baru itu relatif sama dengan waktu tempuh jalur lama, ya sekitar tiga minggu itu. Dalam tabung itu, tentu, tersedia larutan nutrisi dengan beragam protein, untuk menginisiasi pertumbuhan embrio ini. Namun, agar diperoleh lingkungan pertumbuhan yang lebih ideal, embrio yang besarnya mencapai garis tengah sekitar tiga senti itu dikeluarkan dari tabung lalu dibungkus dengan cangkang telur ayam dari induk lain. "Agar memperoleh zat kapur dalam jumlah yang pas," kata M.M. Perry, juru bicara lembaga riset Inggris di Edinburgh itu. Dalam cangkang baru itu, embrio ayam itu mendapatkan makanan tambahan berupa zat putih telur dan larutan garam dengan perbandingan 3:2. Berbeda dengan mamalia, kambing atau sapi umpamanya, sel telur (ovum) ayam dan keluarga burung umumnya, berukuran jauh lebih besar. Sel telur kambing, umpamanya, tak tampak oleh mata, lantaran ukurannya yang hanya dalam besaran mikron. Sedangkan sel telur ayam bisa lebih dan 3 senti. Bulat bentuknya. Inti ovum itu dibungkus oleh sejumlah besar kuning telur, yang kaya akan protein dan lemak. Memang, material organik ini diperlukan oleh embrio sebagai stok pangan selama masa pertumbuhan. Sel telur, yang diproduksi oleh ovarium, setelah pembuahan akan turun ke uterus, pangkalan terakhir sebelum embrio itu dikeluarkan melalui anus. Dalam perjalanan menuju anus, sel telur itu diselimuti oleh albumin (zat putih telur), dan dibungkus oleh cangkang. Proses pembuatan pembentukan telur itu makan waktu antara 24 dan 26 jam. Baik kuning telur maupun albumin, keduanya sama-sama menyediakan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio. Bagi kerabat burung, stok pangan itu mutlak perlu adanya. "Sebab, embrio tak punya kontak langsung dengan induknya," ujar drh. Lukman Rahardja, staf embriologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor. Campur tangan si induk ayam, pada proses penetasan hanya terbatas pada pengeraman, yang memberikan kehangatan setinggi 42 derajat Celsius. Proses penabungan selama 24 jam itu, menurut Lukman Rahardja, pada dasarnya hanya membuat media buatan seperti keadaaan alamiahnya. Jadi, media yang ada pada tabung kaca itu harus memiliki keragaman material yang sama dengan putih telur. Pun kepekatan larutan, keasaman, serta tekanan osmotiknya pun mesti sesuai. Penggunaan putih telur sebagai media, dalam tabung itu, tentu tak menjamin proses biologis berlangsung normal. Sebab, peranan dinding cangkang tak akan tergantikan oleh dinding tabung. Dan tekanan gas di permukaan media tentu berbeda. Secara teoretis, menurut Lukman Rahardja, penabungan embrio itu bisa berlangsung lebih lama dibanding eksperimen di Edinburgh itu. Bahkan bisa dilakukan sampai terbentuknya individu kuthuk baru. Mengapa tidak? Sebab, tak ada interaksi lagi antara embrio dan induk. Paling-paling hanya memanipulasikan fungsi albumin dan cangkang. Pekerjaan ini relatif lebih gampang ketimbang menabungkan embrio mamalia untuk diproses menjadi bayi mamalia. Penabungan mamalia, kerbau umpamanya, akan sangat rumit. Perlakuan yang diberikan selama pertumbuhan dan perkembangannya, tentu, mesti sesuai dengan aslinya. Artinya, harus dibuat rahim kerbau tiruan dengan segala fasilitas dan proses faalinya. Repot. Sebab, proses-proses biokimia yang melibatkan banyak jenis hormon dan enzim tak terhitung banyaknya. Keberhasilan tim riset Inggris membebaskan embrio ayam, kendatipun hanya dalam waktu 24 jam, dari lingkungan alamiahnya itu sungguh merupakan prestasi yang patut mendapatkan perhatian. Dalam jangka yang pendek itu, pada embrio itu telah terjadi pertumbuhan organ yang sangat penting: jantung. Organ inilah yang akan menginduksi organ-organ berikutnya: otak, mata, dan perut. Dari sisi lain, tim riset Inggris itu boleh dikatakan telah membuka peluang baru untuk bidang manipulasi genetik. Perlakuan untuk memperkenalkan sifat baru pada embrio, dengan menyuntikkan material genetik ke dalam intinya, hanya bisa terjadi dalam menit-menit pertama pada proses pertumbuhan, di saat sel inti belum membelah diri. Jadi, isolasi embrio selama 24 jam di Edinburgh itu sangat memudahkan dilakukannya tindakan manipulasi genetik terhadap ayam. Namun, jika penabungan itu bisa dilakukan sampai embrio tumbuh menjadi kuthuk, kemungkinan-kemungkinan yang lebih luas akan terbuka. Pada saat embrio dalam keadaan telanjang begitu, menurut Lukman Rahardja, para ahli akan lebih mudah mempelajari akibat-akibat pemberian obat, makanan, atau vaksin, atas sang induk. "Juga, akibat-akibat pemberian zat tertentu terhadap embrio itu sendiri," ujarnya. Putut Tri Husodo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini