Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Kini subway, nanti planetran

Robert slater, ahli fisika rand coporation merancang planetran bawah tanah yang meluncur dengan medan magnit. planetran dapat mengurangi risiko akibat listrik mati & mengurangi polusi udara & suara. (tek)

6 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAIK kereta api bawah tanah -- sub way namanya di AS -- banyak suka-dukanya. Tapi bagi ribuan penduduk Paris, yang terjebak di dalamnya, mungkin lebih banyak dukanya. Hari itu (19 Desember) aliran listrik terputus selama dua jam lebih di sebagian besar Perancis dan Swiss. Subway atau metro di Paris macet di bawah tanah, seperti halnya kereta api dan trem di atas tanah. Menurut jurubicara Electricite de Inance, putusnya arus listrik disebabkan oleh macetnya pembangkit listrik berkekuatan 400 ribu volt dekat Nancy, Perancis Timur. Kemacetan itu, seperti diungkapkan pejabat-pejabat PLN Perancis itu kepada AP disebabkan oleh muatan listrik yang agak luar biasa tingginya. Maklumlah, suhu udara waktu itu sudah melorot sampai di bawah 0ø C, sehingga di mana-mana alat pemanas ruangan sedang bekerja keras. Aliran listrik mulai putus -- pukul 8.30 pagi waktu setempat --pada saat orang sedang berangkat ke kantor atau pabrik. Barulah 2 1/4 jam kemudian separuh kapasitas listrik daerah Perancis Timur dapat dipulihkan. Namun beberapa reaktor nuklir pembangkit tenaga di kawasan itu tak dapat dengan seketika kembali ke kapasitas penuh 38.000 MW. Itu tadi kejadian di Perancis. Di kota metropolitan New York, Ah Chong, 66 tahun, pemilik toko pencuci pakaian di Brooklyn, mendadak kena serangan jantung ketika sedang bepergian dengan kereta bawah tanah. Para penumpang lain segera mengetuk kaca ruang pengemudi. Samuel Lee, 38, pengemudi subway itu segera memberitahu sentralnya lewat radio, bahwa ada penumpangnya yang sakit. Namun atasannya menyuruh dia jalan terus sambil membunyikan seruling alarm untuk memberitahu polisi di tiap stasiun yang dilewatinya. Barulah pada stasiun ke-14, ada polisi memapak kereta bawah tanah itu. Sementara itu sudah lima rumah sakit di atas tanah dilewatinya. Dan Ah Chong sudah meninggal di dalam kereta, hampir lima jam setelah serangan jantungnya kambuh. "Seandainya kami mampu membuka pintu kereta dari dalam," kata seorang penumpang wanita kepada AP, "kami sudah menurunkan si sakit di King's Highway. Betapa mengerikannya menyaksikan dia sekarat di depan mata kami." Meluncur Berbagai insiden itu, mungkin menjadi umpan balik yang berguna bagi Robert Slater, sarjana fisika Amerika yang sedang merancang kereta api bawah tanah dari pantai barat ke pantai timur AS. Berbicara di sebuah pertemuan Himpunan Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan, ahli fisika Rand Corporation itu mengajukan kereta bawah tanah idealnya yang dinamainya Planetran. Kereta ini tak sama dengan subway atau metro yang bertenaga listrik atau bermotor bakar. Planetran ini meluncur dalam terowongan bawah tanah hampa udara, yang ada medan magnetisnya. "Jadi seperti papan peluncur (surfboard) yang menunggangi gelombang laut," begitu UPI memberitakan. Proyek itu sedikitnya akan makan biaya US$ 250 milyar. Gerbong-gerbong Planetran @ 200 penumpang akan meluncur bolak-balik dengan kecepatan 20 ribu km/jam dalam terowongan bawah tanah. Hingga jarak Los Angeles-New York yang kira-kira sama dengan Sabang-Merauke, hanya akan ditempuh dalam 21 menit. Tapi karena kecepatan setinggi itu agak berbahaya juga, Slater bermaksud menurunkannya sampai 9 ribu km/jam. Pada kecepatan inipun perjalanan lintas benua itu akan makan waktu 54 menit. Menurut Slater, Planetran itu berpotongan peluru (seperti kereta api atas tanah Jepang yang saat ini tercepat di dunia), "jauh lebih efisien dari pada pesawat terbang." Harga karcisnya hanya $ 1/menit, jadi hanya $ 54 untuk jarak lintas benua New York-Los Angeles. Dan yang tak kalah pentingnya, kata ahli fisika itu, "kita tak perlu lagi mengotori udara kita dengan panas, asap dan kebisingan. Kita tak perlu membabat hutan dan merusak lingkungan untuk jalan raya di atas permukaan, dan juga tak perlu menghabiskan bahan bakar fosil kita yang terbatas." Cuma ada satu hal yang belum dijelaskannya, yaitu dari mana sumber tenaga untuk membangkitkan medan magnet raksasa dalam terowongan hampa udara itu? Dan apa jadinya kalau sumber tenaga itu tiba-tiba terputus, dan medan magnetis itu tiba-tiba mengendo? Bisa-bisa ribuan penumpang berikut keretanya akan terhempas ke dinding terowongan, apabila tak punya sistim rem yang sangat hebat!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus