Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Kisah Ilmuwan NASA Temukan Formasi Tata Surya Baru

Sistem bintang muda Ran yang ditemukan NASA itu menggambarkan awal pembentukan tata surya.

15 Mei 2017 | 07.17 WIB

uncoveringtheuniverse.blogspot.com
Perbesar
uncoveringtheuniverse.blogspot.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, California - Penerbangan malam itu dilakukan pada 28 Januari 2015. Sebuah pesawat jet Boeing 747 milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) melintasi Samudra Pasifik di bagian barat Meksiko dan kembali ke California, Amerika Serikat.

Pesawat yang sudah dimodifikasi dan dilengkapi teleskop dengan garis tengah 2,5 meter itu punya misi, yakni mengambil gambar di sebuah bintang Epsilon Eridani—yang berjarak 10,5 tahun cahaya atau sekitar 100 triliun kilometer dari bumi. Dua tahun berlalu, berdasarkan data yang dikumpulkan lewat kamera Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy (SOFIA), tim yang dipimpin Kate Su dari University of Arizona, Amerika Serikat, mengumumkan laporan studinya di The Astronomical Journal, dua pekan lalu.

Baca: NASA Bangun Gerbang Ruang Angkasa Menuju Mars

Mereka menyebutkan terdapat formasi serupa tata surya itu pada sistem bintang Epsilon Eridani. Diperkirakan sistem bintang Epsilon Eridani, yang juga dikenal sebagai Bintang Ran, baru berusia 1 miliar tahun. Sistem bintang itu lebih muda daripada tata surya, yang menjadi rumah bagi bumi, yang diperkirakan berusia 4,6 miliar tahun.

Yang menarik, menurut hasil studi tim SOFIA ini, sistem bintang muda itu bisa menggambarkan apa yang terjadi pada awal pembentukan tata surya kita. "Proses bagaimana Epsilon Eridani terbentuk seperti versi muda dari tata surya kita sungguh luar biasa," kata Su seperti ditulis laman SOFIA Science Center, pekan lalu.

Baca: Temuan Menakjubkan, Planet Neptunus Ternyata Punya Kembaran

Kamera SOFIA memang dahsyat. Tak hanya resolusi kameranya yang super-besar yang memungkinkan para peneliti mendapatkan data sistem Epsilon Eridani lebih detail, tapi juga karena instrumen kamera inframerah yang dimilikinya bisa melacak radiasi lemah dari material hangat di sekitar bintang yang tak terdeteksi oleh observatorium lain di darat.

Hasilnya, dari pemodelan struktur sabuk material dan puing di dalam sistem Bintang Ran, terdapat petunjuk adanya kemiripan dengan sabuk asteroid di dekat Jupiter di tata surya kita.

Dalam sistem tata surya, sabuk asteroid menjadi pembatas antara kelompok planet dalam dan planet luar di tata surya. Di ujung tata surya, setelah planet Neptunus, ada wilayah luas yang dikenal sebagai sabuk Kuiper dan berisi ribuan obyek beku berdiameter lebih dari 100 kilometer dan miliaran komet.

Baca: Pesawat Luar Angkasa Cassini Kirimkan Temuannya, Seperti Apa?

Nah, kondisi yang mirip dengan apa yang dilakukan Neptunus di dalam tata surya juga terjadi di sini. Para peneliti juga mendapati fenomena yang menghentikan lapisan puing dan debu dari luar sistem. Hal ini diperkirakan berasal dari kekuatan gravitasi obyek serupa planet.

Kumpulan puing dan material hangat dalam sistem Epsilon Eridani sebelumnya pernah dideteksi pada 2009 di kawasan yang berdekatan dengan planet Epsilon Eridani b. Planet gas raksasa ini mengorbit bintang dari kawasan luar dengan jarak yang dapat disetarakan dengan posisi Jupiter dari matahari, sekitar 778 juta kilometer. Studi Su dan koleganya memastikan kumpulan gas dan debu itu terkonsentrasi di dalam sabuk puing Epsilon Eridani berbentuk cakram.

Baca: Teleskop Hubble Temukan Galaksi Baru: Abell 370

Menurut Massimo Marengo, astronom dari Iowa State University yang ikut dalam penerbangan SOFIA, sistem Epsilon Eridani sedang menjalani proses yang dialami tata surya pada awal masa pembentukannya. "Itulah periode ketika kawah paling banyak tercipta di bulan, lautan bumi mulai terbentuk, dan kondisi yang memungkinkan kehidupan di planet ini muncul," kata Marengo.

Marengo memastikan ada dua struktur sabuk, bagian dalam dan luar, di Epsilon Eridani. Namun diperlukan waktu beberapa tahun lagi untuk mendapatkan model struktur sabuk puing berbentuk cakram yang lebih kompleks. Apakah sistem bintang ini akan mewujud layaknya tata surya kita? Para peneliti kini tengah berusaha memisahkan data emisi radiasi lemah sabuk asteroid dan cahaya bintang yang lebih terang.

Baca: Temuan Terbaru, Bulan Planet Saturnus Berpeluang untuk Dihuni

Marengo berharap studi selanjutnya dapat memastikan dugaan adanya ruang di dalam sistem Epsilon Eridani yang diperkirakan tercipta akibat pengaruh planet-planet. "Kami belum bisa mendeteksinya," kata Marengo. "Diperlukan instrumen yang lebih maju seperti teleskop antariksa James Webb milik NASA yang baru diluncurkan pada Oktober 2018 mendatang." Jadi, kita tunggu saja apa temuan terbaru dari NASA.

SOFIA SPACE CENTER | SPACE | NASA | UNIVERSE TODAY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Amri Mahbub

Amri Mahbub

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus