Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 21 Juni, 207 tahun lalu Lord Minto wafat. Ia Gubernur Jenderal Inggris yang pernah menjabat untuk wilayah Hindia-Belanda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat itu, Inggris banyak merampas benda-benda yang disakralkan dan penting bagi sebagian masyarakat Hindia Belanda atau Nusantara saat itu, salah satunya adalah Prasasti Sangguran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prasasti Sangguran yang dikenal juga dengan nama Minto Stone ini diambil dan dirampas oleh pasukan Inggris pada 1813. Prasasti Sangguran ditemukan di daerah Malang. Pada awalnya, prasasti ini diberikan kepada Raffles sebagai hadiah oleh Kolonel Colin Mackenzie. Kemudian, oleh Raffles, prasasti ini diberikan kepada Lord Minto tahun 1813.
Padahal, ada anggapan bahwa parasasti ini mengandung sebuah kutukan yang bakal membuat sial seseorang yang dianggap mengotak atik prasasti ini. Hal ini tidak terlepas dari isi yang terkandung pada Prasasti Sangguran.
Isi yang terkandung pada prasasti ini adalah penetapan Desa Sangguran sebagai sima atau tanah perdikan dan prasasti yang menjadi tanda penetapan ini dilarang dipindahkan dari tempat awalnya. Karena bagi yang memindahkannya akan ketiban sial yang tidak ada habisnya.
Prasasti Sangguran memang berisi kutukan dan karma yang bertarikh 982 Masehi itu merupakan rampasan dari Mojorejo (kini dekat Kota Batu, Malang, Jawa Timur), salah satu wilayah yang direbut Inggris pasca-Geger Sepehi.
Tapi, apakah benar demikian? Percaya atau tidak percaya, kutukan ini diyakini sebagian orang benar adanya dan sudah banyak bukti yang menunjukkan kutukan yang ada pada prasasti ini. Lord Minto sebagai penerima prasasti, dicopot dari jabatannya sebagai Gubernur Jenderal Inggris di wilayah India dan kemudian ia pulang ke kampung halamannya di Skotlandia dalam keadaan sakit-sakitan. Pada akhirnya, Lord Minto meninggal di tengah laut saat perjalanan pulang ke Skotlandia.
Raffles pun sebagai pemberi prasasti ini kepada Minto tidak bisa terhindar dari sial. Pada 1818, Raffles ditarik pulang dari Hindia-Belanda dan kemudian meninggal pada 1826.
Saat ini prasasti yang dikenal dengan nama Minto Stone ini tergeletak di pekarangan kediaman milik keluaga turunan Lord Minto di Skotlandia. Pemerintah Indonesia sejak 2004 sudah mengupayakan pemulangan prasasti ini ke Indonesia. Namun, hingga saat kapan prasasti ini akan dikembalikan kepada Indonesia belum menemui titik terang.
EIBEN HEIZER
Baca: