Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana memberikan rice cooker secara gratis kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2023 tentang Penyediaan Alat Masak Berbasis Listrik untuk Rumah Tangga. Ada tiga kewajiban yang harus dipatuhi oleh penerima bantuan alat masak listrik (AML) ini.
Pertama, mereka harus menjaga dan merawat alat masak listrik dengan baik. Kedua, alat tersebut tidak boleh dijual atau dipindahtangankan kepada pihak lain. Ketiga, penggunaan alat masak listrik harus sesuai dengan rekomendasi yang diberikan.
Bantuan ini akan diberikan kepada masyarakat yang merupakan pelanggan PT PLN (Persero) atau PLN Batam yang tidak memiliki alat masak listrik (AML). Namun, bantuan ini hanya akan diberikan kepada rumah tangga yang menggunakan listrik dengan golongan 450 VA, 900 VA, dan 1.300 VA. Proses seleksi calon penerima akan dilakukan melalui validasi oleh kepala desa atau lurah setempat atau pejabat yang setara.
Lalu, bagaimana sejarah rice cooker?
Sejarah Rice Cooker
Penemu awal Rice Cooker adalah Yoshida Minami pada 1937. Dilansir dari americanhistory.si.edu, pada awalnya, alat ini dikembangkan oleh militer Jepang yang menggunakan wadah kayu dan lempengan logam untuk menanak nasi. Wadah kayu tersebut dipanaskan oleh lempengan logam untuk memasak nasi, meskipun proses ini memakan waktu lama karena tidak ada penutup.
Untuk mempercepat proses memasak, alat ini kemudian dilengkapi dengan penutup untuk menahan uap panas yang keluar dari nasi. Inovasi ini membuat alat ini lebih efisien. Mitsubishi kemudian mengembangkan ide ini dengan mengganti wadah kayu dengan bahan aluminium yang dapat menghantarkan panas lebih baik. Hasilnya, produk ini menjadi lebih efektif dalam memasak nasi. Pada 1945, Mitsubishi mulai memproduksi alat ini secara massal.
Tetapi, inovasi dalam sejarah Rice Cooker tidak berhenti di situ. Dilansir dari web-japan.org, pada 1956, Toshiba memperbaiki produk ini dengan membuatnya berhenti otomatis ketika nasi sudah matang sepenuhnya. Ini adalah penemuan besar yang membuat Rice Cooker menjadi lebih otomatis dan aman. Inovasi ini juga membuat Toshiba bisa memproduksi sekitar 200 ribu Rice Cooker setiap bulan. Pertumbuhannya sangat pesat, hingga hampir 50 persen warga Jepang memiliki rice cooker di rumah mereka.
Setelah itu, Rice Cooker berhasil menembus pasar internasional. Masyarakat dari berbagai negara yang mengonsumsi nasi mulai membeli mesin tersebut. Dengan alat itu, menanak nasi menjadi lebih praktis.
Inovasi rice cooker juga terus berkembang. Tak hanya bisa digunakan untuk menanak nasi, alat itu juga bisa digunakan dalam berbagai teknik memasak lainnya seperti menggoreng, merebus bahkan memanaskan makanan. Karena menggunakan listrik sebagai sumber tenaga, alat ini dipandang lebih ramah lingkungan dibanding penanak nasi tradisional yang menggunakan minyak tanah atau kayu bakar.
Pilihan Editor: Program Bagi-bari Rice Cooker, Ekonom: Tak Masuk Akal
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini