Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Magelang - Mahasiswa Universitas Tidar (Untidar) menciptakan parfum yang berasal dari biji buah carica dengan ketahanan wangi hingga delapan jam. Karya mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Untidar itu dipamerkan dalam Kompetisi dan Ekspo Inovasi Kewirausahaan Mahasiswa Nasional, Sabtu, 10 Juni 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang mahasiswa penemu parfum alami, Tania (21), mengatakan produk yang ia namai Parca Natural Scent itu dibuat dengan memilih biji carica sebagai bahan utama lantaran ingin memanfaatkan limbah buah yang banyak terbuang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi carica yang banyak digunakan hanya buahnya, untuk manisan, bijinya terbuang, maka kami terpikir untuk memanfaatkannya untuk menjadi karya baru yang inovatif dan bermanfaat," kata Tania saat ditemui Tempo di Gedung Auditorium Untidar, Sabtu.
Menurutnya, parfum biji carica ia buat bersama keempat temannya satu prodi secara manual dengan sistem penyulingan. "Setiap produksi kami memerlukan 5 kilogram biji carica untuk menghasilkan 300 mililiter parfum Parca Natural Scent," tuturnya.
Kemudian, 300 mililiter parfum tersebut dibagi ke dalam 20 botol berukuran 15 liter dan dijual dengan harga Rp 10.000 per biji. Tania menuturkan, sekali produksi, dia dan kawan-kawannya membutuhkan waktu sekitar 10 jam untuk menghasilkan 300 mililiter parfum Parca Natural Scent. "Sejauh ini baru tiga kali produksi, peminatnya sudah ada beberapa dari teman-teman dan dosen-dosen," tuturnya.
Tahapan pembuatan parfum biji carica
Rekan Tania yang juga membantu membuat parfum biji carica, Linda (21), mengatakan sekali produksi dirinya membutuhkan tiga kali penyulingan agar wanginya awet. "Pertama, biji carica kami peras dulu sampai kering, sampai habis sarinya, harus sampai kesat dan tidak berair," jelasnya.
Kedua, sambung Linda, sari tersebut disuling tahap satu, dan direbus hingga keluar uap dan aromanya tercium. "Jika sudah, nanti didinginkan dahulu, hingga keluar air dari uap tersebut, kemudian lakukan penyulingan tahap dua hingga baunya tercium makin pekat," kata dia.
Ketiga, Linda mengatakan air tersebut kembali didinginkan dan dilanjutkan proses penyulingan tahap ketiga dan warnanya jernih. "Terakhir, jika sudah dingin, bau biji carica akan semerbak dan aromanya manis, maka parfum pun sudah siap dipakai," jelas Linda.
Ia berharap, ke depannya, peminat parfum biji carica semakin banyak sehingga bisa meningkatkan jumlah produksi dan menambah varian wangi baru. "Rencananya akan kami buatkan marketplace, tapi sedang kami coba dulu untuk terus berinovasi, tetapi pastinya tidak menghilangkan aroma carica yang manis dan khas," pungkasnya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.