Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Berita Tempo Plus

Makan Jangkrik Menyehatkan

Konsumsi jangkrik dapat mengurangi peradangan dalam tubuh.

15 Agustus 2018 | 00.00 WIB

Konsumsi jangkrik dapat mengurangi peradangan dalam tubuh.
Perbesar
Konsumsi jangkrik dapat mengurangi peradangan dalam tubuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Valerie Stull punya pengalaman unik saat masih berusia 12 tahun. Pada usia itu, untuk pertama kalinya ia memakan serangga. "Saya sedang dalam perjalanan dengan orang tua di Amerika Tengah. Lalu, kami dihidangkan semut goreng," Stull mengenang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Hingga kini pengalaman itu tak pernah terlupakan, Sebab, orang tuanya selalu mengatakan bahwa serangga itu makhluk kotor. "Tapi, ketika saya menaruh semut di mulut, saya terkejut. Ternyata rasanya enak, seperti makanan biasa."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pengalaman itu rupanya membawa Stull, doktor dari Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat, tertarik untuk meneliti dampak serangga, khususnya jangkrik, pada mikrobiom manusia. Hasil penelitiannya telah diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports, dua pekan lalu.

Stull dan timnya melakukan pengujian dengan melibatkan 20 peserta berusia 18–48 tahun dan dalam kondisi sehat. Selama dua pekan, beberapa dari mereka sarapan biasa. Peserta lainnya sarapan dengan kue dan minuman yang ditambahi 25 gram jangkrik bubuk.

Setelah itu, perut mereka dibersihkan dengan makan normal tanpa jangkrik selama dua pekan. Dalam dua pekan berikutnya, mereka yang sarapan jangkrik mengkonsumsi sarapan normal. Sebaliknya, mereka yang memulai sarapan normal berganti dengan sarapan ditambahi jangkrik.

Peneliti lantas mengambil sampel darah dan kotoran serta informasi kesehatan gastrointestinal peserta. Sampel darah diambil untuk melihat kadar glukosa dan enzim yang terkait dengan fungsi hati dan juga untuk tingkat protein yang berhubungan dengan peradangan.

Sampel feses diuji untuk produk sampingan, seperti metabolisme mikroba di usus, bahan kimia inflamasi yang terkait dengan saluran pencernaan, serta susunan keseluruhan komunitas mikroba yang ada di dalam kotoran.

Hasilnya, mereka tak menemukan perubahan signifikan pada kesehatan pencernaan peserta dan tak ada modifikasi pada populasi usus bakteri. Selain itu, tak ada perubahan pada tingkat peradangan usus.

Para peserta juga melaporkan tak ada efek samping karena menu makan mereka. Namun para peneliti mengamati dua perubahan penting ketika jangkrik dimasukkan ke dalam menu makan para peserta.

Pertama, para peneliti melihat bahwa tingkat enzim metabolik yang terkait dengan kesehatan usus lebih baik, meningkat sampai batas tertentu. Para peneliti juga menemukan tingkat protein darah yang terkait dengan peradangan, disebut TNF-alpha, menurun.

"Tingkat yang lebih tinggi dari TNF-alpha sering terlihat pada depresi dan bahkan kanker," kata Stull. Kedua, Stull dan tim mengamati adanya peningkatan tertentu dalam populasi bakteri baik pada usus, seperti bifidobacterium animalis.

"Ini menunjukkan bahwa konsumsi jangkrik dapat membantu pertumbuhan bakteri usus menguntungkan. Selain itu, memakan jangkrik tak hanya aman pada dosis tinggi, tapi juga dapat mengurangi peradangan dalam tubuh," ujar Stull.

Menurut Stull, saat ini minat akan konsumsi serangga semakin tinggi. "Di Eropa dan Amerika Serikat serangga dilihat sebagai sumber protein ramah lingkungan yang berkelanjutan dibandingkan dengan ternak tradisional," kata dia.

Lebih dari dua miliar orang kini secara teratur mengkonsumsi serangga. Sebab, mereka yakin serangga merupakan sumber protein, vitamin, mineral, dan lemak sehat yang baik. "Studi ini penting karena serangga mewakili komponen baru dalam makanan," kata Tiffany Weir, profesor ilmu makanan dan nutrisi di Colorado State University, Amerika.

Jangkrik, juga serangga lainnya, mengandung serat chitin yang berbeda daripada serat pada buah maupun sayuran. Serat berfungsi sebagai sumber makanan mikroba dan beberapa jenis serat mendorong pertumbuhan bakteri menguntungkan, juga dikenal sebagai probiotik. SCIENCE DAILY | MEDICAL NEWS TODAY | NEWS WISC | AFRILIA SURYANIS


Jangkrik Lebih Ramah Lingkungan

PAKAN

Jangkrik membutuhkan lebih sedikit pakan dibanding sumber protein hewani lain.

- Pakan yang dibutuhkan per kilogram:
Sapi 10.000 gram
Babi 5.000 gram
Ayam 2.500 gram
Jangkrik 1.700 gram

AIR

Jangkrik membutuhkan air lebih sedikit dan dapat bertahan pada musim kemarau.

- Air yang dibutuhkan per kilogram:
Sapi 9.000 liter
Babi 3.000 liter
Ayam 2.100 liter
Jangkrik 4 liter

GAS RUMAH KACA

Jangkrik menghasilkan emisi gas rumah kaca lebih sedikit. Serangga penghasil metana sebagai produk limbah adalah kecoak, rayap, dan kumbang.

- Produksi gas rumah kaca per kilogram:
Sapi 2.850 gram
Babi 1.130 gram
Ayam 300 gram
Jangkrik 1 gram

RUANG YANG DIBUTUHKAN

Jangkrik dapat hidup dalam populasi sangat padat per meter perseginya. Mereka dapat diam dalam keadaan tak aktif, yang disebut diapause.

- Kebutuhan ruang per kilogram:
Sapi 200 meter persegi
Babi 50 meter persegi
Ayam 45 meter persegi
Jangkrik 15 meter persegi

PENYAKIT

Dibandingkan dengan unggas, sapi, dan babi, jangkrik memiliki risiko yang jauh lebih rendah untuk menularkan penyakit kepada manusia.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus