Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ilmuwan Amerika Serikat telah membuat sebuah lensa berbentuk tiruan mata lebah madu. Lensa berukuran sebesar- kepala peniti ini terdiri dari 8.700 lensa- heksagonal yang bekerja mirip dengan ma-ta serangga, peka menangkap gerakan secepat apa pun.
Seperti dijelaskan dalam jurnal Science baru-baru ini, ilmuwan dari Universitas Ber-keley itu lebih dulu membuat sebuah ce-takan cekung dengan 8.700 lekukan. Ke dalam cekungan ini mereka menuang cair-an resin atau damar. Cairan itu kemudian di-sinari dengan cahaya- ultraviolet dan dibakar- dengan suhu rendah. Jadi-lah, lensa yang am-puh.-
Semua lensa heksago-nal ini memfokuskan ca-haya ke dalam material di bawahnya. Aliran cahaya ini menciptakan saluran amat kecil yang bentuknya sama dengan- rhabdom di dalam mata serangga. Rhabdom ini adalah saluran ber-isi sel yang sangat sensitif, yang fungsinya mengalirkan cahaya dari unit optik- mata ke sel saraf untuk menghasilkan bentuk.
Rencananya, lensa ini akan digunakan- pada peralatan sur-vei, kamera ultrakecil,- atau sensor penangkap gerakan berkecepat-an tinggi. Namun para ilmuwan ini juga- memimpikan lensa ini kelak juga bisa- di-bentuk menjadi retina buatan untuk ka-um tunanetra. ”Itu tujuan kami di masa depan,” kata Profesor Luke Lee, salah seorang peneliti.
Misteri Darwin Terpecahkan
Di Australia terjawab su-dah- misteri ilmu pengetahu-an yang dibawa Charles Dar-win dari Pulau Galapagos: me-ngapa begitu banyak va-riasi spesies di kawasan tropis.- Ahli genetik tumbuh-an dari Universitas Auckland, Shane Wright, menemukan bahwa- proses tumbuh alami di ta-nah- tropis memang lebih ce-pat dibandingkan kawasan lain di bumi. ”Sehingga lebih banyak spesies yang senang tinggal di sana,” katanya kepada harian The Guardian pekan lalu.
Teori dasarnya, kata- Wright,- suhu hangat di ka-wasan tropis membuat meta-bolisme dan reproduksi- tum-buhan atau he-wan lebih- cepat. Dan inilah yang menghasilkan perubah-an genetika.- Wright menguji teori itu de-ngan menghitung jum-lah mu-tasi genetik dalam sejumlah tanaman yang punya kekerabatan dekat meski tumbuh di alam berbeda.
Sampelnya berasal dari ta-naman tropis dan nontropis.- Tanaman tropis yang diuji-nya didatangkan dari Papua- Nugini, Kalimantan, India,- Tahiti, dan Amerika Selatan. Sedangkan tanaman di- luar tropis didatangkan da-ri Amerika Utara, Australia- Selatan, Selandia Baru, dan Eurasia. Hasilnya, tanaman- tro-pis berkembang dua kali- lebih cepat. Bahkan dalam sa-tu kasus, dia menemukan- adanya satu spesies yang ber-kembang 13 kali lebih cepat dari sejenisnya yang tumbuh di luar tropis.
Temuan ini menjawab pertanyaan mengapa empat miliar tahun masa evolusi te-lah menghasilkan keaneka-ragaman ha-yati yang kaya di hutan tropis, seperti hutan Atlan-tik Br-asil, yang ditinggali jutaan spesi-es serangga, 20 ribu spesies ta-nam-an, dan lebih dari seribu spesies vertebrata (hewan bertulang belakang).
Air Ternyata Bisa Memanjat
Lupakan pakem fisika sela-ma ini: air selalu berge-rak me-nuju ke tempat yang lebih ren-dah. Ahli fisika dari Amerika Serikat berhasil me-ne-mukan bahwa butiran air pun bisa bergerak ke tempat yang lebih tinggi tanpa bantuan alat.
Tim peneliti yang dipimpin Dr. Heiner Linke itu berangkat dari percobaan sederhana. Mereka menetesi panci kosong yang dipanasi di atas kompor dengan butiran air. Permukaan panci telah dige-rinda sehingga membentuk alur-alur seperti mata gerga-ji atau tangga. Ternyata, saat butiran air dijatuhkan ke da-lam panci yang panas, sebutir air itu bisa memanjat sampai 12 derajat.
Linkie mengatakan temuan ini bisa menjadi solusi untuk mendinginkan prosesor yang kepanasan. Panas akan membuat microchip tak bekerja- maksimal. Sirkuit pendingin- yang dimiliki chip model se-karang ini masih membutuhkan pompa untuk mengalirkan cairan pendingin. Cara itu tak praktis dan butuh tam-bahan pasokan energi.
Dengan teknologi ”air me-man-jat” , persoalan itu bisa ram-pung. ”Panas dari chip bisa membuat air mengalir tanpa perlu pompa sekaligus men-jadi thermostat (peng-atur panas),” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo