Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Reaksi energi fusi milik Cina dibuat untuk menciptakan sejumlah besar energi hijau berkelanjutan di masa depan. Selama ini, energi fusi milik Cina itu disebut dengan Matahari Buatan Cina karena meniru reaksi fusi nuklir yang menggerakkan matahari asli. Energi ini menggunakan gas hidrogen dan deuterium sebagai bahan bakar.
Dalam melakukan proses pembuatannya, energi ini dilakukan melalui proses fusi nuklir. Perlu diketahui, fusi nuklir merupakan reaksi dari dua atau lebih dari inti atom yang berbeda dan partikel subatomik (neutron atau proton). Reaksi ini mampu melepaskan tingkat energi yang sangat tinggi tanpa menghasilkan limbah nuklir dalam jumlah yang besar.
Seperti yang dilansir dari People's Daily, para ilmuwan mengungkapkan bahwa reaktor fusi nuklir tersebut menggunakan medan magnet untuk memadukan plasma panas dengan suhu hingga 150 juta derajat Celcius. Dengan demikian, reaktor tersebut melebihi panas inti matahari yang memiliki suhu hingga 15 juta derajat Celcius.
Kendati demikian, dalam pembangunan matahari buatan Cina tetap menghadapi tantangan yang cukup serius. Pasalnya, fusi nuklir yang merupakan sumber energi bintang ini berpotensi meledak dan fusi atom di dalamnya mampu membakar atau melelehkan semua yang tersentuh. Sedangkan untuk reaksi nuklir mampu menghasilkan sejumlah besar partikel berkecepatan tinggi yang dapat merusak bangunan atau jaringan manusia jika tidak dimuat dengan benar.
CFETR (China Fusion Engineering Test Reactor) dibangun dengan tujuan memecahkan masalah teknik yang terlibat dalam pembangunan reaktor tersebut. Adapun fungsi CFETR yaitu, menjaga gas tetap menyala selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, serta struktur bangunan yang cukup menampung reaktor tersebut.
Pada 6 Januari 2022 lalu, matahari buatan yang juga disebut dengan Eksperimental Superkonduktor Tokamak (EAST) ini mampu beroperasi pada suhu 70 juta derajat celcius selama lebih dari 17 menit.
GERIN RIO PRANATA
Baca: Matahari Buatan Cina Pecahkan Rekor Dunia Baru
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini