Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Matahari Buatan Cina yang Melebih Panas Inti Matahari

Matahari Buatan Cina, meniru reaksi fusi nuklir yang menggerakkan matahari asli. Reaktor ini melebihi panas inti matahari.

14 Januari 2022 | 16.06 WIB

Foto dokumen yang diabadikan pada 16 September 2019 ini memperlihatkan para staf Southwestern Institute of Physics di China National Nuclear Corporation (CNNC) bekerja di lokasi instalasi HL-2M Tokamak, "matahari buatan" generasi baru milik China, di Chengdu, Provinsi Sichuan, China barat daya. HL-2M Tokamak mulai dioperasikan pada Jumat (4/12) dan berhasil melakukan pelepasan plasma pertamanya, menurut CNNC. Dirancang untuk meniru reaksi alami yang terjadi di matahari menggunakan gas deuterium dan hidrogen sebagai bahan bakar, aparatus di Chengdu ini akan menghasilkan energi bersih melalui reaksi fusi nuklir terkendali, sebut CNNC. (Xinhua/Southwestern Institute of Physics CNNC)
Perbesar
Foto dokumen yang diabadikan pada 16 September 2019 ini memperlihatkan para staf Southwestern Institute of Physics di China National Nuclear Corporation (CNNC) bekerja di lokasi instalasi HL-2M Tokamak, "matahari buatan" generasi baru milik China, di Chengdu, Provinsi Sichuan, China barat daya. HL-2M Tokamak mulai dioperasikan pada Jumat (4/12) dan berhasil melakukan pelepasan plasma pertamanya, menurut CNNC. Dirancang untuk meniru reaksi alami yang terjadi di matahari menggunakan gas deuterium dan hidrogen sebagai bahan bakar, aparatus di Chengdu ini akan menghasilkan energi bersih melalui reaksi fusi nuklir terkendali, sebut CNNC. (Xinhua/Southwestern Institute of Physics CNNC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Reaksi energi fusi milik Cina dibuat untuk menciptakan sejumlah besar energi hijau berkelanjutan di masa depan. Selama ini, energi fusi milik Cina itu disebut dengan Matahari Buatan Cina karena meniru reaksi fusi nuklir yang menggerakkan matahari asli. Energi ini menggunakan gas hidrogen dan deuterium sebagai bahan bakar.

Dalam melakukan proses pembuatannya, energi ini dilakukan melalui proses fusi nuklir. Perlu diketahui, fusi nuklir merupakan reaksi dari dua atau lebih dari inti atom yang berbeda dan partikel subatomik (neutron atau proton). Reaksi ini mampu melepaskan tingkat energi yang sangat tinggi tanpa menghasilkan limbah nuklir dalam jumlah yang besar.

Seperti yang dilansir dari People's Daily, para ilmuwan mengungkapkan bahwa reaktor fusi nuklir tersebut menggunakan medan magnet untuk memadukan plasma panas dengan suhu hingga 150 juta derajat Celcius. Dengan demikian, reaktor tersebut melebihi panas inti matahari yang memiliki suhu hingga 15 juta derajat Celcius.

Kendati demikian, dalam pembangunan matahari buatan Cina tetap menghadapi tantangan yang cukup serius. Pasalnya, fusi nuklir yang merupakan sumber energi bintang ini berpotensi meledak dan fusi atom di dalamnya mampu membakar atau melelehkan semua yang tersentuh. Sedangkan untuk reaksi nuklir mampu menghasilkan sejumlah besar partikel berkecepatan tinggi yang dapat merusak bangunan atau jaringan manusia jika tidak dimuat dengan benar.

CFETR (China Fusion Engineering Test Reactor) dibangun dengan tujuan memecahkan masalah teknik yang terlibat dalam pembangunan reaktor tersebut. Adapun fungsi CFETR yaitu, menjaga gas tetap menyala selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, serta struktur bangunan yang cukup menampung reaktor tersebut.

Pada 6 Januari 2022 lalu, matahari buatan yang juga disebut dengan Eksperimental Superkonduktor Tokamak (EAST) ini mampu beroperasi pada suhu 70 juta derajat celcius selama lebih dari 17 menit.

GERIN RIO PRANATA

Baca: Matahari Buatan Cina Pecahkan Rekor Dunia Baru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus