Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Mengenal Fenomena Suhu Dingin pada Musim Kemarau

Fenomena suhu dingin merupakan hal normal karena memang proses fisisnya berkaitan dengan kondisi atmosfer saat musim kemarau.

18 Juli 2024 | 12.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi kedinginan. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Saat ini di sebagian wilayah di Indonesia sedang mengalami suhu dingin pada pagi dan malam hari. Orang Jawa menyebut fenomena ini bediding. Istilah ini digunakan untuk menyebut perubahan suhu yang mencolok, khususnya di awal musim kemarau.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari laman Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli-September). Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fenomena bediding dalam konteks klimatologi merupakan hal normal karena memang proses fisisnya berkaitan dengan kondisi atmosfer saat musim kemarau. Pada musim kemarau, umumnya jarang terjadi hujan di mana tutupan awan berkurang, sehingga panas permukaan bumi akibat radiasi Matahari lebih cepat dan lebih banyak yang dilepaskan kembali ke atmosfer berupa radiasi balik gelombang panjang.

Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu, menjelaskan pada siang hari saat musim kemarau, sinar matahari menjadi maksimal karena tidak ada tutupan awan. Adapun saat malam hingga dini hari, radiasi panas matahari yang tersimpan di permukaan bumi akan secara maksimal dilepaskan.

Kondisi itu, menurut Rahayu, yang menyebabkan permukaan bumi mendingin dengan cepat karena kehilangan energi secara maksimal. “Dampaknya adalah suhu minimum atau udara dingin yang ekstrem di malam hingga dini hari,” katanya pada Ahad, 14 Juli 2024.

Faktor lainnya adalah pada bulan Juli wilayah Australia sedang dalam periode musim dingin. Berlawanan dengan kawasan utara Bumi yang sedang mengalami musim panas lantaran Matahari sedang melakukan gerak semu tahunan ke utara.

Pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dingin menuju Indonesia atau lebih dikenal dengan angin monsun Australia. Kondisi itu pula yang menjadi penyebab utama terjadinya musim kemarau di Indonesia.

Angin monsun membawa udara yang dingin dan kering dari wilayah Australia ke wilayah Indonesia yang berada di wilayah belahan bumi selatan. BMKG berharap masyarakat tidak panik karena suhu dingin pada puncak musim kemarau adalah suatu fenomena yang wajar terjadi.

ANWAR SISWADI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus