Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Publik digegerkan oleh peristiwa kematian Burhanis (52), seorang bos rental asal Jakarta, di Sukolilo, Pati, Jawa Tengah, pada Kamis sepekan lalu, 6 Juni 2024. Teknologi tracking GPS mengantar Burhanis dan dua rekannya sampai ke Desa Sumbersoko di Sukolilo dalam upaya melacak mobilnya yang dibawa kabur penyewa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Teknologi geotracking berbasis GPS terbukti sangat bermanfaat. Pelacakan Burhanis mendapati mobilnya itu sedang terparkir di halaman depan sebuah rumah tinggal. Sayang, Burhanis bersama rekannya yang sudah sempat mengecek unit mobilnya tersebut malah diteriaki maling, dan berujung pengeroyokan dan penganiayaan oleh sekelompok warga.
Apa itu Tracking GPS?
Pemanfaatan teknologi tracking GPS pada kendaraan sudah umum dilakukan. Alatnya berupa unit portabel yang memungkinkan penggunanya memantau dan melacak lokasi dari alat itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada perbedaan antara perangkat tracking ini dengan sistem navigasi di kendaraan. Kalau sistem navigasi GPS menunjukkan kepada pengendara lokasi mereka di peta digital dan kemudian menyediakan instruksi arah berkendara untuk bisa sampai ke lokasi tujuan.
Sedangkan, sistem tracking GPS menggunakan teknologi yang sama untuk melacak lokasi dan sejarah perjalanan atau pergerakan sebuah kendaraan. Data GPS di sistem ini lalu dipancarkan ke komputer, smartphone, atau tablet.
Khusus pemilik rental mobil cenderung memilih bagian badan mobil yang sulit diakses penyewa untuk dipasangkan alat tracking GPS itu. Tujuannya, supaya penyewa tidak mengetahui dan akhirnya pemilik mobil tetap bisa memantaunya.
Bagaimana Cara Kerja GPS Tracker?
Dasar teknologi tracking GPS adalah menggunakan proses yang disebut trilaterasi. Ini adalah cara menentukan lokasi fisik kendaraan atau obyek pada suatu waktu tertentu menggunakan tiga satelit atau lebih dari konstelasi Sistem Satelit Navigasi Global. Jarak kendaraan dari ketiga satelit digunakan untuk menentukan posisi lintang, bujur, tinggi dan waktu.
Pada kendaraan, GPS tracker biasanya mendapat sumber tenaga dari konektor onboard diagnostic (OBD-II), pemantik rokok, socket aksesoris, atau baterai internal. Informasi yang dikumpulkannya kemudian ditransmisikan lewat tower operator ke software yang memungkinkan pengguna menganalisisnya.
Di dalam server, data mengenai keberadaan kendaraan akan dikonversi dan diproses untuk ditampilkan lewat web, browser, desktop, dan smartphone. Dalam pemrosesan ini dikenal dua tipe active dan passive tracker GPS.
Selain untuk melacak posisi sebuah obyek, GPS juga bisa digunakan untuk melihat histori perjalanan atau pergerakan. Fitur ini sangat berguna bagi pengusaha rental ataupun usaha lain yang melibatkan banyak armada kendaraan. Histori perjalanan di GPS juga bisa bertahan lama dan tidak mudah untuk dihapus, kecuali pemilik GPS sudah mengatur jadwal penghapusan otomatis.
Pro-Kontra
Pertama kali dikembangkan oleh Departemen Pertahanan AS untuk unit-unit intelejennya, teknologi ini belakangan luas digunakan untuk kepentingan masyarakat maupun komersial. Saat ini pula ada jaringan 31 satelit GPS di orbit.
Mereka memancarkan informasi tentang lokasi dan waktu yang kemudian diterima via perangkat antarmuka yang ada atau dekat Bumi, semisal smartphone. Secara spesifik, proses kalkulasinya dikenal sebagai geolokasi, geoposisi, atau geotracking.
Seluruhnya mendorong kemampuan visibilitas, keselamatan, keamanan, dan bahkan kepuasan pelanggan. Namun, bukan berarti tak ada kontra yang menyertai teknologi GPS atau yang sejenisnya. Setidaknya ada tiga yang bisa dicatat yakni persoalan privasi dari pemantauan yang kontinyu, gangguan sinyal jika ada penghalang tertentu semacam masuk ke terowongan, dan kebergantungan yang berlebihan.