Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini memperingati wafatnya Nurtanio Pringgoadisuryo, salah seorang tokoh dirgantara Indonesia. Selain BJ. Habibie, ia adalah perintis adalah industri pesawat terbang di negeri ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namanya kian mahsyur hingga disebut sebagai Bapak Dirgantara Indonesia atau Bapak Perintis Industri Pesawat Terbang. Rasa cintanya terhadap dunia kedirgantaraan begitu besar, ia bercita-cita untuk keliling dunia menggunakan pesawat terbang buatan bangsanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dulunya sang ayah menginginkan Nurtanio kecil menjadi seorang petani saja, namun semakin dewasa minat Nurtanio berkembang ke arah lain.
Dilansir dari nationalgeographic.grid.id, Nurtanio pernah tertipu saat masa pendudukan Jepang, kala itu Nurtanio mendengar bahwa Jepang akan membuka sekolah penerbangan. Sayangnya saat Nurtanio memasuki sekolah tersebut dirinya hanya disuruh untuk mendorong dan membersihkan pesawat terbang.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Nurtanio bergabung dengan Bagian Rencana dan Konstruksi Kementerian Pertahanan, dirinya kemudian dilantik menjadi anggota TKR bagian penerbangan – kemudian menjadi TNI AU dengan pangkat Opsir Muda Udara II.
Pada tahun 1946, Bagian Rencana dan Konstruksi dipindahkan ke Pangkalan Udara Maospati. Bersama dengan teman - temannya Nurtanio berhasil membuat pesawat layang jenis Zonglin.
Untuk mencapai keinginan tersebut, Nurtanio akhirnya ditugaskan untuk belajar di Filipina (FEATI – Far Eastern Aero Technical Institute) dan memperoleh gelar Bachelor in Aeronautical Science.
Ada pula beberapa pesawat yang berhasil Nurtanio dan kawannya rancang yakni pesawat jenis olahraga WEL (Wiweko-Experimental-Light)-1 yang juga dikenal sebagai RI-X, pesawat anti-gerilya Sikumbang, pesawat kunang - kunang dan pesawat belalang.
Nurtanio dikenal sebagai pemimpin yang disiplin, ia selalu datang tepat waktu dari pukul 7 pagi hingga pulang paling terakhir. Ia juga dikenal sebagai orang yang perhatian dengan pekerjanya, bahkan satu hari sebelum kepergiannya, Nurtanio sempat mengadakan piknik bersama karyawan dengan keluarganya.
Sungguh disayangkan pada 21 Maret 1996, Nurtanio yang tengah menguji coba pesawat Arev ini mengalami kecelakaan. Pesawat terbakar di udara dan jatuh di Kota Bandung. Sang bapak Dirgantara Indonesia itu berpulang dengan meninggalkan istri, dua anak laki-laki dan satu anak perempuan.
KARUNIA PUTRI | MELINDA KUSUMA NINGRUM
Pilihan editor: Mengenal Nurtanio Pringgoadisuryo, Bapak Dirgantara Indonesia