Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Mengenal Nurtanio Pringgoadisuryo, Bapak Dirgantara Indonesia

Nurtanio Pringgoadisuryo adalah sosok perintis dirgantara Indonesia.

22 Maret 2023 | 03.51 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Nurtanio Pringgoadisuryo adalah salah satu tokoh penting dirgantara Indonesia, beliau adalah perintis industri pesawat terbang pertama di Indonesia.

Namanya kian mahsyur hingga disebut sebagai Bapak Dirgantara Indonesia atau Bapak Perintis Industri Pesawat Terbang. Rasa cintanya terhadap dunia kedirgantaraan begitu besar, beliau bercita - cita untuk keliling dunia menggunakan pesawat terbang buatan bangsanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dulunya sang ayah menginginkan Nurtanio kecil menjadi seorang petani saja, namun semakin dewasa minat Nurtanio berkembang ke arah lain.

Dilansir dari nationalgeographic.grid.id, Nurtanio pernah tertipu saat masa pendudukan Jepang, kala itu Nurtanio mendengar bahwa Jepang akan membuka sekolah penerbangan, sayangnya saat Nurtanio memasuki sekolah tersebut dirinya hanya disuruh untuk mendorong dan membersihkan pesawat terbang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Nurtanio bergabung dengan Bagian Rencana dan Konstruksi Kementerian Pertahanan, dirinya kemudian dilantik menjadi anggota TKR bagian penerbangan – kemudian menjadi TNI AU dengan pangkat Opsir Muda Udara II.

Pada tahun 1946, Bagian Rencana dan Konstruksi dipindahkan ke Pangkalan Udara Maospati. Bersama dengan teman - temannya Nurtanio berhasil membuat pesawat layang jenis Zonglin.

Presiden Joko Widodo saat prosesi pemberian nama Nurtanio pada pesawat N219 di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, 10 November 2017. Pesawat N219 merupakan pesawat buatan lokal, kolaborasi antara PT Dirgantara Indonesia (DI) bekerjasma dengan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan). TEMPO/Subekti

Keberhasilan tersebut mendorong Kepala Staf TNI AD pada tahun 1946 mengusulkan pembentukan Komisi Penerbangan dengan tujuan menetapkan kemauan politik mengembangkan penerbangan sipil. Selain itu, ia juga mendorong Kepala Staf TNI AU untuk merencanakan pendirian “perusahaan pesawat terbang nasional”.

Untuk mencapai keinginan tersebut, Nurtanio akhirnya ditugaskan untuk belajar di Filipina (FEATI – Far Eastern Aero Technical Institute) dan memperoleh gelar Bachelor in Aeronautical Science.

Ada pula beberapa pesawat yang berhasil Nurtanio dan kawannya rancang yakni pesawat jenis olahraga WEL (Wiweko-Experimental-Light)-1 yang juga dikenal sebagai RI-X, pesawat anti-gerilya Sikumbang, pesawat kunang - kunang dan pesawat belalang.

Nurtanio dikenal sebagai pemimpin yang disiplin, ia selalu datang tepat waktu dari pukul 7 pagi hingga pulang paling terakhir. Ia juga dikenal sebagai orang yang perhatian dengan pekerjanya, bahkan satu hari sebelum kepergiannya, Nurtanio sempat mengadakan piknik bersama karyawan dengan keluarganya.

Sungguh disayangkan pada 21 Maret 1996, Nurtanio yang tengah menguji coba pesawat Arev ini mengalami kecelakaan. Pesawat terbakar di udara dan jatuh di Kota Bandung. Sang bapak Dirgantara Indonesia itu berpulang dengan meninggalkan istri, dua anak laki-laki dan satu anak perempuan.

Pilihan editor : Malaysia Konversi Pesawat CN235-220 Menjadi Maritime Patrol Aircraft

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus