Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DENGAN lebih dari 500 juta pengguna, Facebook merupakan sebuah dunia. Seperti situs jaringan sosial lainnya, di dalam Facebook ada pertemanan, bisnis, politik, tapi juga ada peluang kejahatan yang diam-diam mengintip.
Noni, 14 tahun, bukan nama sebenarnya, dirayu dan akhirnya dinodai teman yang dikenalnya lewat Facebook. Gadis belia asal Sidoarjo, Jawa Timur, itu semula hanya mengenal Ari, 18 tahun, warga Tangerang, Banten, lewat Facebook dan pesan pendek. Mereka tak pernah bertemu langsung. Ketika akhirnya bertemu di Jakarta, awal tahun lalu, Noni begitu saja percaya kepada teman mayanya itu dan meninggalkan orang tuanya. Lima hari kemudian, Noni baru ditemukan polisi.
Kasus serupa terjadi pada Abigail, 15 tahun, juga bukan nama sebenarnya. Siswi sekolah menengah atas di Surabaya ini pergi ke Jakarta bersama Joni, yang hanya dikenalnya lewat Facebook. ”Dia pamit hendak menonton pertandingan basket,” kata orang tua Abigail, beberapa bulan lalu. Di Jakarta, Abigail begitu saja ditinggal pergi Joni.
Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, mengatakan kasus kejahatan terhadap anak lewat Internet terus menunjukkan peningkatan. Berdasarkan laporan yang masuk ke Komisi Nasional, pada 2009, ada 26 kasus kejahatan terhadap anak-anak. ”Untuk 2010, sampai sekarang sudah ada 21 kasus,” kata Arist pekan lalu. Mereka tersebar di berbagai kota di Indonesia. Sebagian besar dari anak-anak itu menjadi korban kekerasan seksual.
Modus merayu gadis belia dan anak-anak lewat situs jaringan sosial atau chatting tak cuma monopoli Indonesia, tapi juga terjadi di pelbagai negara. Dengan memalsukan identitas, Christopher M. Spiehler, 29 tahun, merayu anak perempuan berumur 11 tahun lewat jaringan VampireFreaks.com, situs bagi para penggemar cerita vampir. Warga Hancock County, Mississippi, Amerika Serikat, itu kemudian membawa kabur dan memerkosa anak tersebut.
Jika tidak hati-hati berseluncur di Internet, anak-anak bisa menjadi sasaran empuk para pemangsa ini. Menurut laporan Internet Watch Foundation di Inggris, ada 8.844 alamat Internet di seluruh dunia yang menjadi ajang pertukaran materi pornografi anak-anak. Hampir separuhnya beralamat server di Amerika Serikat. Sebagian besar materi jorok itu melibatkan anak-anak berumur 6 hingga 12 tahun.
Di Internet, setiap orang dengan gampang memalsukan diri dan menjadi siapa pun yang dia kehendaki. Untuk menghindari para pemangsa ini, menurut Arist Merdeka, yang paling penting adalah memberdayakan orang tua dan mendidik anak bagaimana berinternet dengan sehat. ”Menjauhkan anak dari teknologi bukan solusi,” katanya. Repotnya, orang tua tak selalu punya waktu untuk memelototi laman demi laman Internet yang dikunjungi si kecil.
Supaya si kecil ini tidak tersesat di belantara Internet, tujuh lulusan teknik informatika Institut Teknologi Bandung yang bergabung di PT Starqle Indonesia membuat Ruang Main. ”Sudah ada investor dalam negeri yang siap membiayai pengembangannya,” kata Iqbal Farabi, Vice Chief Technology Starqle, pekan lalu. Menurut dia, Ruang Main ditujukan bagi anak berumur 6 hingga 12 tahun. Di dalam Ruang Main ini, si kecil bisa dengan aman dan nyaman mengarungi Internet. ”Kami tetap menekankan unsur fun.”
Ruang Main merupakan gabungan beberapa aplikasi sekaligus konten. Di dalamnya ada peramban alias browser khusus anak-anak, jaringan sosial, aplikasi video, gambar, dan aplikasi kontrol orang tua. Peramban Ruang Main ini, kata Iqbal, dibuat dengan Adobe Flex dan WebKit. WebKit adalah open source engine yang juga digunakan untuk mengembangkan Safari, peramban dalam Apple MacOS X.
Selain tampilannya lebih sederhana dan bergaya anak-anak, ada penyaring di peramban Ruang Main. Berbeda dengan kebanyakan penyaring yang memblokir akses ke daftar hitam alamat-alamat situs jorok atau sumber surat sampah, penyaring Ruang Main memilih metode daftar putih alias white list.
Dengan cara ini, peramban Ruang Main akan mengarahkan si kecil mengunjungi situs yang ada di daftar putih. Akses ke situs yang tak ada di daftar putih akan ditolak. Untuk menyusun daftar putih ini, Starqle akan melibatkan para guru. ”Nanti kami juga akan melibatkan komunitas orang tua,” ujar Iqbal.
Metode daftar putih ini juga dipakai peramban anak-anak seperti KidZui, KidRocket, dan Kido’z. KidRocket, misalnya, untuk memasukkan Barbie.com, Sesamestreet.com, Crayola.com, Disney.com, dan situs Nickelodeon ke daftar putihnya.
Di dalam Ruang Main, anak-anak bebas menjelajahi konten video, gambar, atau materi pendidikan. Si kecil boleh asyik masyuk dengan game yang ada di Ruang Main. Untuk memperkaya konten di Ruang Main, kata Iqbal, Starqle akan bekerja sama dengan para pengembang konten. ”Tapi semua konten tetap harus lewat persetujuan komunitas orang tua,” Iqbal menekankan. Lewat jaringan sosial Ruang Main, si kecil juga bisa berinteraksi, mengunggah foto atau video, mengomentari, dan berbagi konten dengan teman-temannya.
Sebagai acuan untuk jaringan sosial Ruang Main, Iqbal mengatakan, mereka merujuk ke TogetherVille.com dan KidZui. TogetherVille adalah jaringan sosial Internet khusus bagi anak-anak berumur 6 hingga 10 tahun yang dibuat oleh Mandeph Singh Dhillon. Facebook, MySpace, atau Friendster tidak menjadi acuan, karena memang didesain untuk usia di atas 13 tahun.
Tidak seperti Facebook atau Friendster, di TogetherVille, yang baru diluncurkan Mei lalu, profil dan gambar setiap anak sepenuhnya tertutup. Orang lain tidak bisa mengintip foto atau data anak-anak di TogetherVille. Si kecil hanya bisa mengundang teman-teman yang benar-benar dikenalnya sehari-hari. Dan aktivitas si kecil di Internet ini semua bisa dikendalikan orang tua masing-masing.
Di Ruang Main ini, peran orang tua tetap menjadi kunci keamanan bagi anaknya. Sebab, belum ada cara yang benar-benar mujarab untuk melacak keaslian identitas yang dipakai di Internet. Orang tua bisa mengusulkan situs Internet masuk ke daftar putih. Mereka juga bisa memblokir akses anaknya ke salah satu situs ataupun konten, sekalipun alamat itu ada di daftar putih.
Orang tua akan selalu mendapat pemberitahuan setiap kali ada orang hendak berkenalan dengan anaknya. Orang tua juga bisa mengatur berapa lama anaknya boleh berselancar di Internet. ”Bahkan mereka juga bisa menentukan kata-kata apa saja yang bisa dipakai anaknya dalam fasilitas pencarian,” kata Iqbal.
Sempat tertatih-tatih karena kurang dana, kini setelah mendapat investor baru, Starqle menggeber pengembangan Ruang Main. Mereka memasang target, versi beta Ruang Main akan kelar dalam dua bulan ini. Sehingga pada Januari tahun depan semua anak sudah bisa bermain-main di Ruang Main.
Sapto Pradityo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo