Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro bicara soal posisi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di era Prabowo-Gibran. Menurut dia, BRIN sempat direncanakan bergabung dalam pemerintahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Memang dalam proses perumusan kabinet itu direncanakan sebetulnya bahwa BRIN akan menjadi bagian dari Kementerian Penelitian Tinggi,” kata Satryo dalam wawancara dengan Tempo di kantornya, di Jakarta, 30 Oktober lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini terdapat Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah yang mencakup keseluruhan persekolahan, yaitu SD, SMP, dan SMA. Sementara pendidikan tinggi lebih menekankan soal pengembangan, pemanfaatan, penerapan ilmu pengetahuan.
“Jadi perguruan tinggi bukan yang orang bilang ‘itu kelanjutannya SMA’, enggak. Memang usianya setelah SMA, tapi beda pendekatannya. Oleh karena itu, perguruan tinggi tidak bisa tanpa ada riset,” kata Satryo. “Kan riset di BRIN. Jadi pendidikan tinggi dan BRIN, atau garis miring BRIN. Menteri Pendidikan Tinggi/Kepala BRIN, satu komando.”
Menurut Satryo, tidak ada pendidikan tinggi tanpa riset. Begitu juga sebaliknya. “Semua terkait harus jadi satu, nah, tapi memang ternyata sampai terakhir dari BRIN belum berkenan untuk bersatu,” ucap dia. Dengan perkembangan itu, BRIN tetap menjadi lembaga seperti sekarang ini.
Satryo menjelaskan bahwa ketika dia dilantik, kementeriannya diberi nama ‘Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi’. Hal ini dilakukan karena tidak tepat jika hanya pendidikan tinggi yang tidak mencakup aspek sains dan teknologi, mengingat pendidikan tinggi bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi.
“Nah saya berpikir lagi, ‘loh sains ini kalau tidak diteliti gimana kita bisa mengembangkan ilmu pengetahuan?’ Jadi dibuat Dirjen Penelitian dan pengembangan. Toh kami masih punya kegiatan riset atau penelitian di kementerian kami, yang berpisah dengan BRIN,” kata Satryo.
Meskipun riset dilakukan terpisah dari BRIN, kementeriannya bakal terus berkoordinasi dengan BRIN untuk menghindari duplikasi. “Kalau dia sudah, kami jangan. Kalau dia belum, kami kerjakan. Ya eloknya begitu kan. Meskipun terpisah, kami selalu kolaborasi dengan BRIN. Biar enggak tumpang tindih,” kata Satryo.
Satryo mengatakan, konsep ini merupakan ide Presiden Prabowo. “Yang pasti, saya harus tetap mengembangkan kegiatan riset dan pengembangan. Karena Indonesia tidak bisa survive di masa depan tanpa riset dan pengembangan yang mampu mendorong industri dengan nilai tambah,” ujarnya. Apalagi Indonesia memiliki target lain seperti Indonesia Emas 2045 dan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen.
Pilihan Editor: Masa Depan BRIN di Tengah Kepentingan Politik