Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi yang dipimpin Duke University, Amerika Serikat, menemukan bahwa lumba-lumba hidung botol membakar kalori pada tingkat yang lebih rendah seiring bertambahnya usia. Artinya mamalia itu akan merasa metabolismenya tidak seperti dulu lagi, sama seperti manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Ini adalah pertama kalinya para ilmuwan mengukur perlambatan metabolisme terkait usia pada spesies bertubuh besar lain selain manusia,” kata penulis riset Rebecca Rimbach, mahasiswi postdoctoral antropologi evolusioner di Duke University University, seperti dikutip Phys, Minggu, 15 Agustus 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Rimbach mempelajari pengeluaran energi dan aspek lain dari fisiologi pada hewan, mulai dari tikus hingga monyet. Namun, kata dia, data tentang cara kerja mamalia laut seperti lumba-lumba dan paus masih sedikit. Hal itu karena penghuni laut ini terkenal sulit ditangkap kembali untuk pengukuran berulang.
Para peneliti mempelajari 10 lumba-lumba hidung botol berusia 10 hingga 45 tahun yang tinggal di dua fasilitas mamalia laut, Dolphin Research Center di Florida dan Dolphin Quest di Hawaii. “Karena bisa sangat sulit untuk mendapatkan kembali hewan itu saat Anda membutuhkannya," kata Rimbach.
Untuk mengukur tingkat metabolisme harian rata-rata mereka, para peneliti menggunakan "metode air berlabel ganda." Digunakan untuk mengukur pengeluaran energi pada manusia sejak tahun 1980-an, metode ini melibatkan hewan untuk meminum beberapa ons air dalam bentuk hidrogen dan oksigen "berat" yang ditambahkan secara alami, kemudian melacak berapa lama waktu yang dibutuhkan hewan untuk mengeluarkannya.
Seperti manusia yang menunjukkan tangan mereka untuk mengambil darah, lumba-lumba di fasilitas ini secara sukarela mengangkat sirip ekor mereka keluar dari air. Sehingga pengasuh mereka dapat mengumpulkan darah atau urine sebagai bagian dari pemeriksaan rutin mereka.
Dengan menganalisis tingkat atom hidrogen dan oksigen berat dalam darah atau urin, tim dapat menghitung berapa banyak karbon dioksida yang dihasilkan lumba-lumba setiap hari. “Dan dengan demikian mengetahui berapa banyak kalori yang mereka bakar saat mereka menjalani hidup mereka,” tulis studi itu.
Para peneliti mengharapkan lumba-lumba memiliki metabolisme yang meningkat, karena lumba-lumba berdarah panas seperti halnya manusia, dan tetap hangat membutuhkan lebih banyak energi di air daripada di udara. Tetapi meskipun hidup di dunia yang berair, mereka menemukan bahwa lumba-lumba hidung botol membakar 17 persen lebih sedikit energi per hari daripada yang diperkirakan untuk mamalia laut seukuran mereka.
Para ilmuwan juga mencatat beberapa tanda yang sama dari penuaan metabolik yang umum terjadi pada manusia. Lumba-lumba tertua dalam penelitian ini, keduanya berusia 40-an, menggunakan 22-49 persen lebih sedikit kalori setiap hari dari yang diperkirakan untuk berat badan mereka.
Dan mirip juga dengan manusia, lebih banyak kalori yang berakhir sebagai lemak daripada otot. Lumba-lumba di usia 40-an memiliki persentase lemak tubuh 2,5 kali lebih tinggi daripada lumba-lumba di bawah 20 tahun.
“Bukan karena kurang olahraga. Lumba-lumba adalah atlet yang luar biasa, mampu melompat 10 kaki ke udara dan berenang bersama perahu listrik yang cepat,” tutur Rimbach.
Lumba-lumba dalam penelitian ini diamati melakukan gerakan membalik dan berputar, berjalan di atas ekornya, melompat keluar dari air dan bergerak cukup cepat untuk bangun sebanyak enam hingga 18 kali dalam satu jam. Dan mereka tetap aktif hingga usia 40-an.
Namun, pola metabolisme tetap tidak peduli dengan tingkat aktivitas mereka. Menurut Rimbach, hal itu bukan karena mereka makan terlalu banyak. Para peneliti mencatat berapa banyak ikan yang dimakan lumba-lumba, dan mereka menemukan bahwa lumba-lumba yang lebih tua dan gemuk dalam penelitian ini sebenarnya makan lebih sedikit kalori.
"Kami membutuhkan lebih banyak data, terutama untuk lumba-lumba yang lebih muda, karena kami hanya melihat 10 individu," kata Rimbach, “sambil menambahkan, “tapi saya pikir ini studi pertama yang menarik."
Para peneliti mengatakan pekerjaan seperti itu dapat menjelaskan faktor-faktor selain diet dan gaya hidup yang mendasari kenaikan berat badan terkait usia pada orang. Kolega Rimbach, yang juga terlibat dalam studi ini, Hannah Salomons, mengatakan studi lebih lanjut tentang kesamaan manusia dengan lumba-lumba ini dapat membantu memahami mengapa metabolisme manusia melambat seiring bertambahnya usia.
“Memiliki akses ke lumba-lumba yang sehat di bawah perawatan manusia memungkinkan penelitian ini,” kata rekan penulis lain Austin Allen dari Duke University Marine Lab.
PHYS