Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 39 peneliti lintas instansi dan kementerian di Indonesia tengah mengeksplorasi wilayah bawah laut menggunakan kapal OceanXplorer alias OceanX. Riset yang menjadi bagian dari program Misi Indonesia 2024 ini membuka tabir isi perairan Indonesia yang belum banyak terjamah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Pengelolaan Armada Kapal Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nugroho Dwi Hananto, mengatakan penelitian dengan OceanX sudah separuh jalan. "Misi kali ini memasuki tahap ketiga dari lima tahapan yang akan ditempuh," kata Nugroho dari keterangan resminya, Kamis, 11 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah menjelajahi beberapa lautan, kapal OceanX berhasil mengidentifikasi aktivitas geologi dan geodiversitas di laut Aceh. Pada Mei 2024, peneliti menemukan sumber longsor di bawah laut dan gunung aktif di dalam perairan Aceh.
"Ditemukan juga berbagai macam hewan bawah laut yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya," ucap Nugroho.
Eksplorasi bawah laut tersebut didukung dengan Remotely Operatted Vehicle (ROV). Alat ini bisa memetakan kehidupan bawah laut hingga kedalaman 4.000-5.000 meter. Nugroho mengimbuhkan, baru 18 persen area lautan dalam negeri yang bisa dipetakan secara merinci.
Misi OceanX, kata dia, berjalan demi penelitian berkategori geosains kelautan, oseanografi, serta sains atmosfer. "Contohnya gunung api bawah laut yang akan menciptakan ekosistem ekstrim dasar laut. Geodiversitas mulai dari yang mikro, makro, hingga molekuler."
Kendati kapal OceanX bukan asli buatan dalam negeri, Nugroho memastikan seluruh hasil riset di lautan Indonesia tidak akan dibagikan ke pihak asing. Semua data dan pengolahannya akan dilakukan dan disimpan di Indonesia. Artinya, hasil riset ini cenderung dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik. riset yang bermanfaat bagi negara.
Chief Science Officer OceanX, Vincent Pieribone, memastikan seluruh kegiatan di OceanX dilakukan oleh pemerintah Indonesia, melalui para peneliti. Misi itu juga dijalankan untuk keperluan regulator, misalnya soal perikanan. Dalam riset, kata dia, ada teknologi yang bisa dipakai untuk memperkirakan jumlah ikan di laut Indonesia.
“Sehingga para pembuat kebijakan dapat menentukan seberapa banyak ikan yang dapat diambil dari lautan pada periode tertentu," kata Vincen dalam siaran pers yang sama.
Penjelajahan OceanX melibatkan peneliti dari berbagai lembaga. Selain BRIN, ada juga perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi; Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek); Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut; Kementerian Perhubungan; Kementerian Pertahanan; Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP); serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).