Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jupiter adalah planet terbesar dalam tata surya. Selama berabad-abad, planet gas raksasa itu telah dipelajari oleh para ilmuwan. Pakar astronomi Italia, Galileo Galilei, bahkan telah membuat laporan observasi detail pertama tentang Jupiter dan satelit-satelitnya pada 1610. Hasil studi terbaru mengungkapkan sejumlah keunikan di planet yang tertutup awan tebal itu.
Menggunakan data dan citra yang dikirim wahana nirawak Juno, para ilmuwan menemukan ada sejumlah topan raksasa di dekat kutub-kutub Jupiter yang selama ini sulit sekali diamati. Dalam laporan studi yang dimuat di jurnal Science pada 25 Mei lalu, fenomena aurora yang terjadi di Jupiter sangat berbeda dengan cahaya yang muncul di kutub utara dan selatan bumi.
Topan dan badai di kawasan kutub Jupiter sangat besar dengan ukuran setara bumi. Topan tersebut sangat padat dan bersinggungan. Tapi para peneliti masih belum mengetahui bagaimana topan sebesar itu bisa terbentuk.
Data kiriman wahana milik Badan Antariksa Amerika Serikat yang tiba di orbit Jupiter pada Agustus tahun lalu menunjukkan planet gas raksasa itu adalah dunia yang kompleks dan penuh gejolak. "Kami sadar akan ada hal baru yang diberikan Jupiter," ujar Scott Bolton, peneliti utama dalam misi Juno, seperti ditulis di laman NASA. "Ternyata banyak sekali hal yang terjadi dan tak kami duga sebelumnya."
Juno merupakan wahana pertama buatan manusia yang mampu memantau hingga kawasan kutub Jupiter. Diluncurkan pada 2011, wahana seharga US$ 1,1 miliar atau sekitar Rp 14,6 triliun itu menempuh lebih dari 2,7 miliar kilometer untuk mengorbit Jupiter.
Wahana bertenaga surya itu membawa delapan instrumen untuk mempelajari komposisi, struktur, dan medan magnet Jupiter hingga Februari tahun depan.
"Perjalanan yang panjang untuk mencapai Jupiter. Tapi data awal ini menunjukkan misi ini tak sia-sia," ujar Direktur Program Juno, Diane Brown.
Sekali dalam 53 hari mengorbit Jupiter, Juno mencapai posisi terdekatnya sekitar 5.000 kilometer di atas kutub planet gas tersebut. Data terakhir yang dia kirim kembali ke bumi sampai pada 19 Mei lalu.
Bolton dan koleganya menilai kutub Jupiter merupakan tempat yang aneh. "Ada ribuan topan berpilin di sekitar kutub," ujarnya. "Terlihat seperti kawah tumbukan meteor, tapi semua ada di atmosfer karena itu planet gas."
Para peneliti tak tahu apa pemicu topan kutub yang lebarnya bisa mencapai 1.400 kilometer itu. Belum diketahui juga apakah topan itu stabil atau mengalami perubahan drastis. "Ada kemungkinan topan-topan itu selalu ada di sana," kata Bolton.
Kondisi interior Jupiter ternyata sama anehnya. Selama ini para ilmuwan menduga Jupiter memiliki inti padat hingga 10 kali ukuran bumi atau tidak ada inti sama sekali. Tapi tak satu pun hipotesis itu yang cocok dengan data gravitasi dari Juno. Dugaan lain yang muncul adalah sebagian inti Jupiter larut dan terus bergerak.
Medan magnet Jupiter ternyata jauh lebih kuat dari dugaan para peneliti sebelumnya. Para peneliti memperkirakan medan magnet yang bergumpal-gumpal itu ada kemungkinan dipicu oleh gerakan besar di dekat permukaan planet dan inti yang besar.
Dalam laporan di jurnal Geophysical Research Letters, ukuran inti Jupiter diperkirakan mencapai 25 kali massa inti bumi. "Juno memberikan gambaran medan magnet yang tak pernah kita punya sebelumnya," kata Jack Connerney, ketua tim penyelidik medan magnet dari NASA.
Aurora yang muncul di kutub-kutub Jupiter juga sangat berbeda. Di bumi, aurora muncul akibat efek pancaran partikel dari matahari di magnetosfer lalu bergerak ke arah kutub.
Sebagian partikel ini dialihkan dan menabrak gas-gas di atmosfer serta menciptakan cahaya. Di Jupiter, aurora tampaknya muncul dari bagian dalam planet. Kondisi ini mengindikasikan adanya kejanggalan di medan magnet planet tersebut.
Menurut Bolton, data yang dikirim Juno menunjukkan pengetahuan manusia tentang planet gas selama ini masih sederhana. Bolton mengatakan Jupiter menunjukkan bahwa planet gas merupakan obyek yang sangat kompleks. "Mungkin mereka terbentuk dengan cara yang sama sekali berbeda dari yang kita pikirkan." Space | Nasa | Livescience | Smithsonian | Gabriel Wahyu Titiyoga
Perjalanan Menguak Rahasia Jupiter
Juno menjadi wahana antariksa pertama yang membantu manusia melihat ada apa di balik awan pekat planet Jupiter. Wahana milik NASA itu dikirim untuk membuka tabir asal-usul dan evolusi planet terbesar di tata surya tersebut.
Panel surya, yang panjangnya mencapai 9 meter, merupakan perangkat terbesar yang pernah dikirim ke angkasa luar. Ia menyediakan energi dalam kondisi redup.
Linimasa Misi
Agustus 2011
Peluncuran
September 2012
Manuver angkasa luar
Oktober 2013
Melaju dengan dorongan gravitasi bumi
Juli 2016
Tiba di Jupiter. Wahana memasuki orbit wilayah kutub untuk misi selama 20 bulan.
Februari 2018
Misi selesai. Juno keluar orbit dan jatuh ke Jupiter.
Jupiter Perbandingan Dengan Bumi
Diameter142 ribu km (11 kali ukuran bumi)
Volume 1.320 bumi bisa ditempatkan di dalam Jupiter
Jarak ke matahari 780 juta kilometer. Perlu waktu 12 tahun untuk mengelilingi matahari.
Durasi hari 10 jam
Suhu-145 derajat Celsius (di atas awan)
Komposisi Hidrogen 90 persen, Helium 10 persen
Jumlah bulan67
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo