Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bavaria - Para paleontolog memiliki konsensus yang kokoh bahwa manusia purba Homo sapiens berevolusi setidaknya 300 ribu tahun lalu di Afrika. Baru kemudian kira-kira 70 ribu tahun yang lalu sekelompok kecil orang Afrika itu mengembangkan diri mereka di benua lain.
Namun Johannes Krause, Direktur Max Planck Institute for Human History Jerman, menganggap kesenjangan 230 ribu tahun tersebut sebagai hal yang aneh. "Mengapa orang-orang purba dulu tidak meninggalkan Afrika sebelumnya?" kata dia seperti dikutip dalam New York Times.
Masuk akal juga pertanyaan itu. Bagaimanapun, secara geografis, letak Benua Afrika terhitung tak jauh dengan kawasan Timur Dekat, yakni wilayah Israel, Jalur Gaza, Libanon, Suriah, Tepi Barat, Turki, hingga Iran. "Anda bisa saja keluar,” ujarnya.
Baca: Temuan Artefak Patahkan Asumsi Awal Kedatangan Manusia Purba
Perbandingan otak manusia moder dengan manusia purba. (Daily Mail)
Dan, pertanyaan itu terjawab. Dalam riset yang diterbitkan di jurnal Nature Communications edisi Juli 2017, Krause dan koleganya melaporkan bahwa manusia purba dari Afrika ternyata keluar dari wilayah mereka lebih dari 270 ribu tahun yang lalu.
Kesimpulan itu didapatkan dari DNA yang baru ditemukan pada fosil-fosil. Dari situ, para peneliti menyimpulkan bahwa gelombang awal Homo sapiens, atau kerabat dekat spesies manusia saat ini, berjalan dari Afrika ke Eropa. Di sana, mereka kawin-mawin dengan manusia Neanderthal.
Namun kemudian para migran manusia purba Afrika ini menghilang dan DNA mereka bertahan pada generasi Neanderthal berikutnya. "Ini menjadi gambaran yang komprehensif," kata Krause.
Baca: Pegang Tengkorak Manusia Purba, Menteri Anies: Luar Biasa!
Ilustrasi artis tentang manusia Neanderthal. (Live Science)
Sejak 1800-an, ahli paleontologi berjuang untuk memahami bagaimana manusia Neanderthal terkait dengan manusia saat ini. Fosil-fosil manusia purba menunjukkan bahwa mereka berbeda secara anatomis. Mereka memiliki alis yang tebal, tubuh yang kokoh, dan sejumlah fitur halus yang tidak dimiliki manusia pada masa kini.
Tulang tertua dari individu mirip Neanderthal ditemukan di sebuah gua Spanyol bernama Sima de los Huesos, berasal dari 430 ribu tahun yang lalu. Neanderthal yang lebih baru, bertarikh sekitar 100 ribu tahun yang lalu, ditemukan di seluruh Eropa sampai ke Siberia bagian selatan. Kemudian, 40 ribu tahun yang lalu, Neanderthal menghilang dari catatan fosil.
Ilmuwan yang mempelajari gen manusia purba mencari dua jenis materi genetik: DNA inti dan DNA mitokondria. DNA inti diwariskan dari kedua orang tua kepada anaknya. DNA mitokondria hanya diwariskan ke anak dari ibu karena sperma ayah menghancurkan DNA mitokondrianya sendiri selama fertilisasi.
Baca: Terungkap, Kerabat Dekat Manusia Purba Dimangsa Karnivora
Gua Denisova, Pegunungan Altai, Siberia, tempat ditemukannya fosil manusia Denisovan. (Wikipedia Commons)
Bertahun-tahun yang lalu, Krause dan koleganya mulai melacak gen purba Neanderthal dalam satu fosil dengan mencari DNA mitokondria. Setelah menelaah DNA mitokondria pada beberapa fosil, mereka berhasil menemukan DNA inti.
Gen-gen itu mengandung beberapa kejutan. Misalnya, sedikit dari DNA orang-orang keturunan non-Afrika berasal dari Neanderthal. Ketika manusia modern berekspansi keluar dari Afrika, menurut Krause, mereka tampaknya telah saling kawin beberapa kali dengan Neanderthal. Anak-anak itu yang meneruskan gen mereka.
Namun tulang jari dan gigi dari sebuah gua di Siberia bernama Denisovan memberi Krause teka-teki yang membingungkan. Di dalam fosil-fosil manusia purba tersebut, para peneliti menemukan urutan DNA mitokondria yang berbeda dari manusia atau Neanderthal, yakni dari sebuah cabang pohon keluarga yang jauh.
Baca: Pola Makan Manusia Purba Terungkap Setelah 400 Ribu Tahun
Penggalian tulang paha manusia Neanderthal di Gua Hohlenstein-Stadel, Jerman, pada 1973. (Wikipedia Commons)
Kemudian peneliti dapat menemukan kembali DNA inti dari tulang jari Denisovan, yang menunjukkan mereka dengan Neanderthal lebih dekat satu sama lain. Para ilmuwan sekarang memperkirakan bahwa nenek moyang yang sama dari manusia modern, Neanderthal dan Denisovans, hidup antara 765 ribu dan 550 ribu tahun lalu.
Sekitar 445-473 ribu tahun lalu, keturunan leluhur yang sama terbagi menjadi dua garis keturunan. Yang satu akhirnya menyebabkan lahirnya manusia modern, sementara satunya lagi melahirkan Neanderthal dan Denisovans.
Pada 2013, seorang mahasiswa pascasarjana di bawah bimbingan Krause, Cosimo Posth, memeriksa satu fosil Neanderthal dari sebuah gua Jerman bernama Hohlenstein-Stadel. Dia mampu merekonstruksi semua DNA mitokondrianya. Dari sana diketahui bahwa semua Neanderthal mewarisi DNA mitokondria mereka dari nenek moyang yang hidup 270 ribu tahun lalu.
Baca: Manusia Purba Jenis Baru di Taiwan, Berapa Umurnya
Kurabo, hominin kerabat terdekat manusia. (Daily Mail)
Nenek moyang Neanderthal dan Denisovans yang sama menyebar ke seluruh Eropa dan Asia lebih dari setengah juta tahun yang lalu. Perlahan-lahan populasi timur dan barat berpisah, secara genetis. Di timur, mereka menjadi Denisovans. Di sebelah barat, mereka menjadi Neanderthal.
Posth mengatakan kemungkinan anggota awal spesies ini pindah dari Afrika Utara ke Eropa. Yang mendukung gagasan ini adalah penemuan fosil-fosil Homo sapiens bulan lalu di Maroko yang berusia 300 ribu tahun. Tentu saja hipotesis ini akan membuka riset yang lebih panjang lagi.
Baca: Begini Alasan Manusia Purba Berjalan dengan 2 Kaki
Simak berita menarik lainnya tentang manusia purba hanya di kanal Tekno Tempo.co.
NEW YORK TIMES | NATURE COMMUNICATIONS | SCIENCE DAILY | AHMAD NURHASIM
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini