Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Nasib sebuah proyek panik

Proyek pembangkit listrik panas bumi di sonoma, california as, terbengkalai karena diketahui cadangan uap panas bumi tidak memadai di indonesia sudah berjalan mulus. (ilt)

15 September 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH "monumen" kemubaziran kini terpajang di perbukitan curam Sonoma County, California, AS. Terhampar jauh di atas ladang-ladang anggur, proyek yang sudah menghabiskan US$ 20 juta itu paling-paling bisa diharapkan dalam satu hal: sebagai pelajaran bagi proyek sejemis di masa depan. Alkisah, pada 1970-an Amerika cemas melihat ongkos energi yang melambung pesat. California mencoba berpaling pada pemanfaatan panas bumi, apalagi negara bagian itu memiliki kawasan geyser yang, tampaknya, menjanjikan banyak hal. Antara lain pusat pembangkit listrik tenaga panas (PLTP). Diputuskanlah ketika itu, California harus membangun tujuh pembangkit panas bumi. Tetapi, setelah beberapa pengujian kelayakan, hanya dua tempat yang bisa diharapkan. Yaitu di Sonoma County dan di Bottle Rock. Proyek Sonoma diperkirakan akan menghabiskan US$ 87 juta. Proyek panas bumi adalah upaya memanfaatkan uap panas yang berasal dari mama yang terjebak di lapisan bebatuan. Di dalam perut bumi sana, suhu uap itu berkisar 250C. Gagasan kilang panas bumi sendiri berkembang sejak 1904, setelah Italia memanfaatkan panas bumi di Larderello secara komersial - untuk pertama kali di dunia. California mengesahkan Proyek Sonoma setelah menerima informasi dari sumur-sumur eksplorasi. Itu pun masih dilengkapi lagi oleh pertimbangan sejumlah konsultan para ahli di lapangan, dan hasil pengeboran di beberapa kawasan yang berdekatan. Di sampmg itu, terdapat prosedur yang mewajibkan jaminan panas bumi yang layak sebelum kilang dibangun. Desember 1977, pemerintah Negara Bagian Callfornia menandatangani kontrak kerja dengan Geothermal Kinetics, Kanada. Pihak yang terakhir ini akan melakukan eksplorasi uap panas bumi tadi bagi PLTP berkapasitas 55 MW, yang akan dibangun pemerintah. Tetapi kini, setelah PLTP itu sendiri 80% rampung, baru diketahui bahwa cadangan uap panas bumi di situ tidak memadai. Pemerintah California, melalui Departemen Sumber-Sumber Air, Komisi Energi dan Divisi Gas dan Minyak Bumi, kini tengah mengusut proyek konyol ini. Ternyata, banyak hal yang simpang-siur. Irv Wasserman, seorang ahli panas bumi, dalam dengar pendapat di Komisi Energi memang pernah mempertanyakan kelayakan sumber uap panas 6umi Sonoma. Tetapi, "Mereka menyuruh saya menutup mulut," katanya kepada wartawan Los Angeles Times, dua pekan lalu. Menurut Wasserman, pemerintah ketika itu bersikap: bangun kilangnya dulu, baru pikirkan sumber uapnya. "Mereka hanya panik menghadapi biaya energi yang melonjak," katanya. Kemudian terbukti, pengujian data tentang ladang uap itu banyak yang tidak beres. Kekisruhan ini masih ditambah dengan hasil pengecekan terakhir, yang menyatakan ladang uap itu sudah bergeser ke utara, meninggalkan situs Proyek Sonoma. Tampaknya, soal bisnis juga ikut main di proyek mubazir ini. Ladang uap di kawasan itu adalah milik sebuah divisi dari perusahaan tua McCulloch Oil Co., yang dikenal sebagai MCR Geothermal Corp. Direktur utama MCR, Richard Maullin, tiada lain dari ketua Komisi Energi ketika kontrak kerja PLTP itu ditandatangani. Kini, Kinetics sudah menyelesaikan pengeboran sumur yang ketlga, masing-masmg sedalam 10.000 kaki. Menurut para ahli Pacific Gas & Electric (PGE), uap panas yang didapat hanya mampu menghasilkan listrik rata-rata 33 MW. Toh Jim Kuwada, pejabat reka yasa Kinetics, masih optimistis. "Siapa tahu sumur berikutnya cukup besar," katanya. Sebaliknya, Departemen Sumber-Sumber Air California sendiri sudah loyo. "Saya pikir, kita harus meninggalkan proyek itu," ujar Frank J. Hahn, kepala divisi energi lembaga itu. Artinya, meninggalkan proyek yang 80% rampung itu, yang akan tinggal sebagai monumen salah urus dan kemubaziran. Untunglah, di Indonesia, proyek PLTP, meski tidak menggebu-gebu, berjalan mulus. Di Kawah Kamojang, di kawasan Gunung Gandapura di perbatasan Bandung - Garut, 20 sumur uap denan kedalaman 60 meter sudah menghasil kan listrik 30 MW sejak awal l tahun lalu. Sumur-sumur itu dibor oleh Pertamina, bekerja sama dengan Geothermal Energy New Zealand Ltd. (GENZL), sejak 1979 (TEMPO,12 Februari 1983). Menurut perkiraan, Indonesia memendam uap panas yang cukup untuk membangkitkan listrik 1.460 MW. Sebuah laporan PBB bahkan menyajikan angka 8.000 MW. Tetapi, hingga tahun 2000, yang 1.460 MW itulah yang nyata bisa dimanfaatkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus