TERUMBU karang mendadak jadi bahan perbincangan. Terutama setelah Prof. Dr. Didin S. Sastrapradja, Deputi Ketua LIPI Bidang IPA, membuka latihan peserta penelitian Snellius II Tema-4 di Ambon dua pekan lalu. Padahal, terumbu karang hanyalah satu di antara lima tema ekspedisi. Lainnya geologi dan geofisika Busur Banda, pertukaran massa air dasar antara basin sistem Pelagis, dan pengaruh aliran sungai pada sistem laut. Snellius II, yang memakan waktu setahun sejak Juli lalu merupakan ekspedisi kelautan bersama Indonesia-Belanda yang melibatkan sekitar 450 ahli. "Biayanya ditanggung fifty-fifty," tutur Didin kepada TEMPO, pekan lalu. Semua tema penelitian ditentukan ilmuwan Indonesia. Bagi Belanda, yang mengirimkan kapal "Tyro" berikut sekitar 250 ilmuwan dan teknisi, ekspedisi ini mengandung sedikit nostalgia. Syahdan pada 9 Maret 1929, kapal "Willebrord Snellius" lepas tali dari dermaga Belanda untuk penelitian kelautan di kawasan timur Hindia Belanda. Hasil penelitian itu, menurut Ketua LIPI, Prof. Dr. Doddy A. Tisna Amidjaja ketika melepas Snellius II, "Memberikan fondasi bagi pengetahuan kita tentang kekayaan oseanografi dan geologi lautan di Indonesia Timur." Snellius II, dengan sendirinya, juga menguji kembali sejumlah kesimpulan yang ditarik Snellius I sekitar 55 tahun lampau. Nama Snellius sendiri diangkat dari Willebrord Snell, astronom dan matematikawan Belanda yang hidup di sekitar pergantian abad XVI-XVII. Dalam ekspedisi kedua ini, Indonesia menyumbangkan lima kapal dan sekitar 200 ahli dan teknisi. Tepat akhir bulan lalu, "Tyro" menyelesaikan pelayarn tahap II, setelah melintasi sekitar 4.900 mil dan menyinggahi lebih 800 stasiun pengecekan. Kesimpulan yang sudah ditarik, aktivitas dan produktivitas biologis, di kawasan Laut Banda hingga sekitar Kepulauan Aru, secara umum tinggi adanya. Bahkan, produktivitas yang sangat tinggi terdapat di timur laut kawasan ini, antara Aru dan bagian barat Irian Jaya. Hingga Oktober tahun ini, penehtlan Tema-l mencakup pulau-pulau Buton, Timor, dan Jawa. Setelah itu Kai, Seram, Buru, Bangai, Sula, dan Misol. Tema-2, Desember 1984-Januari 1985, mencakup Laut Banda, Laut Aru, Selat Makasar, Laut Flores, dan Laut Sawu. Sementara itu. penelitian Tema-3, Juli-Agustus 1984 dan Januari-Februari 1985, dilakukan di Laut Banda bagian timur dan Laut Arafura bagian barat. Tema-5 balik ke barat, di muara Sungai Brantas, Bengawan Solo, Selat Madura, pantai utara Jawa, Selat Bali, dan Selat Lombok. Adapun Tema-4, yang meneliti terumbu karang tadi, dilakukan dua kali, September-Oktober 1984 dan Oktober-November 1984, melibatkan pulau-pulau Penyu, Maisel, Tukang Besi, Sumba, Komodo, Sumbawa, dan Taka-Bone-Rate. Mengapa terumbu karang sampai terpilih menjadi bab penelitian tersendiri? "Perlu inventarisasi sebelum keburu hahis" sahut Didin. doktor botani dari Universitas Hawaii, 1964. Apalagi, Indonesia memiliki ragam dan jumlah terumbu karang yang sangat besar. Di negeri lain, dari terumbu karang sudah bisa ditarik zat pelawan kanker. "Barangkali sejenis gamma interferon atau alpha interferon," Didin menambahkan. Sementara itu, pengambilan terumbu karang secara liar sudah mencapai titik kritis. "Juga pencemaran oleh air sungai," kata Sujatno Birowo, staf ahli Lembaga Oseanologi Nasional (LON)-LIPI. Pencemaran itu berupa larutan merkuri, bahan aktif pestisida, atau bahan lain yang menurunkan atau meningkatkan keasaman air sungai. Didin menilai penggunaan terumbu karang sebagai pondasi jalan dan bangunan sebagai hal yang patut dipertanyakan. "Terumbu karang banyak mengandung kalsium karbonat," katanya. Kalsium mudah larut bila terkena air. Dengan demikian, pondasi tidak akan awet, dan jalan atau bangunan di atasnya akan cepat retak. Terumbu karang, yang hanya mampu tumbuh 0,5 cm - 2 cm setahun, juga habitat sejumlah biota. "Ikan kerapu, kakap merah, dan banyak jenis ikan hias berkampung di situ," kata M. Hutomo, biolog LON. Melihat kekayaan terumbu karang kita, mestinya kita kuat bersaing dengan Filipina dalam ekspor ikan hias. "Kenyataannya, kita kalah terus," Hutomo mengeluh. Snellius II justru akan meneliti jenis biota yang berhabitat di terumbu karang, dan perilaku ekosistem terumbu karang itu sendiri. Habitat "tumbuhan" laut ini sendiri sangat khas. Ia hanya hidup pada perairan dengan kadar salinitas sekitar 3%, jernih, dengan suhu sekitar 20C-30C.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini