Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Panel Antipeluru ITB Dilirik Arsitek Rumah, Peneliti: Kenapa Tidak?

Gagasan awal riset panel antipeluru dari bahan alami di ITB ini adalah untuk melindungi kapal-kapal patroli.

13 Januari 2022 | 14.20 WIB

Ketua tim pembuat panel antipeluru dari ITB, Mardiyati. Dalam uji di Pindad, panel dari bahan lokal dan alami itu sukses menahan tembakan sniper dari jarak lima meter. (Dok.Pribadi)
Perbesar
Ketua tim pembuat panel antipeluru dari ITB, Mardiyati. Dalam uji di Pindad, panel dari bahan lokal dan alami itu sukses menahan tembakan sniper dari jarak lima meter. (Dok.Pribadi)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Panel antipeluru buatan tim riset di Laboratorium Polimeter Material Institut Teknologi Bandung tidak sebatas untuk kepentingan militer. Konsultan arsitek ada yang kepincut untuk memadukannya pada konstruksi rumah yang akan dibangun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Kalau bisa untuk kebutuhan sipil, kenapa nggak,” ujar ketua tim riset itu, Mardiyati, kepada Tempo, Rabu 12 Januari 2022. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Awal gagasan yang juga melibatkan anggot tim Ahmad Nuruddin, Arief Hariyanto, Steven, Onny Aulia Rachman, dan Muhammad Hisyam Ramadhan itu adalah untuk melindungi kapal-kapal patroli. Panel-panel akan dipasang di bagian yang biasanya jadi sasaran tembak, seperti ruang kemudi, lambung kapal, dan ruang mesin. 

Penggunaan lain, misalnya, untuk melindungi bagian bawah helikopter, rumah tahanan, atau rumah perlindungan. Tapi, Mardiyati mengungkapkan, baru-baru ini ada konsultan arsitek yang ingin membahas kemungkinan pemasangan panel antipeluru itu pada rancangan rumah kayu.

“Bisa juga untuk kendaraan apakah di bagian pintu atau lainnya, panelnya masih bisa dibentuk sesuai kontur karena fleksibel terbuat dari karet alam,” ujar perempuan doktor peneliti ini menambahkan.

Komposisi bahan lainnya yaitu serat rami 25, 50, atau 75 persen, sisanya serat gelas. Kelebihan bahan komposit, dia mengatakan, "Kita bisa atur untuk kebutuhan apa dan spesifikasi apa.”

Panel sudah menjalani uji tembak sesuai standar militer di PT Pindad, Bandung, pada November lalu. Saat pengujian, tim ITB membawa lima sampel panel antipeluru yang masing-masing berukuran 25,8 x 17 dengan ketebalan 2,5 sentimeter.

Panel antipeluru buatan ITB dari bahan lokal yakni karet dan serat rami. Panel yang bisa menggantikan bahan kevlar impor ini sudah diuji oleh Pindad. (FOTO/ITB)

Setiap panel dengan komposisi bahan yang berbeda, ditembak masing-masing dua kali pada titik berbeda dari jarak 5 meter. Jenis senjata yang dipakai yaitu SPR-3 kaliber 7,62 milimeter oleh penembak runduk alias sniper.

Dari hasil pengujian, tim bersama Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan ITB yang membiayai riset itu ingin panel bisa diproduksi. “Dibuat perusahaan lokal juga bisa, kami jual saja lisensinya,” kata Mardiyati.

Soal harga di pasaran nanti dia berharap bisa lebih murah dari produk impor karena bahan utama seperti karet alam dan serat rami tersedia di Indonesia.

Baca juga:
Anoa-2 Bikinan Pindad Lewati Uji Ledakan TNT 8 Kilogram


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Zacharias Wuragil

Zacharias Wuragil

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus