Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Peneliti BRIN: Indonesia Pusat Keanekaragaman Sukun Dunia, Sebagai Alternatif Beras

Kepulauan Pasifik merupakan pusat asal sukun serta kelompok spesiesnya diperkirakan tumbuh secara alami di Maluku, Papua Nugini, dan Filipina.

25 Oktober 2023 | 15.51 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Buah sukun. wikipedia.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Hortikultura dan Perkebunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Marietje Pasireron mengatakan Indonesia merupakan pusat keanekaragaman sukun dunia. Kepulauan Pasifik merupakan pusat asal sukun serta kelompok spesiesnya diperkirakan tumbuh secara alami di Maluku, Papua Nugini, dan Filipina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sukun yang masuk ke Pulau Jawa berasal dari Maluku sekitar tahun 1820 dan telah menyebar serta tumbuh dengan baik di hampir seluruh daerah tropis di seluruh dunia," ujarnya dalam webinar bertajuk "Pengelolaan Sukun Sebagai Bahan Pangan Pokok Alternatif dan Substitusi Impor" yang dikutip Antara, Rabu, 25 Oktober 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Asal usul penyebaran sukun berasal dari Pasifik Barat, Papua Nugini, pulau-pulau terdekat di Kepulauan Bismark dan membentuk pusat keanekaragaman spesies. Pusat keragaman jenis sukun tidak berbiji terdapat lebih ke arah timur Polynesia.

Marietje mengatakan penyebaran tanaman sukun sangat luas, seperti di daerah Pasifik (Fiji, Samoa, Hawai) yang kemudian menyebar dan berkembangan di daerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Amerika Selatan, dan Afrika Barat.

Sukun telah menjadi sumber karbohidrat di Oceania selama ribuan tahun dan terdapat ratusan kultivar. Sukun telah digunakan sebagai makanan pokok di Fiji dan Kepulauan Pasifik.

Keanekaragaman paling besar, kata dia, terdapat pada kultivar dari Malanesia dan Micronesia yang merupakan diploid fertile dan menyerbuk silang. "Pada abad ke-18 sukun dikembangkan di Malaysia dan selanjutnya berkembang di Indonesia," kata Marietje.

Sukun memiliki wilayah distribusi yang luas dan tumbuh lebih dari 90 negara dengan berbagai nama daerah, yaitu sukun di Indonesia, kaplak di Papua Nugini, breadfruit di Inggris, bakri-chajar di India, rimas di Filipina, kulor di Malaysia, dan panapen di Spanyol.

Di Indonesia sukun tumbuh di Sumatra, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, hingga Sulawesi.
Varietas yang telah dilepas di Indonesia, antara lain sukun manis dari Cilacap, sukun bangsyamlan dari Nusa Tenggara Barat, sukun duri dari Kepulauan Seribu, sukun padaidi dan toddopuli dari Bone, sukun iriana dari Papua, dan sukun tengah-tengah dari Maluku.

Program strategis nasional menargetkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada tahun 2045. Untuk mencapai tujuan tersebut, ujar Marietje, penting untuk mengembangkan diversifikasi pangan melalui sistem pertanian berkelanjutan.

"Sukun merupakan salah satu tanaman buah potensial di Indonesia yang tinggi karbohidrat dan dapat digunakan sebagai alternatif pengganti beras. Selain itu, kandungan nutrisi seperti vitamin, mineral, serat dan daunnya juga sangat baik untuk kesehatan," kata Marietje.

Peneliti menganalisis tepung sukun dari 14 populasi sukun lokal asal Sleman, Gunung Kidul, Banten, Sukabumi, Cilacap, Kediri, Banyuwangi, Madura, Bali, Mataram, Lampung, Bone, Sorong, dan Manokwari.

Hasil analisis kimia tepung sukun di Gunung Kidul menunjukkan rata-rata kandungan karbohidrat sebanyak 70,44 persen, protein 6,59 persen, lemak 1,29 persen, serat 6,55 persen.

Isi fenolik total berada di kulit batang sebesar 4,79 persen, kulit cabang 4,25 persen, daun 4,89 persen, dan buah 2,01 persen. Selain itu ditemukan bahwa dalam kulit batang dan cabang, daun dan buah-bahan positif mengandung senyawa saponin.

Pada 2022 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka produksi buah sukun di Indonesia mencapai 165.032 ton. Daerah penghasil sukun terbanyak adalah Jawa Tengah dengan angka produksi mencapai 35.188 ton.

Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN Puji Lestari mengatakan beberapa varietas sukun tercatat memiliki variasi morfologi baik dari segi daging maupun sifat agronomis tertentu.

Sejumlah publikasi menyebutkan sukun memiliki variasi keragaman nutrisi, sehingga sangat berpotensi sebagai pangan alternatif untuk membantu kecukupan pemenuhan nutrisi pangan masyarakat. "Konservasi dari keanekaragaman sukun ini penting dilakukan demi mempertahankan variasi khususnya varietas lokal yang sangat berpotensi sebagai pangan alternatif," kata Puji.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus