Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian yang dilakukan tim gabungan dari AS dan Slovenia menemukan satu jenis protein dalam bahan jaring laba-laba paling kuat. Sebelumnya, jenis protein ini tidak dikenal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam makalah mereka yang diterbitkan di jurnal Communications Biology, kelompok itu menggambarkan studi mereka tentang tenunan jaring laba-laba dan kelenjar yang menghasilkannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jaring laba-laba ini telah menarik perhatian manusia selama ribuan tahun. Banyak upaya dilakukan untuk meniru kekuatan jaring laba-laba ini. Penelitian ini difokuskan pada laba-laba kulit kayu Darwin, terutama pada kelenjar penghasil jaring.
Laba-laba kulit pohon Darwin adalah sejenis laba-laba orb, yang membuat jaring dalam bentuk seperti jeruji sepeda. Mereka membuat jaring terbesar yang diketahui dari laba-laba apa pun, yang mereka putar di atas permukaan sungai.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa laba-laba sebenarnya membuat tujuh jenis benang sutera untuk digunakan di berbagai bagian jaringnya. Salah satu jenis sutera, yang disebut dragline, digunakan untuk membangun jeruji yang memberi kekuatan pada rangkaian jaring.
Penelitian sebelumnya menunjukkan itu sebagai sutera laba-laba terkuat. Dalam upaya baru ini, para peneliti melihat lebih dekat pada sutra dragline dan kelenjar yang memproduksinya.
Para peneliti menemukan dua jenis spindroin yang dikenal — jenis protein berulang — yang disebut MaSp1 dan MaSp2, yang ditemukan dalam banyak sutera laba-laba.
Tetapi dalam dragline dari laba-laba kulit kayu Darwin, mereka menemukan spindroin lain, yang mereka beri nama MaSp4a. Studi protein ini mengungkapkan bahwa ada kandungan tinggi asam amino yang disebut proline dan terkait dengan elastisitas.
Protein juga memiliki lebih sedikit dari beberapa komponen lain yang ditemukan di MaSp1 dan MaSp2, yang membuatnya cukup unik.
Para peneliti juga menemukan bahwa kelenjar yang menghasilkan sutera — ampullae — lebih panjang dari pada laba-laba lainnya, mungkin memberikan petunjuk lain tentang kekuatan sutera yang dihasilkan.
PHYS.ORG