Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di tangan Muhammad Yazid Al Qahar, airsoft gun tak lagi menjadi senjata mainan. Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung itu mampu menyulapnya menjadi robot senjata yang mampu mendeteksi dan menembak sasaran tanpa sentuhan tangan.
Gagasan pembuatan robot itu muncul dari keresahan Yazid karena maraknya pelaku kejahatan yang memiliki senjata api. Itu sebabnya, mahasiswa jurusan teknik informatika ini bermimpi menciptakan alat yang bisa mengurangi risiko jatuhnya korban ketika aparat menyergap pelaku kejahatan.
Berbekal dana Rp 5 juta sumbangan dari kampus, dia merancang DU116 SGR-V12, robot senjata yang mampu menembak otomatis. Bentuknya sederhana, berupa airsoft gun beserta motor penggerak yang disangga sepasang penopang besi. Agar bisa mendeteksi sasaran, ia menggunakan sistem pengolahan citra dengan memasang sensor kamera di depan senjata. Dari sistem itu, komputer akan mendeteksi target.
Robot yang dikembangkan Yazid bisa mendeteksi sasaran berdasarkan bentuk target. Manakala sasaran sudah ditentukan, komputer akan mengirimkan perintah ke motor penggerak untuk mengarahkan senjata ke target.
Kecepatan respons dan akurasi robot ini mengagumkan. Ia sanggup menembak 20 sasaran diam dan bergerak dalam waktu 10 detik. "Dari jarak 2-3 meter, tingkat akurasinya mencapai 100 persen," ujar Yazid. Karena masih menggunakan senjata mainan, jarak jangkauan ideal tembakan masih terbatas.
Meski begitu, robot karya Yazid mengundang decak kagum di mana-mana. Pada April lalu, DU116 SGR-V12 menjadi juara pertama kategori shooting gallery di ajang Robogames di San Mateo, Amerika Serikat. Saat mengikuti ICT Award (INAICTA) 2012, September lalu, robot ini memperoleh medali emas.
Yazid masih terus menyempurnakan sistem pendeteksi target agar robot itu bisa membedakan target sebagai kawan atau lawan agar tidak terjadi salah tembak. Tak hanya itu, ia juga bermimpi DU116 SGR-V12 bisa menjadi robot senjata antirudal.
Menurut dia, mimpi itu bukan sesuatu yang mustahil. "Konsep sistem kerjanya tidak jauh berbeda, hanya mengganti alat sensor target dari kamera menjadi radar," katanya. Selanjutnya, data mengenai posisi dan kecepatan rudal yang tertangkap radar dimasukkan ke program penembak rudal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo