Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pengertian Empiris, Ciri-Ciri, Tokoh, Teori, dan Contoh Datanya

Empiris adalah situasi yang didasarkan pada peristiwa nyata yang dialami dan diperoleh oleh indra manusia. Ini penjelasannya.

27 Desember 2024 | 14.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi penelitian di Lembaga Biologi Molekular Eijkman. Sumber: dokumen Lembaga Eijkman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Empiris adalah istilah yang menyatakan segala sesuatu yang berdasarkan pengalaman, terutama berasal dari penemuan, percobaan, atau pengamatan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kata empiris umumnya muncul dalam berbagai kegiatan berbasis ilmiah, seperti penelitian atau kajian pada bidang tertentu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut laman e-journal.usd.ac.id, kata empiris berasal dari bahasa Yunani, yaitu empeiria, yang berarti pengalaman indrawi. Berikut penjelasan lengkap empiris hingga contoh datanya. 

Pengertian Empiris

Melansir repository.narotama.ac.id, empiris merupakan situasi yang didasarkan pada peristiwa nyata yang dialami dan diperoleh melalui penelitian, observasi, atau eksperimen. Empiris dilakukan dengan memanfaatkan indra manusia, sehingga dapat dipahami atau dipelajari oleh orang lain. 

Kemudian, mengacu pada dspace.uii.ac.id, empiris adalah suatu keadaan yang bergantung pada bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indra. Sementara data empiris berarti data yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan. 

Senada dengan hal itu, menurut laman journal.forikami.com, empirisme adalah aliran filsafat yang afirmatif terhadap gagasan bahwa semua pengamatan berasal dari pengalaman manusia melalui panca indra. 

Dengan demikian, empiris berarti suatu doktrin filosofis yang menekankan pada peran pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mereduksi peran akal. 

Sejarah Empiris

Istilah empiris telah berkembang sejak zaman Yunani Kuno dengan salah satu tokohnya, yaitu Democritus (600-370 SM). Pada abad ke-17 dan ke-18, empirisme atau paham empiris berkembang pesat, terutama di Inggris. Perkembangan tersebut dipicu oleh kekecewaan terhadap aliran rasionalisme yang dominan kala itu, terutama di kalangan pemikir. 

Tokoh-tokoh empiris menolak kebenaran yang didasarkan pada pengetahuan tanpa melibatkan pengalaman kini atau masa depan. 

Mereka juga menolak pengetahuan yang berasal dari intuisi atau pengetahuan bawaan. Aliran paham empiris tersebut dikembangkan oleh beberapa tokoh, seperti Francis Bacon, John Locke, Thomas Hobbes, George Berkeley, dan David Hume. 

Ciri-Ciri Empiris

Mengacu pada etheses.uin-malang.ac.id, berikut beberapa karakteristik penelitian empiris:

-   Pendekatannya melalui pengamatan indra.

-   Dimulai dengan pengumpulan fakta-fakta sosial atau hukum.

-   Pada umumnya menggunakan hipotesis untuk diuji.

-   Menggunakan instrumen penelitian, seperti wawancara atau kuesioner.

-   Menggunakan analisis kualitatif, kuantitatif, atau keduanya.

-   Bebas dari penilaian pribadi peneliti. 

Sementara itu, menurut Sudaryono (2001) melalui journal.uny.ac.id, terdapat beberapa ciri paham empiris, yaitu:

-   Dunia adalah suatu keseluruhan sebab-akibat.

-   Perkembangan akal ditentukan oleh pengalaman indra.

-   Sumber pengetahuan adalah kebenaran yang nyata.

-   Pengetahuan datang dari pengalaman.

-   Akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri.

-   Mengajukan kritik terhadap rasionalisme yang dianggap tidak membawa kemajuan apapun.

-   Asas filsafat yang bersifat praktis atau bermanfaat.

-   Awal digunakan prosedur ilmiah dalam penemuan pengetahuan, karena sesungguhnya ilmu pengetahuan merupakan pengamatan, percobaan, penyusunan fakta, dan penarikan hukum-hukum umum.

-   Metode yang digunakan adalah metode induktif. 

Jenis-Jenis Empiris

Mengutip journal.uny.ac.id, terdapat beberapa jenis paham empiris berdasarkan tingkatannya, yaitu: 

Empirisme Absolut

Paham empiris absolut menganggap bahwa tidak ada a priori (ide bawaan), baik dalam konsep formal maupun kategorial, termasuk dalam proposisi. 

Dengan demikian, tidak ada ide bawaan yang dimiliki seseorang sebelum dia bersentuhan dengan dunia nyata. 

Empirisme Substantif

Paham empiris substantif lebih moderat di mana mengakui ada a priori dalam konsep formal (struktur dasar logika dan matematika dalam wacana ilmiah). Namun, tidak mengakui konsep kategorikal (pengelompokan ide atau gagasan) dan proposisi (pernyataan atau dalil tentang suatu hal). 

Empirisme Parsial

Paham empiris parsial mengakui ada konsep lain yang bersifat a priori selain konsep formal. Selain itu, kadang-kadang terdapat proposisi informatif substansial tentang alam yang tidak empiris. 

Tokoh dan Teori Empiris

Berikut beberapa tokoh yang mengembangkan teori paham empiris: 

Aristoteles

Aristoteles berpandangan bahwa level realitas tertinggi, yaitu segala sesuatu yang dilihat oleh indra, dan benda-benda yang ada di dalam jiwa manusia tersebut semata-mata cerminan objek alam. 

Dengan demikian, alam merupakan dunia yang nyata, sehingga tidak ada sesuatu apapun di dalam kesadaran yang belum pernah dialami oleh indra manusia. 

Francis Bacon

Pendapat Francis Bacon menyatakan bahwa tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk memberikan manusia penguasaan terhadap alam di mana ilmu harus mempunyai manfaat praktis dan meningkatkan dominasi manusia atas alam semesta. 

Kepercayaan Bacon bahwa manusia yang membekali diri dengan ilmu pengetahuan dapat menguasai alam. 

Thomas Hobbes

Thomas Hobbes dianggap sebagai tokoh empiris modern yang menjadi dasar bagi modernitas, empirisme, dan rasionalisme. 

Hobbes memandang pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Segala sesuatu yang ada ditentukan oleh hubungan sebab-akibat tertentu yang mengikuti hukum ilmu eksakta dan ilmu alam. 

John Locke

John Locke menekankan bahwa pikiran manusia ibarat kertas kosong yang diisi dengan ide-ide berasal dari pengalaman. 

Teori yang dikenal sebagai Tabula Rasa tersebut menggambarkan bahwa pikiran manusia, seperti lembaran kertas kosong yang akan mempunyai corak dan tulisan yang muncul dari interaksi dengan lingkungan. 

David Hume

David Hume dikenal sebagai sosok yang skeptis atau mencurigai dan tidak terlalu mudah mempercayai segala sesuatu. Skeptisme Hume tersebut mendorong masyarakat untuk kembali pada rasionalitas dan berpikir kritis, sehingga tidak mudah percaya dengan klaim-klaim yang sering kali tidak berdasarkan fakta. 

Contoh Data Empiris

Adapun beberapa contoh data empiris dalam berbagai bidang sebagai berikut:

-   Kesehatan: tes tekanan dana, suhu tubuh, dan hasil scan MRI.

-   Sosial: hasil survei kepuasan pelanggan, tingkat kriminalita, dan data demografi penduduk.

-   Sains: hasil penelitian di laboratorium, data prakiraan cuaca, dan pengamatan fenomena alam.

-   Ekonomi: tingkat inflasi, tingkat pengangguran, dan data penjualan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus