Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengembangkan teknik untuk mengekstrak bahan aktif berbasis HFC-134a atau freon R134a—gas yang biasa digunakan untuk perangkat pendingin—dalam pengolahan senyawa artemisinin. Senyawa yang diambil dari tanaman Artemisia annua tersebut merupakan bahan baku untuk memproduksi obat malaria.
Peneliti kimia bahan alam LIPI, Arthur Lelono, mengatakan zat untuk ekstraksi itu dibuat agar dapat mengisolasi artemisinin langsung dari tanaman A. annua kering tanpa perlu lagi menggunakan pelarut organik. “Gas freon yang digunakan tidak beracun, murah, mudah didapat, dan memiliki karakter gas-fluida yang aman,” kata Arthur dalam surat elektroniknya pada Sabtu, 13 Juli lalu.
Ekstraksi adalah proses pemisahan bahan aktif dari tumbuhan yang dipakai untuk kepentingan medis ataupun nonmedis. Teknologi ekstraksi biasanya menggunakan teknik konvensional dengan pelarut organik seperti metanol, etanol, etil asetat, dan heksana. Namun pelarut itu mahal, menghasilkan limbah beracun yang berpotensi mengganggu lingkungan, dan memerlukan waktu serta sumber tenaga manusia yang besar.
Arthur menambahkan, proses ekstraksi konvensional juga hanya menghasilkan rendemen dalam jumlah kecil. Proses pemisahan bahan aktif lanjutan pun cukup sulit. “Banyak senyawa yang harus dipisahkan dalam ekstrak bahan aktif tersebut,” tutur Arthur, yang juga menjabat pelaksana tugas Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI.
Perangkat yang Efisien
Kandungan artemisinin dalam tanaman tak lebih dari 1 persen. Namun freon R134a memiliki sifat selektivitas khusus dan bisa mengisolasi senyawa itu dengan baik. Pengubahan fase freon R134a antara gas dan fluida menjadi kunci dalam ekstraksi senyawa di dalam tanaman yang menjadi target.
Menurut Arthur, sistem ekstraksi yang dirancang tertutup memungkinkan gas freon digunakan berulang kali tanpa ada yang terbuang. Dengan demikian, sistem ini memiliki tingkat keekonomian yang lebih baik dan tidak mengganggu lingkungan jika dibandingkan dengan sistem ekstraksi konvensional.
Peralatan ekstraksi dengan freon R134a sebenarnya memiliki prinsip yang serupa dengan sistem teranyar yang berbasis karbon dioksida (CO2), tapi biaya pembuatan peralatannya lebih murah. Peralatan dengan freon R134a juga dirancang bisa bekerja di suhu ruangan dan tekanan dalam sistem berkisar 8-12 bar. Kondisi ini jauh lebih aman dibanding tekanan sistem berbasis CO2, yang mencapai 100 bar. “Butuh spesifikasi peralatan khusus untuk mendukung tekanan sebesar itu,” ujar Arthur.
Proses ekstraksi dengan freon R134a yang bersuhu dingin juga membantu mengamankan senyawa aktif yang mudah rusak akibat pemanasan. Arthur menjelaskan, perangkat itu berpotensi dijadikan alternatif untuk mengisolasi senyawa aktif lain dari tumbuhan, seperti minyak atsiri, yang rentan rusak akibat panas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo