BANJIR air di Indonesia, banjir salju di Amerika.
Begitulah, nun jauh di bagian timur Amerika Serikat, salju
mengganas selama musim dingin ini. Menurut laporan TV-RI,
bencana paling parah terasa di kota Buffalo, negara bagian New
York, hanya 35 Km sebelah selatan air terjun Niagara yang
kesohor itu. Di sana, sampai awal Pebruari ini rumah-rumah
terbenam salju. Hanya atapnya yang menyembul dari massa putih
bersih. Mobil di jalanan masih sebagian tenggelam dalam salju -
mandek dikeroyok "maut putih" di mana-mana.
Bala bantuan pun didrop dengan helikopter. Buldoser-buldoser
raksasa dikerahkan dan mana-mana untuk "membebaskan" jalan jalan
di Buffalo. Sementara di Frankfurt, Jerman Barat, 200 ton garam
sintetis dikerahkan untuk mencairkan salju setebal « - 1 meter,
di Buffalo, salju betul-betul harus dibongkar dengan paksa.
Musim dingin tahun ini - yang paling parah meliputi hampir
seluruh kawasan timur-laut Amerika Serikat mengingatkan orang
pada Natal 1972. Pada waktu itu, yang mengalami surplus salju
terutama bagian barat daya AS. Kota minyak Houston, Texas,
mengalami badai salju dan anjloknya temperatur jauh ke bawah
nol. Tapi itu belum separah Buffalo kali ini.
Pokoknya: Kacau
Pengalaman itu membuat orang menarik kesimpulan tentang adanya
goyangan-goyangan kawasan panas-dingin di belahan bumi utara.
yang tidak begitu konstan. Malah sulit diramalkan, meskipun ada
juga yang menarik kesimpulan tentang adanya siklus musim dingin
paling parah yang 5 tahun sekali. Yaitu 1972 kemudian 1977.
Persis sejalan dengan siklus 5 tahunan musim kemarau yang
dialami negeri-negeri tropis seperti Indonesia.
Goncangan iklim itu, menurut para ahli ekologi juga ada
hubungannya dengan meningkatnya pencemaran atmosfir akibat
gas-gas buangan kendaraan bermotor dan industri di bumi. Lapisan
gas polusi itu - terutama karbon-monooksid (CO), gas asam arang
(C02) dan gas oksida belerang (S02) merusak lapisan ozon (O)
yang menyaring sinar ultra-violet dari matahari, menyebabkan
bumi makin panas, makin banyak es di kutub mencair. Pokoknya,
kekacauan iklim di mana-mana.
Namun ada pula spekulasi lain yang datangnya dari para ahli
elektronika. Khususnya para penganut teori Nikola Tesla
(1856-1943), yang berpendapat bahwa tenaga listrik dapat
diangkut ke mana-mana tanpa kawat listrik, melalui 'ulit bumi
ini semata-mata (lihat box: Nikola). Malah mereka mengaitkannya
dengan percobaan-percobaan yang diakukan para ahli Uni Soviet
dalam penerapan teori ahli teknik dari Yugoslavia itu.
Kelompok sarjana ini, di Kanada dipelopori oleh Prof. Andrew
Michrowski. Di AS dipelopori oleh Dr. Andrija Pucharich dari
Ossining, New York, seorang bekas dokter yang sudah berhenti
praktek selama 25 tahun untuk mempelajari karya dan teori
Tesla.
Dua Kejadian
Ahli-ahli ini, menurut Washington Star yang dikutip oleh The
South China Morning Post, 6 Pebruari lalu, berpendapat bahwa
teori Tesla juga dapat diterapkan untuk merubah iklim. Dengan
menggunakan tenaga listrik, gerak partikel-partikel listrik
dalam lapisan atmosfir atas dapat dipengaruhi dan arah angin
dikendalikan. Nah, para ahli Kanada dan AS itu berpendapat,
mungkin saja penguasaan teori Tesla oleh ahli-ahli Soviet itu
sudah begitu tingginya, hingga mereka dapat "mengekspor" massa
udara dingin di atas Kutub Utara Uni Soviet ke arah Amerika.
Maksudnya untuk memperbaiki iklun pertanian di Uni Soviet
sendiri - dan pada gilirannya merusak iklim pertanian di Amerika
Utara, yang kini dijuluki "lumbung pangan dunia".
Spekulasi itu didasarkan pada dua kejadian. Pertama, pancaran
gelombang-gelombang telkom frekwensi rendah yang diperkirakan
datang dari Uni Soviet. Kedua, kunjungan misterius seorang ahli
Soviet selama berbulan-bulan ke Quebec, Kanada, untuk menemui
satu-satunya asisten Tesla yang masih hidup, Arthur Matthews.
Kunjungan ahli Soviet yang belum di kenal itu juga dilaporkan
oleh Matthews pada pemerintah pusat di Ottawa. Khususnya pada
Andrew Michrowski, yang sedang memimpin penelitian Departemen
Komunikasi Kanada untuk mengirim tenaga listrik ke pedalaman
timur Kanada berdasarkan teori Tesla juga.
Gelombang-gelombang radio yang dipancarkan dari Uni Soviet itu
tergolong tinggi frekwensinya - antara 3 - 30 megahertz (1
megahertz = 1 juta getaran per detik). Padahal getaran-getaran
listrik yang digunakan oleh Nikola Tesla dalam teorinya justru
sangat rendah antara 6 sampai 100.000 getaran per detik. Namun
menurut seorang partner Andrew Michrowski, MM Scott, getaran
radio yang ditangkap dari Rusia itu boleh jadi adalah gelombang
pengiring (hannonics), yang merupakan pelipat gandaan dari
frekwensi dasar Tesla yang sangat rendah itu.
Pokoknya, spekulasi yang hanya dapat dimengerti oleh para ahli.
Namun sementara itu, badan intelijen pusat pemerintah AS (CIA)
sudah tertarik pula perhatiannya oleh musim dingin yang sangat
dingin tahun ini di AS. Bukan karena kemungkinan ekspor hawa
dingin dari Rusia ke Amerika berdasarkan teori Tesla yang sangat
jelimet itu. Tapi menjingat unplikasinya pada neraca produksi
pangan di AS.
Menurut para ahli yang bekerja untuk CIA, goncangan iklim dunia
yang trjadi belakangan ini dari sudut pangan sangat merugikan
AS. Tapi di pihak lain ia agak membantu Uni Soviet serta jalur
gandum di Afrika dan India Utara daerah-daerah kelaparan kronis
yang belakangan ini sangat tergantung pada Amerika Utara.
Namun dalam jangka pendek ini, para ahli strategi CIA belum
terlalu khawatir. Sebab target produksi 235 juta ton gandum Uni
Soviet toh baru akan tercapai tahun 1980. Sementara ini rakyat
Uni Soviet YanR kelaparan masih tergantung pada gandum Amerika.
Dan selama orang-orang Rusia masih kelaparan dan orang-orang
Amerika kedinginan, orang optimis bahwa pembicaraan untuk
pembatasan senjata-senjata nuklir (SALT) akan lebih banyak
hasilnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini