Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIM dosen Institut Teknologi Bandung membangun bilik sterilisasi masker jenis N95. Bilik ini dibuat untuk menyiasati keterbatasan salah satu alat pelindung diri bagi tenaga medis itu, terutama dalam menangani penyakit menular akibat virus corona, Covid-19. Berbentuk kabin dengan dinding tembus pandang, bilik sterilisasi masker itu tengah diuji coba di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin, Bandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bilik hasil kolaborasi tim yang tergabung di Laboratorium Energi Terbarukan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB itu menjalani pengujian sejak 21 April lalu. Alat itu dilengkapi teknologi ionisasi udara, penurun kadar kelembapan udara, dan rak untuk menyusun masker-masker N95. “Hasil uji baik dan akan digunakan,” kata ketua tim, Yuli Setyo Indartono, pada Ahad, 10 Mei lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim ITB sengaja tidak menggunakan sinar ultraviolet atau pemanasan untuk membunuh kuman dalam proses sterilisasi. Pasalnya, kedua cara tersebut bisa merusak kualitas masker N95. Mereka memilih metode ionisasi udara. Ion-ion negatif bisa merusak struktur bakteri dan virus.
Biaya untuk mengembangkan kabin sterilisasi mencapai Rp 50 juta yang berasal dari ITB dan bantuan pemasok komponen. Menurut Yuli, sudah ada delapan rumah sakit yang mengontak tim ITB terkait dengan bilik tersebut. Meski demikian, Yuli dan koleganya belum bisa membuatkan karena proses pengujian masih berjalan.
Kemampuan alat membersihkan jasad renik sebelumnya dicoba di Laboratorium Mikrobiologi Sekolah Farmasi ITB. Hasil pengujian menunjukkan alat itu mampu mendekontaminasi 90 persen koloni bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada permukaan kasa dalam proses yang berlangsung 90 menit. Kedua patogen itu dikenal sebagai penyebab sejumlah penyakit, antara lain infeksi kulit dan diare.
Adapun pengujian di Rumah Sakit Hasan Sadikin berbeda. Direktur Medik dan Keperawatan Nucki Nursjamsi Hidajat mengatakan pengujian dilakukan untuk menakar kualitas pori-pori masker setelah disterilkan. Proses pengujian difokuskan pada kekuatan bahan penyaring jika masker ingin dipakai ulang.
Nucki menambahkan, uji coba di rumah sakit tidak bertujuan mengetes ketahanan masker sterilisasi terhadap virus. Karena itulah mereka tidak memaparkan virus apa pun, termasuk virus corona, ke masker. “Kita yakin dari uji laboratorium bahwa masker N95 tidak akan tembus oleh virus,” ujarnya.
Menurut Nucki, pengujian dilandaskan pada hasil riset yang dilakukan para peneliti mengenai masker N95. Meski demikian, masker hasil sterilisasi tidak akan langsung digunakan para petugas medis Rumah Sakit Hasan Sadikin. Masker-masker itu dimasukkan ke skema kondisi darurat. “Sebagai pilihan terakhir saat stok masker N95 habis,” tutur Nucki. ‘Sementara ini pakai masker yang ada sambil menunggu pengujian.”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo