Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Angin Monsun Asia masih akan menjadi faktor utama yang meningkatkan curah hujan di Indonesia dalam beberapa hari ke depan. Faktor angin baratan yang identik dengan musim hujam di Indonesia ini didukung oleh masih aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO), fenomena La Nina yang sekalipun lemah tapi bertahan cukup lama, dan gelombang-gelombang atmosfer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Masyarakat agar waspada terhadap potensi cuaca ekstrem di berbagai daerah di Indonesia," bunyi imbauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam prospek cuaca periode 30 Januari - 6 Februari 2025 yang dikeluarkan pada Kamis, 30 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lebih rinci, BMKG memperkirakan, MJO berdampak pada wilayah utara Indonesia. Gelombang Rossby Ekuator terdeteksi di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Gelombang Kelvin juga diperkirakan terjadi di beberapa wilayah, termasuk Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi. Seluruhnya berkontribusi dalam pembentukan awan hujan menjelang awal Februari.
Di luar itu, seruakan udara dingin atau cold surge yang signifikan diperkirakan akan mencapai wilayah barat Indonesia. Fenomena ini merupakan aliran udara dingin dari Siberia menuju ekuator dan berpotensi memicu cuaca ekstrem, seperti hujan deras dan angin kencang di berbagai daerah. Di Jakarta dan sekitarnya, kehadiran Cold Surge biasa ditandai oleh hujan-hujan intensitas tinggi pada dinihari.
Selain itu, sirkulasi siklonik terpantau di Samudera Hindia selatan Jawa, utara Kalimantan,
dan Laut Australia. Mereka menciptakan daerah konvergensi di Lampung hingga barat Jawa, Maluku, Maluku hingga Papua selatan, serta Kalimantan Utara. Pola belokan angin yang terjadi dari Sumatera Selatan hingga Papua juga meningkatkan kemungkinan terbentuknya awan hujan.
Kombinasi Cold Surge, sirkulasi siklonik, konvergensi, dan belokan angin itu mendukung peningkatan curah hujan di Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Jakarta, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Sepanjang sepekan yang lalu, dinamika atmosfer di atas telah terbukti memberi curahan hujan ekstrem (lebih dari 150 mm per hari) di beberapa wilayah di Indonesia. Di antaranya hujan 194 mm di Sumatera Utara pada 25 Januari, hujan hingga 229 mm di Kalimantan Timur pada 26 Januari, dan hujan 154 mm di Kepulauan Riau pada 27 Januari.
Banjir di Jalan Daan Mogot, Cengkareng, Jakarta, 28 Januari 2025. Antara/Putra M. Akbar
Pada 28 Januari, tepatnya pada malam Tahun Baru Cina (Imlek), giliran Jabodetabek mencatatkan curahan hujan tertinggi. Menurut catatan BMKG, ada yang sampai 264 mm, yakni di wilayah Cengkareng, Jakarta Barat.
Adapun berikut ini adalah sebaran potensi hujan intensitas sedang hingga sangat lebat, bahkan ekstrem, untuk sepekan ke depan berdasarkan prediksi BMKG:
Hujan Periode 31 Januari – 2 Februari 2025
Hujan Sedang - Lebat: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jakarta, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Papua Selatan.
Hujan Lebat - Sangat Lebat: Kep. Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua.
Hujan Sangat Lebat - Ekstrem: NTT dan Maluku.
Hujan Periode 3 – 6 Februari 2025
Hujan Sedang - Lebat: Aceh, Sumatera Barat, Kep. Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
Hujan Lebat - Sangat Lebat: Jawa Timur, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Selatan.